Entah sudah berapa kali Lucy menarik selimut yang membungkus Setan hingga dada, tetapi tak ada pergerakan berarti dari sang gadis yang dia dapatkan. Si pemilik rumah itu hanya berulang kali melenguh, lalu menarik selimutnya kembali. Lucy jadi bingung. Sebenarnya yang tamu di sini siapa, sih? Eh, kalau di rumah sendiri, kan, memang suka seenak udel, sih.
Lucy menggaruk kening, merasa bodoh sudah berdialog sendiri.
Sebenarnya, dia hendak menyerah. Hanya saja, kokok ayam yang menggema kembali menyadarkannya, bahwa dia tidak boleh absen untuk lari pagi. Kemarin, banyak lemak yang dia konsumsi. Bisa-bisa tubuhnya bergelambir jika lemak-lemak itu tidak dibakar habis. Kalau Harry jadi ilfeel bagaimana? Lucy bergidik, lalu kembali menarik-narik Setan untuk membangunkannya. Huh, lagi pula kenapa gadis ini tidur selepas subuh, sih?
"Wake up, Setaaan! I've read that, rezekimu akan dimakan ayam jika bangun kesiangan!"
Lucy sudah berdiri di sisi ranjang, sedang energi dia pusatkan di lengan agar bisa menarik tubuh yang seperti sudah ditempeli lem super itu. Ketika respons yang didapat hanya "hm hm hm" tidak jelas, dia mengencangkan tarikannya pada tangan Setan. Lalu ... suara berdebam memenuhi ruangan.
"Adaaaw!"
Setan mengaduh, sambil berguling-guling di lantai, bak kepompong karena seluruh tubuhnya terbungkus selimut tebal. Sementara itu, Lucy meringis membayangkan nyeri yang menjalar di tubuh temannya. Namun, dasar jalinan pertemanan yang absurd, Lucy hanya menonton dan tidak berinisiatif mengulurkan tangan untuk membantu Setan berdiri. Harusnya mereka tergulung dalam selimut bersama-sama, agar sedetik saja tahu bagaimana rasanya bersahabat bagai kepompong.
"Ada masalah apa, sih, lo, Cy? Ya Allaaah, berasa tidur di penginapan bayar pake senyuman gue!" Setan menggerutu, sambil menendang-nendang selimut dengan brutal. Kentara sekali bagaimana kekesalan gadis itu mendesak untuk segera diluapkan.
"Can we? I just found out, loh, that we can pay for lodging with a smile."
Gila! Begitu satu kata yang melintas di kepala Setan saat Lucy beranjak duduk mendekatinya. Untuk membantu? Tentu saja tidak! Gadis itu lebih tertarik dengan gratisan dibanding membantu sesama teman. Memang temannya Setan tidak ada yang benar.
"Bodo amat, bodo amat. Lo tau sarkasme nggak, sih? Satir? Astaga. Capek banget gue jadi waras sendirian."
Tubuh yang tergeletak di atas lantai vynil itu bergerak untuk bangkit, tanpa sedikit pun membiarkan balutan hangat yang memeluknya terlepas. Sembari membawa diri ke atas ranjang, kilasan kejadian tentang keusilan dan tingkah gilanya terbayang bak rol film yang baru dibuat. Jelas dan jernih. Dia jadi sangsi dengan kalimat terakhirnya tadi. Ah, Setan juga tidak cukup waras.
Akan tetapi, siapa peduli? Dibandingkan berpikir, dia lebih ingin kembali lelap dalam mimpi.
Namun, sayang seribu sayang meski Setan masih jomlo sampai sekarang. Belum sempat tubuhnya jatuh menimpa kasur, tangan Lucy lebih dulu menariknya. Untung saja leher Setan tidak kecengklak.
"Ih, don't fall back asleep. Kita harus olahraga pagi, Tantia."
Begitu rengekan yang didengar Setan, membuat gadis itu menggeram panjang. Dia tahu, temannya itu tidak akan menyerah. Terbukti dari bagaimana dia membangunkan Setan entah berapa kali. Ya, sebenarnya Setan hanya memejamkan mata. Sementara telinga dan seluruh tubuhnya tidak bisa lagi menjemput mimpi karena Lucy terlalu berisik.
"Fine! Awas aja kalau gara-gara olahraga gue jadi haus dan nggak betah puasa. Gue tagih se-bunga-bunganya di akhirat sampe lo sanggup nanggung dosa gue."
Setan memberikan tatapan kesal, tetapi Lucy hanya mengangkat jari tengah dan telunjuk sebagai tanda perdamaian. Jangan lupakan cengiran yang membuat Setan memutar bola mata.
Persetujuan Setan membuat Lucy cepat-cepat bergerak dan mengganti baju tidurnya dengan pakaian yang nyaman untuk berolahraga. Sementara Setan hanya meraih sweter dan membiarkan baju tidur tetap melekat pada tubuhnya. Wajah tidak bersemangatnya itu akan sangat kontradiktif jika tubuhnya juga seantusias Lucy untuk berganti pakaian.
Tidak butuh waktu lama, mereka sudah keluar dari kamar dan disambut oleh Iblis, Bang Sat, dan Taeyang yang sedang berdiam di sofa Omah Njero. Seolah memiliki radar, ketiga pria itu menoleh ke arah Setan dan Lucy.
"Anak gadis, kok, habis subuh tidur lagi. Contoh masmu iki to." Bang Sat yang pertama bersuara, yang otomatis membuat Setan mendelik tajam melihat tingkah sok manis dan bijaksana abangnya itu.
"Lo juga masih molor kalau nggak ditarik Bapak buat ke masjid. Oppa tuh, yang beneran panutan. Nggak salat aja udah bangun."
Lontaran kalimat Setan dihadiahi acungan jempol oleh Taeyang.
Sedang Bang Sat yang tidak terima, kembali berucap, "Liat aja, besok kamu bangun-bangun di kandang ayam."
"Dih, sok-sokan mau mindahin gue ke kandang ayam. Puasa aja ...."
Suara riuh langsung terdengar, sebab Bang Sat berlari mendekati Setan untuk menghentikan ceracauan gadis itu. Setan tersenyum, merasa menang memiliki bumerang untuk pria itu. Yah, kalau tidak mau disunat dua kali, tentu rahasia tidak kuat puasa ini tidak boleh jatuh ke tangan kedua orang tua mereka.
"Kamu mau apa, Dek?" tanya Bang Sat yang sudah berdiri di depan Setan, ekspresinya benar-benar membuat Setan ingin terpingkal.
Dih, sok manis, batin Setan. Namun, Setan justru melihat peluang. "Jogging, yuk, temenin kita!"
Olahraga adalah hal yang paling dibenci Bang Sat. Lihatlah, muka pria itu sudah tidak karuan.
"Wah, aku juga ikut. It would be nice to get some fresh morning air."
Taeyang berseru antusias, sementara Bang Sat menoleh ke arah temannya itu dengan ekspresi super memelas.
"Udah, sana. Bawa temen mudik ke kampung halaman yo diajak tour desa ngono, loh. Ben ngerti endah e desa ning Klaten."
Empat lawan satu. Bang Sat jelas kalah telak. Akhirnya dengan penuh paksaan, Bang Sat mengajak teman Korea-nya untuk berkeliling kampung Klaten, bersama dengan Setan dan juga Lucy.
Bang Sat menjelaskan berbagai macam tentang Klaten yang ia ketahui. Mulai dari larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan di kampung itu, adat istiadat, tempat wisata, dan sebagainya. Ia juga sesekali menyapa para warga yang sedang beraktivitas.
Klaten sendiri sedang berbenah untuk mewujudkan sebagai daerah wisata kuliner, dan hal ini ditunjukkan perkembangan jumlah rumah makan dengan berbagai jenis makanan olahan yang berkembang. Kabupaten Klaten sendiri memiliki beragam kebudayaan yang sangat kaya dan hingga saat ini masih menjadi sebuah kebiasaan atau tradisi masyarakatnya.
Lucy dan Taeyang hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Bang Sat. Apalagi setelah mendengar Klaten sedang berbenah untuk mewujudkan sebagai daerah wisata kuliner, membuat Lucy rasanya ingin menetap saja di desa ini dan menjadi warga di sini.
to be continue ....
best regards, itsmeqia mssana7 DRestiPertiwi xxtnaruwlsy RanEsta13 onederfulonly Ren-san22 wishasaaa yuniizhy_ Kokokruunch
KAMU SEDANG MEMBACA
WDT Academy Ramadhan [Lucifer Group]
RandomKepulangan bukan hanya sekadar "mari berangkat", "belilah tiket kereta", "siapkan bekal untuk perjalanan", atau "jam berapa kita harus sampai di peron?". Lebih dari itu, pulang terkadang adalah perjalanan panjang, meski jarak yang harus ditempuh seb...