G

313 50 3
                                    

DLDR
.
.
.
.
Pagi-pagi sekali Sasuke dikejutkan dengan dobrakan pintu kamarnya. Mikoto nampak dengan baju perginya. Membuat Sasuke yang masih berselimut hangat terlonjak kaget dan reflek terduduk dengan mata setengah terpejam.

"Sasuke! Bangun! Antar Ibu pergi membeli bahan masak untuk nanti malam." Seru Mikoto penuh semangat untuk seorang Sasuke yang malas bangun pagi. Hawa dingin menusuk dari cela ventilasi. Ia malirik pendingin ruangan yang menempel di dinding kamarnya. Mematikannya dan menarik kembali selimutnya. Mengabaikan sang Ibu yang masih di ambang pintu.

Mikoto berdecak melihat tingkah putra bungsunya ini. "Sasuke! Bangun!" Menarik selimut yang membungkus tubuh kekar itu. Heh, gini-gini Sasuke rajin olahraga.

Berganti Sasuke yang berdecak, "Ibu, ini masih pagi sekali dan aku hari ini sekolah," kesalnya. Ia menarik kembali selimutnya dari tangan Mikoto. Membuat sang Ibu kesal setengah mati.

"Tidak ada sekolah untuk hari ini. Hari ini Sasuke adalah milik ibu. Jadi, Menurut." boleh mengumpat tidak?

Tak ada sahutan dari Sasuke membuat Mikoto bertambah jengkel. Malam nanti adalah malam yang paling enggan ditunggu Sasuke. Jika biasanya malam adalah yang paling ditunggu Sasuke, kini tidak lagi. Perempuan yang dikenalinya beberapa tahun lalu akan dijodohkan dengannya, lagi. Hal itu membuat Sasuke kesal setengah mati dengan ibunya. Sampai tidak ikut makan malam dan memilih menenangkan diri di kamar daripada membentak ibunya lantaran kesal. Ia tak mau di cap sebagai anak durhaka walaupun secara tak sadar ia sudah durhaka pada ibunya. Contohnya sekarang, mengabaikan ibunya.

"Sasuke!"

Debug!

Teriakan dan suara benda, ah manusia jatuh mengema di penjuru rumah. Itachi yang sedang meminum kopi nya tersedak sementara Fugaku yang tengah membungkuk di depan lemari pendingin berdiri terkejut. Astaga pagi-pagi sudah perang saja.

Berakhir Sasuke beranjak dengan setengah hati diliputi aura gelap nan suram. Membersihkan diri dengan cepat agar ibunda ratu tidak berteriak lagi. Telinganya sudah berdengung merah lantaran teriakan dan tarikan yang dilakukan tadi. Sasuke mendecak sebal. Ia harus mengorbankan hari Jumat alias hari terakhir di minggu ini untuk bersekolah. Ia harus melewati ulangan harian yang diadakan hari ini oleh Asuma-sensei. Dan mengantinya minggu depan.

Ah, ia lupa mengabari kekasih merah mudanya itu. Semalam Sasuke langsung tidur dan lupa memberi pesan pada Sakura.

Meraih ponsel yang berada di atas nakas. Tidak menemukan satu pesan atau panggilan dari kekasihnya itu. Dirasa Sakura masih marah padanya.

To: Sakura

Saku, hari ini aku tidak berangkat. Ada urusan. Maaf.
Jangan marah lagi, aku mencintaimu.
Send.

Melangkahkah kaki keluar dari ruang ternyamannya. Sungguh, jika bisa memilih Sasuke lebih baik menghadapi Naruto atau Sasuke yang menjengkelkan daripada berhadapan dengan Ibunya yang seenak jidat selalu menjodoh-jodohkannya dengan putri-putri teman atau tetangganya.

Contoh saja, ketika Mikoto berjalan hendak ke supermarket komplek ia bertemu dengan tetangga pemilik perusahaan yang saham Uchiha ada disitu sedang berjalan bersama dengan putrinya yang berumur empat belas tahun. Khas ibu-ibu, biasa menggosip adalah suatu hak dan kewajiban dalam hidup bertetangga, mereka berhenti untuk sekedar berbicara dan membicarakan banyak hal. Bukan sekedar kalau itu. Dan dengan menyebalkannya Mikoto berkata, "Wah putrimu cantik sekali. Bagaimana jika kita jodohkan dengan putra bungsuku?" Sialan.

Atau kejadian dimana ada arisan teman sosialita Mikoto, jika ada temannya yang mempunyai anak perempuan pasti langsung dengan mudahnya berkata, "Mari kita berbesan," jika itu Itachi maka Sasuke akan dengan senang hati menumbalkan kakaknya ini.

My Yandere GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang