Tak terasa, hari-hari penuh berkah di bulan ramadan ini kian menipis. Ya, lebaran tinggal terhitung satu hari lagi dari sekarang. Membuat semua orang sibuk menyiapkan menu-menu andalan untuk dihidangkan sebagai sambutan di hari kemenangan. Seperti yang dilakukan Dedemit saat ini, wanita paruh baya itu sibuk membuat kue-kue seusai sahur.
"Hoam ...."
Gerakan Dedemit yang sedang mengaduk adonan dari hasil rebusan singkong kini terhenti. Matanya menangkap si bule yang berjalan gontai ke dapur. Yang lain sudah pada kembali tidur setelah sahur, tapi kenapa dia malah terbangun?
"Sudah bangun, Cy?" tanya Dedemit. Ia kemudian melanjutkan mengaduk-aduk adonan tersebut langsung oleh kedua tangannya yang terbungkus sarung tangan plastik.
"Yes, Aunty. I am haus," jawab Lucy seraya meneguk segelas air putih yang diambilnya tadi.
Dedemit hanya mengangguk, ia memaklumi gadis tersebut yang memang tidak berpuasa.
Bukannya kembali ke kamar, langkah Lucy malah mendekati Dedemit. Ia sengaja mencondongkan badan demi melihat sesuatu di balik baskom berukuran sedang. Seribu tanda tanya mulai nangkring di otak gadis itu. "Aunty lagi buat apa?" tanyanya.
"Lagi bikin Slondok buat lebaran."
"Slondok? What is a ... temannya kodok?" Lucy kembali bertanya.
Akan tetapi, gelegar tawa malah membuncah dari mulut Dedemit. "Kowe ada-ada saja. Slondok iki makanan ringan khas daerah sini."
"Oh, so that's food. I guess his friend was a frog. Namanya hampir mirip, sih."
Wanita dengan sedikit kerutan halus di wajahnya hanya menggeleng pelan melihat pemikiran teman putrinya itu. "Makanan berbahan kodok juga ada, Nduk. Ibu niatnya mau bikin itu juga. Kalau Slondok ini bahane dari singkong, ora dari kodok," jelas Dedemit terkekeh.
"Seriously?"
Dengan masih sibuk mengaduk adonan singkong, Dedemit kembali menimpali, "Nggeh. Makanan iku diarani Swike Kodok. Rencanane Ibu pengin buat Swike Kodok kuah. Tapi sayang, nyari kodok montoknya sekarang susah."
Lucy kembali mengernyit. "K-kodok montok?"
"Iya, biasane kodok montok yang paling wenak dijadikan Swike."
Sejenak Lucy bergeming. Pikirannya mulai tidak stabil dengan merencanakan sesuatu. "Bagaimana kalau I with Tantia yang bantu Aunty nyari kodoknya?"
Dedemit mendelik. "Tantia mana mau. Lagian, nyarinya juga harus di sawah. Anak muda kaya kalian ora mungkin mau kotor-kotoran di sana, 'kan?" Tawa singkat menyertai ucapan Dedemit sembari memasukan beberapa bumbu pada adonan di depannya.
"I do, Aunty. It looks fun."
Dedemit tak langsung menanggapi, ia malah bergerak menyomot sedikit adonan tadi. Lalu diputar-putar di antara kedua tangannya agar membentuk sebuah lingkaran dengan sedikit lubang di tengah bak cincin.
"Aunty is great! Can make cute shapes like this," celoteh Lucy menunjuk beberapa adonan yang sudah dibentuk.
"Ibu sudah biasa buat ini dari dulu, jadi ya gampang." Dedemit masih tetap fokus pada pekerjaannya. Namun, saat melihat Lucy yang hendak mengambil makanan tersebut, ia kembali berujar, "Eh, mau opo sampeyan?"
Gerakan Lucy yang sedikit lagi meraih Slondok tiba-tiba terhenti. "Mau icip-icip, Aunty," timpalnya dengan cengiran lebar tanpa dosa.
"Itu belum jadi, Nduk. Masih mentah. Habis ini harus dijemur dulu sampe kering. Baru setelah itu bisa digoreng dan siap dimakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
WDT Academy Ramadhan [Lucifer Group]
RandomKepulangan bukan hanya sekadar "mari berangkat", "belilah tiket kereta", "siapkan bekal untuk perjalanan", atau "jam berapa kita harus sampai di peron?". Lebih dari itu, pulang terkadang adalah perjalanan panjang, meski jarak yang harus ditempuh seb...