11. 💫

4K 617 245
                                    

"Dre! Lu jadi jalan sama Jeno kan??"

Edrea yang sedang asyik meminum susu kotaknya mengangguk.

"Hah? Ngapain Edrea jalan sama Jeno? Yang mau pepet Jeno bukannya lu Let?" Tanya Jessi.

"Iya. Tadinya kan emang gue rencananya Jes, tapi tiba-tiba gue sakit. Nyebelin kan? Yaudah gue suruh Edrea aja gantiin gue."

Jessi melirik Edrea sebentar, lalu manggut-manggut.

"Terus lu ngapain aja Dre sama Jeno? Nonton doang kan?" Aletta menyerongkan duduknya menghadap Edrea.

"Iyalah! Mau ngapain lagi?" Jawab Edrea. Ya, berbohong. Ia takut kalau dirinya menjawab jujur, Aletta akan marah padanya. Apalagi kalau sampai tahu mereka berfoto bersama. Sebetulnya Edrea kepikiran ini terus dari saat pulang bermain. Seharusnya ia tidak mengajak Jeno untuk bermain di timezone. Seharusnya ia langsung mengajak Jeno untuk pulang. Ia jadi merasa bersalah pada Aletta.

"Jeno.... ada tanya-tanya gue gak Dre?" Tanya Aletta sambil tersenyum.

"Pede lu!" Senggol Jessi.

"Ihh! Kan cuman tanyaa!"

"Ada. Titip salam sih. Katanya cepet sembuh."

"Hngg! Digituin aja gue udah lemes tau gak?!" Senyum Aletta makin lebar.

Tiba-tiba saja Edrea teringat sesuatu. Gadis itu buru-buru meletakkan ponselnya dan beranjak. "Oh iya gue mau keluar sebentar."

"Kemana??"

"Toilet!!" Serunya. Gadis itu memasang tampang seperti biasa, supaya tidak terlihat mencurigakan. Setelahnya, Edrea segera melesat ke kelas sebelah, kelas Jeno. Saat sampai disana, Edrea hanya melongok melalui pintu. Kelasnya masih belum terlalu ramai. Devano saja tidak ada. Hanya ada Nathala yang sudah duduk di tempatnya.

Baru saja Edrea hendak memanggil Nathala, seseorang menepuk bahunya.

"DOR!"

Edrea tersentak, kemudian memutar bola matanya. Siapa lagi kalau bukan Devano. Gadis itu segera membalikkan badannya dan menarik telinga Devano.

"Aahh! Sakit!!! Edrea! Anjirr!!"

"Siapa suruhh?!!! Kaget tau gak?!"

"Lagian ngapain ngintip-ngintip begitu kayak mau maling!" Seru Devano sambil melepaskan tangan Edrea. Beberapa saat setelahnya, pemuda itu mengerlingkan matanya. "Nyariin gua ya?"

"Najis!"

"Ya Allah Dre sampe najis gitu." Devano mengusap dadanya.

"Bukan nyariin lu tau! Tapi gua nyari—ah! Tuh dia!" Mata Edrea menangkap sosok Jeno dari kejauhan. Pemuda itu menatap kebawah, sambil mengenakan earphone-nya. Belum menyadari keberadaan Edrea disana.

"Ohhh si Jeno! Kenapa nih?? Doyan ya!"

Edrea memukul lengan Devano. "Bisa diem gak?! Mulut lu gua sumpel kaos kaki gua mau??"

"Idih! Ogah ah kaos kaki lu bau tengik!"

"Ngeselin banget sih Dev!"

"Lu juga!"

Tak lama Jeno mendekat. Pemuda itu mendongakkan kepalanya sambil melepaskan earphone-nya. Matanya menatap ke arah Edrea, kemudian tersenyum. "Eh, Edrea."

"No! Nih bocah nyariin lu dari jam enam!" Seru Devano.

"Jam enam apaan?! Orang gua baru kesini!"

"Kenapa, Dre?"

"Sini! Sini! Ikut gua!" Edrea mendorong Jeno untuk menjauhi Devano, membawanya belok ke arah tangga.

MATCHMAKER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang