26. Canggung

2.4K 373 189
                                    

Vote,commentnya jangan lupaa
Happy reading❤

***

Disepanjang perjalanan keduanya tampak asing. Mungkin Regan disini yang terserang malu mendadak, pasalnya ia terang-terangan mengakui perasaannya pada Oliv. Apalagi aksi lebaynya yang menyuruh cewek itu menatap matanya, Ah! Regan malu. Siapapun tolong tenggelamkan Regan di segitiga bermuda.

Setelah motor Regan berhasil berhenti tepat didepan gerbang rumahnya, cowok itu masih bungkam. Lebih tepatnya canggung. Regan memang dikenal dengan sifat tidak tahu malunya, tapi untuk mengakui perasaan seperti tadi, ia rasa kali ini sudah bertindak terlalu cepat.

Cukup lama hening. Regan menarik napas dan menghembuskannya perlahan "Ayo masuk," ajaknya. Oliv menggigit bibirnya buncah. Lalu mengangguk membuntutinya.

Rina yang memang sudah menanti kedatangan keduanya lantas bangkit saat melihat seseorang diambang pintu "Ohh jadi ini yang sering abang ceritain," ujarnya tersenyum lebar. Oliv menyalimi punggung tangannya.

"Bunda sempet ngira kalo Regan ini pacarannya bukan sama cewek," kekehnya.

"Udah berapa lama kamu pacaran sama anak Bunda?" tanya Rina pada Oliv. Oliv dibuat cengo mendengarnya.

Regan meneguk salivanya susah. "B-bund. Sebenernya abang waktu itu cuman bercanda, kita belum pacaran."

Rina terkesiap. Padahal ia sudah terlanjur senang luar biasa mendengar anak semata wayangnya itu memiliki kekasih. Masalahnya Regan selama ini tak pernah terlihat bermain dengan cewek ataupun bercerita mengenai wanita. Rina sempat curiga kalau anaknya itu Gay. Tapi dengan adanya Oliv saat ini membuatnya lega, itu artinya Regan masih normal.

"Dikasi pelet apa kamu, kok mau sama anak yang bangor, malu maluin, nggak modal itu," celetuk Xafier beranjak dari ruang kerjanya. Mendekati ketiganya.

Usai dihina mbak konter, sekarang cowok malang itu harus dicemooh oleh Papahnya sendiri. Apa Regan hidup hanya untuk dijadikan hujatan orang-orang? Jika benar begitu, Regan lebih memilih hidup disyurga saja. Ahh tapi nggak bisa ketemu Oliv dong. Nggak jadi deh. Lagian emang syurga mau nampung orang semacam Regan?

"Bapak durhaka," sinis Regan. Mungkin kalau sedang tidak dalam mode canggung, cowok itu pasti akan membalas lebih pedas cibiran Papahnya itu. Bisa bisanya didepan calon pacar berkata sekenanya, harusnya sebagai Ayah yang baik Xafier mesti memujinya.

"Kamu pas—"

"Siapa yang gak bisa tidur kalo nggak  dipeluk Bunda? Udah gitu ngerengek lagi, kayak duda kurang belaian," kelakar Regan menyela ucapan Xafier.

"Siapa yang gonta ganti kartu gara-gara nomernya di blokir terus?" balas Xafier membeberkan aib Regan.

Oliv terkejut, ia baru ingat kalau dirinya sering mendapat telfon dari nomor asing. Bukan hanya telfon, masing masing nomor itu mengaku kalau dirinya tokopaedi, setelah di blokir ada lagi yang mengaku otongcell, diblokir lagi muncul yang menawari sop janda lepas. Dan masih banyak pesan tak jellas lainnya.

"Jadi itu lo Gan?" tanya Oliv tak percaya. Segitu pentingkah sampai harus ganti kartu sebanyak itu. Masalahnya nomor asing itu bukan hanya 1, 2. Jika dihitung mungkin bisa sampai 50 an lebih Oliv memblokirnya. Ini Regan gabut apa gimana?

Regan mengorek telinganya salah tingkah "Iya hehe."

Andai Oliv tau, Regan punya kartu sebanyak itu hasil mengambil dari handphone temannya saat tertidur. Besoknya ketika Oliv telah memblokir, kartu itu akan ia masukkan kembali ke handphone mereka masing masing. Teman Regan heran karna bisa kehilangan kartu secara bersamaan. Mereka bahkan mengklaim kalau dimarkasnya terdapat tuyul kartu SIM. Regan juga berdrama kalau ia kehilangan kartu dan berlagak ikut mencarinya.

"Lipp ayo pulang gue anter," usir Regan tiba-tiba membuat Oliv mengerutkan kening tak mengerti. Bukan apa-apa. Jika Papahnya itu masih ada disini, beliau pasti akan mengatakan yang buruk-buruk tentang dirinya. Waktu itu pernah Regan diajak ke kantor perusahaannya. Disana bukannya dibanggakan seperti anak anak orang lain, ia justru diolok-olokkan didepan rekan kerjanya. Untung mental Regan kuat. Kalau tidak, dijamin ia pasti akan bunuh diri gantung jemuran.

"Jangan, kamu disini aja dulu. Bunda masih pengen ngerasain punya anak." Rina menggenggam kedua tangan Oliv. Menahannya agar tidak pergi. Wanita paruh baya itu mengusak pelan rambut Oliv. Oliv nyaman. Ia jadi merasakan bagaimana hangatnya seorang ibu.

"Terus aku ini bukan anak Bunda gitu?" tanya Regan memaksa menangis namun tak bisa keluar. Kurang meresapi mungkin.

"Bukan." sahut Xafier cepat.

"Kalo anak Bunda itu tidurnya dirumah, bukan dimarkas kaya nggak ditanggep orang tua. Uda gitu Kesini kalo ada perlunya doang," sindir Rina tanpa melihat kearah Regan.

Oliv tertawa lepas. Regan tak berkedip seolah terhipnotis melihatnya.

Gue rela kok Lip nggak diakuin sebagai anak, dinistain orang orang, ditubruk truk, dicambuk besi. Asal lo bisa ketawa kaya gini batin Regan

"Cantik," gumam cowok itu tanpa sadar.

"Siapa yang cantik bang?" tanya Rina. Regan tersentak.

"Papah," jawabnya lalu melenceng kabur.

Xafier membelalang "REGAN!" gusarnya meneriaki nama putranya yang kelewat kurang ajar itu.

***

Tbc


Buat yang nunggu mereka jadian, sabarr bentar lagii kok! Tapi gatau juga kalo Olivnya nolak terus bareng si ekhem Sksksk.

Mau next? 100 komen bisa ga:P

.

.

.

---See you next chapter---

REGANOLIVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang