7. Penangkal Ala Bang Sat.

101 31 353
                                    

Keheningan memenuhi atmosfer mobil tempat keempat muda-mudi itu berada. Bang Sat terus menyetir dalam diam. Di sebelahnya, Taeyang sesekali mencuri pandang pada Lucy untuk memastikan keadaan gadis bule itu yang ternyata masih merengut sedih. Sama dengan Taeyang, Setan juga sesekali melirik temannya sembari tersenyum canggung.

Ya … bagaimana Lucy tidak sedih? Uang dua ratus ribu yang bisa ia belikan untuk oleh-oleh lainnya, kini habis dipakai untuk ganti rugi daster yang ia dan ibu-ibu ribet itu robek. Setelah perdebatan panjang, mereka sepakat untuk membagi dua uang ganti ruginya. Bukan hanya uang ganti ruginya saja yang dibagi dua, daster incaran mereka juga dibagi dua. Sisi kanannya ada di Lucy dan pasangannya ada di tangan ibu-ibu itu.

“Ugh, kalau kayak begini akhirnya, I should just buy it right away! Akhirnya hilang dua ratus ribu juga ‘kan ….”

Rajukan Lucy langsung menarik perhatian Setan, bagaimana bisa ia tak merasa kasihan jika sahabatnya ditimpa kesialan? Hampir saja Setan kehabisan akal untuk menenangkan Lucy jika saja ia tak teringat dengan kejutan yang ia persiapkan untuk Lucy.

“Lucy, liat deh!” seru Setan berhasil menarik perhatian Lucy. Mata hijau Lucy yang dipenuhi kilatan kaca akibat menahan kesal dan sesal, perlahan-lahan berbinar terang ketika menatap objek dengan bentuk unik di dalam kotak kardus yang dipegang Setan.

Gadis itu menutup mulutnya yang refleks terbuka lebar saking senangnya melihat roti buaya. Ukurannya memang tak sebesar yang ia lihat di Mbah Google. Namun, bukan hal itu yang Lucy pedulikan, tetapi kejutan yang disiapkan Setan untuknya. Padahal gadis itu terus mengatainya setiap membawa topik roti buaya.

“Auw … you’re the best, Tantia!”

*****

Lucy dan Taeyang memutuskan untuk tak segera pulang, mereka sama-sama setuju untuk menunggu Bang Sat dan Setan berbuka puasa. Katanya sekalian untuk makan malam bersama juga. Sembari menunggu azan, mereka saling menunjukkan oleh-oleh apa yang mereka beli.

Tentunya, yang paling semangat tentang hal ini adalah Lucy, gadis bule itu langsung menumpahkan isi belanjaannya dari _tote bag_ ke meja. Bukan main-main isinya, banyak sekali! Bagaikan utang pemerintah!  Karena itulah, duo Setan dan Bang Sat langsung melotot.

Opo iki!”

“Astaga, Lucy!”

There is dodol Betawi, I beli yang rasa ketan hitam and durian. Oh! Gak dapat daster, but I dapat kebaya. Katanya sih, ini kebaya Betawi. Gimana modelnya? Cute banget, kan!”

Setan dan Bang Sat hanya mengangguk-angguk saja menanggapi. Padahal mereka yang pulang kampung, tapi belanjaannya tak seribet Lucy. Mereka hanya membelikan baju-baju Jakarta saja sebagai oleh-oleh.

Taeyang memperhatikan ragam camilan yang tak ia ketahui apa namanya dari tumpukan oleh-oleh Lucy dengan raut wajah bingung. Seakan tahu apa yang Taeyang tanyakan dalam pikirannya, gadis itu membuka Mbah Google dan mulai berceletuk, “Nama camilan ini kue kembang goyang, lalu yang bentuknya seperti pipa adalah semprong, dan yang bentuknya melengkung adalah telor gabus keju. Masing-masing aku beli tiga bungkus!”

Setan hanya bisa memijat keningnya. “Oh, iya, jangan sampai lupa kalau Selasa kita bakal berangkat ke Klaten. Dari sekarang mulai _
packing-nya dan gak boleh ada yang ngaret! Datang sejam sebelum keberangkatan buat rapid test di sana.”

Setan terhenti sebentar, ia mengecek ponselnya, takut salah menyebutkan jadwal. “Kereta yang kita naikin itu … kereta Bengawan. Berangkat jam setengah tujuh pagi dan sampai jam empat sore. Nanti transit dulu, buat naik kereta Joglosemarkerto jam empat sore sampai jam lima lewat sepuluh."

WDT Academy Ramadhan [Lucifer Group]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang