A

671 90 1
                                    

DLDR
.
.
.
.
"Hallo manis, akhirnya aku bisa bertemu denganmu. Tak sia-sia aku jadi seorang mafia dan penjual narkoba." seringai mengejek terukir pada Samui. Sakura tersenyum manis - sekali.

"Benarkah? Aku tersanjung kau begitu menantikanku, ya?" jawabnya tanpa meninggalkan senyum manis.
Mereka saling menatap dengan perasaan masing-masing. Sakura dengan hasrat ingin membunuh dan Samui dengan perasaan takut. Tentu saja ia tidak mengatakannya, hancur sudah harga dirinya sebagai laki-laki jika itu terjadi.

Samui berkeringat dingin, mata hitamnya melirik teman-temannya yang sudah tergeletak tak berdaya atau bisa dibilang tidak lagi bernyawa dengan kepala hampir lepas. Teman-temannya itu dihabisi oleh laki-laki pirang dan sebagian oleh gadis didepannya. Masih terngiang dikepalanya, bagaimana gadis itu menebas rekannya satu persatu ketika mereka mencoba melawan.
Kini hanya tersisa dirinya. Pilihannya hanya dua, mati atau melarikan diri?

Melarikan diri pun percuma, karena Sakura akan mengejarnya bak orang kesetanan yang haus akan tubuh manusia untuk dijadikan mainannya.

"Apa kau akan lari?" tanya Sakura. "Kau terlihat ketakutan? Apa kita perlu 'bermain' sebentar?" lanjutnya. Kini senyum manisnya telah hilang dan diganti dengan senyum mematikan. Samui tambah takut, tapi ia tak gentar. Dengan keberanian sebiji kejantanannya, ia berlari menerjang Sakura dan memukulnya beringas. Tetapi dengan mudah dan cepatnya Sakura menghindar dan berbalik menendang Samui hingga pria itu tersungkur.

Sakura berjalan mendekatinya, katana ditangan kanannya ia simpan dibalik punggung. Tak ada lagi satu senyuman di wajah cantik itu. Hanya tersisa raut wajah datar nan dingin.
Samui beringsut mundur.

"Kau cukup menikmati. Sekarang giliranku." Tanpa menunggu reaksi dari Samui, Sakura langsung menebas leher Samui.

"Ceh, lemah." Raut wajah sinis Sakura tak hilang. Membuat Tetsuya yang berada tak jauh darinya tersenyum geli.

"Memang Psikopat" gumamnya.

Brakk!!!

"Hah hah... Apa aku terlambat?" Konan menerobos pintu kayu. Ia terlihat lelah dengan napas terengah-engah.

"Lambat kau. Kau lihat, Sakura terlah menghabisi mereka. Aku bahkan hanya kebagian dua orang." Tetsuya bersedekap. Sakura mengembalikan katanannya kembali ke tempatnya.

Setelah melihat Konan berada disitu, ia langsung tersenyum manis. "Wah.. kau terlambat. Kami baru saja bersenang-senang." Ujar Sakura dengan wajah manisnya. Tetsuya dan Konan hanya menatap ngeri. "Ayo pergi, aku ingin mandi air hangat." Tanpa menunggu Tetsuya dan Konan, Sakura berjalan pergi. Menyisakan Rekannya dengan wajah ngeri-ngeri sedap.
.
.
.
.
Mess
11.10 p.m

"Kerja bagus. Kalian boleh pulang." Kenzo menyuruh mereka pergi.
Saat di pintu, Konan terpisah dari Sakura dan Tetsuya.

"Aku harus menemui Yahiko terlebih dahulu. Kalian pergilah. Sampai jumpa." Konan meninggalkan Sakura dan Tetsuya. Mereka melanjutkan jalan keluar markas.

"Kau mau aku antar?" Tawar Tetsuya dan mengeluarkan kunci mobilnya.

"Tidak perlu. Aku tidak mau memasak hari ini. Dah." Sakura meninggalkan Tetsuya yang masih cengo.

"Biarlah. Lagipula tidak akan ada yang berani dengan gadis itu." Mengangkat bahu dan berjalan kearah mobilnya berada.

Sakura berjalan seorang diri. Jalanan terlihat sepi dengan mobil dan motor yang sesekali berlalu. Sampainya di penyebrangan, Sakura merasa ada yang mengawasinya. Mencoba mengabaikannya Sakura terus berjalan.

Orang itu masih mengikutinya. Sakura berhenti dan menghela napas.
"Keluarlah. Aku tahu kau disana."

"He, ketahuan ya?" Seorang pria dengan perawakan gagah keluar dari balik tiang listrik tak jauh dari Sakura berdiri. Pria itu sekitar tiga puluhan dengan ikat kepala merah dan tindik di hidungnya.

My Yandere GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang