50. Bisa Baper

2.7K 395 177
                                    

Karna orangtua Oliv tidak begitu over protektif atau strict parents, jadi Regan tidak perlu repot-repot membujuk mereka untuk mengajak putrinya keluar malam.

Meski begitu, Oliv gaakan keluar rumah kalau gapenting. Dirumahnya kalo bukan ngedrakor, ya maraton novel. 500 halaman ia bisa menamatkannya hanya dalam satu malam. Easy itu mah.

Dan sekarang, dua insan itu tengah berada dipasar malam. Keduanya baru saja selesai menaiki bianglala.

"Kemana lagi?" tanya Regan. "Jangan bilang terserah," sambungnya membuat Oliv terkikik.

Oliv mengedarkan pandangannya. Maniknya berbinar kala melihat penjual snack nitrogen cair. "Gan ke-"

Namun ucapannya harus terpotong lantaran Regan menarik pergelangan tangannya. Membawanya ke kolam renang mini berisikan beberapa perahu bebek. "Bang, berapa?"

"Ohh silahkan 20 ribu 30 menit. Adeknya mana?"

"Kok adek sih, ini kita berdua mau naik." jawab Regan membuat abang bernama Tomy itu melongo.

"Maaf kak, ini buat anak kecil umur 3-6 taunan. Kalo dinaikin kakak yang segede bagong gini auto ambruk nyemplung kedalem saya nggak mau nanggung malu." cerocos Tomy.

"Kurang ajar lo ya. ITU PALA KINCLONG BANGET KUBAH MASJID!" hardik Regan balik dengan sengaja meninggikan suaranya.

Nah kan, siapa suruh ngehina Regan yang mulutnya lemes kaya tabe tabean.

"Gan astagfirullah." Oliv menatap Tomy tidak enak. "Maaf ya bang," ujarnya dibalas anggukan oleh pria itu. Setelahnya, ia menarik telinga Regan. Membawanya menjauh dari sini.

"Lip atit..," keluhnya yang tak dihiraukan oleh cewek itu.

"Gan permen kapas!" seru Oliv sembari mempercepat langkahnya, sampai lupa kalau cowok yang ia tarik, terus bertabrakan dengan pengunjung lain.

Menerima gula kapas berwarna merah muda itu, ia kembali celingukan. "Gan martabak manis!"

"Gan, telur gulung!"

Huaaaa..

"Gan anak itu tersesatt!" Oliv melompat girang.

"Kok malah seneng bodoh!" Regan menoyor pelan kening cewek itu. Oliv tertawa. Kemudian menghampiri gadis kecil yang tengah menutupi matanya, menangis.

"Kenapa?" tanya Regan pada gadis cilik itu. Gadis itu mendongak. "Udah tau nangis masih nanyak."

Sabar Gan, dia masih kecil.

"Sini! kakak bantu cari orangtua kamuu." Oliv meraih tangan mungil gadis itu. Sembari menanyakan ciri-ciri ibunya seperti apa, lantaran gadis ini tadi mengaku kemari hanya bersama ibunya.

Banyaknya pengunjung membuat mereka kesulitan mencarinya. Sorot Oliv terpaku pada sosok wanita berbaju kuning. Raut wanita itu begitu kentara bahwa ia tengah risau. "Dek, itu ibu kamu bukan?"

Gadis itu mengikuti arah pandang Oliv. Seketika senyumnya tercetak dibibirnya, "Mamah!"

Oliv menyunggingkan senyum. Melambaikan tangan pada gadis kecil itu. "Kita nggak boleh buat orang kesusahan ya kan."

Regan merenggut tak terima. Apa katanya? Nggak boleh buat orang kesusahan? Tapi ini faktanya ia dijadikan tempat titipan belanjaan Oliv yang begitu banyak.

***

Pagi-pagi sekali, Regan sudah tiba dirumah Oliv. Berniat mengajak cewek itu untuk berangkat bareng. Sekalian modus dikit. Laki-laki dengan seragam putih abu-abu itu dengan tidak tahu dirinya membaringkan tubuhnya disofa.

REGANOLIVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang