haloo sebelumnya maaf kemaren gabisa update hikss. Masih mikirin ide, wordsnya juga kedikitan..
vote, komen yaa
happy reading!🖤***
"Kenapa ini?" tanya Rina cemas begitu melihat putranya pulang dalam keadaan mengenaskan. Lebam dimana-mana, serta tubuh yang terlihat lemas.
Regan sesekali meringis. Cowok itu duduk dibantu Gavin. "Saya nggak tau pasti tante, tadi saya nggak sengaja lewat terus ngeliat Regan dikerumuni warga." jelas Gavin.
"Aku abis digebukin," ungkap Regan. Membuat Rina tersentak kaget.
"Buat ulah apalagi kamu?" Xafier menceletuk. Pria dewasa itu melangkah kearahnya.
"Heh bapak bapak. Justru anakmu tadi ini udah berbaik hati, niat ngambilin dompet jatoh, tapi malah dituduh mau maling. Sial banget kayanya idup gue." sungut Regan meratapi nasibnya. "Tau gitu gue ambil beneran tadi."
Rina menatap putranya kasihan. Setiap harinya ada saja kabar yang tidak mengenakkan dari Regan. Ia kadang berfikir, punya dosa apa.. hingga membuat anaknya mengalami hal buruk yang begitu banyak.
"Nggak mau tau ya bun, pah. Pokoknya kalian harus kasih perhitungan sama pak Japra." pinta Regan memaksa. Masih tidak terima akan tuduhan tadi, yang mana mengakibatkan badannya terasa remuk semua. Udah gitu yang ngeroyok badannya gede gede. Nggak adil banget ya kan.
"Pak Japra siapa?" tanya Xafier.
"Itu rw 06. Yang rambutnya kaya pangkal pocong."
Gavin menatap Regan aneh. Masih sempat-sempatnya, padahal tubuhnya udah sekarat. "Ee om, tan. Kalo gitu Gavin permisi."
"Tunggu, tante kok nggak pernah liat kamu?"
"Iya tan, aku baru aja pindah kesini. Tapi nggak lama nanti bakal balik lagi hehe." jawab Gavin kikuk.
"Ohh, makasih yaa udah nolongin Regan. Kalo nggak ada kamu, tante nggak tau wujudnya anak ini kayak gimana." balas Rina sambil tertawa. Gavin mengangguk senyum sebagai jawaban. Cowok itu salim, sebelum benar-benar pergi.
"Bun, lampu diskonya aku mana?" tanya Regan celingukan. Lantaran lampu yang biasanya menggantung diatap kamarnya tiba-tiba kosong.
"Mau apa kamu? Sini itu lukanya bunda obatin dulu."
"Mau jogetlah. Nggak usah, aku mana bisa sakit bun. Tadi cuma ekting biar bunda khawatir," ujar Regan seraya mengangkat kedua jempolnya.
Rina menghela nafas gusar. "Tapi tetep aja harus diobatin ak—"
"Nggak apa-apa bunda..."
"Yaudah sana istirahat. Lampunya udah bunda kasi ke tetangga. Kedip kedip sendiri kalo nggak ada kamu. Eror kayak orangnya."
Regan mengerucutkan bibir. Ia mengambil sesuatu dilemari. Menyampirkan sarung bercorak itu dilengannya. "Abang mau sholat dulu."
***
"Lo pada tau belum, berita si Bima kelas sebelah? Pengen lamborghini terus pura-pura bunuh diri, langsung dikasi anjir,"
"Giliran gue yang coba gitu, orangtua gue malah ngomong 'Yaudah sana bunuh diri, ditunggu' ngesselin bat," lanjut Reza.
"Gue dukung orangtua lo Ja," ujar Baron.
"Gavin kemana? dari kemaren nggak pulang-pulang kaya bang jono." celetuk Regan.
Baron mengedikkan bahu. "Dihubungi juga nggak aktif."
Ponsel Regan berbunyi. Cowok itu buru-buru mengangkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGANOLIV
Teen Fiction[part lengkap & belum direvisi] Membuat orang naik pitam adalah hobi Regan. Sehari tidak membuat orang emosi rasanya tidak afdol. Ibarat sup tanpa micin, hambar bro! Namun, akibat dari sifat menjengkelkannya itu, alhasil ia jadi sering dikroyok mass...