15. Dompet Chenel Bang Sat.

13 4 0
                                    

Setan menilik pelukan Alexandre Christie di pergelangan tangannya yang sudah menapak pada pukul 16.45 itu menandakan bahwa sebentar lagi mereka akan tiba di stasiun kota tujuan. Banyak hal yang terjadi dalam perjalanan mudik kali ini dari mulai salah memesan tiket, Bang Sat yang uring-uringan sampai memilih membatalkan puasanya, diakhiri dengan aksi dance keren Taeyang yang membuktikan bahwa dia benar-benar calon idol yang kandas di tengah jalan. Sad sih, tetapi ya, Taeyang sudah memilih jalan hidup yang lain dengan menjadi tenaga kerja asing di Indonesia.

Well, selalu ada denyar dan sendu yang Setan rasakan tatkala kesempatan bertemu dengan keluarga semakin dekat. Adanya pandemi virus corona hampir saja mengandaskan keinginan memeluk kedua orang tuanya. Beruntung dia memiliki Bang Sat si kakak kolotnya itu, walau mati-matian tidak memercayai perihal corona dan tetap berpegang teguh bahwa virus itu adalah sebuah teori konspirasi, setidaknya Setan tidak harus memecahkan tabungan ayamnya untuk membeli tiket.

Kereta segera melambat saat sapuan kuas semesta berwarna jingga menggantung di ufuk Barat. Indah dengan bau khas Klaten menguar menggoda penghidu Setan. Memangnya bau Klaten itu seperti apa? Entahlah hanya Setan dan Klaten yang tahu. Pokoknya dia pasti akan dibuat sendu hanya dengan mendengar kata kampung halamannya itu.

Satu per satu empat sekawan itu menapakkan kakinya di lantai stasiun Klaten dengan gurat penuh kelegaan, jangan lupakan Bang Sat yang masih setia memutar-mutar batu akik di jari manis tangan kirinya sembari komat-kamit membacakan mantra, entahlah Setan sampai gedeg melihat tingkah sang kakak itu. Bukannya itu musyrik, ya?

Tanpa aba-aba pada Bangsat, Lucy, dan Taeyang. Setan langsung mengambil langkah seribu menuju seorang penjual kolak pisang dan biji salak yang tampak sepi pembeli. Gadis itu memutuskan dari pada membeli takjil di kedai atau restoran, dia memilih membeli dari pedagang kecil saja.

Senyum yang terbentang dari si ibu penjual kolak begitu penuh pengharapan dan Setan merasa dia sudah mengambil keputusan paling tepat.

"Bu, kolak pisang-i pun regine pinten?" tanya Setan dengan desibel begitu lembut. Lucy nyaris saja memegang jidat Setan karena tak biasanya sang sahabat memperlihatkan sisi lembutnya dan gadis bule itu meyakini bahwa Setan memang akan berubah drastis jika berada di kampung halamannya.

"Limang ewu rupiah, Nduk," jawab si ibu penjual kolak. Setan mengangguk lantas mengalihkan pandangannya pada Bang Sat yang kali ini balas menatap.

"What it this? Apa ini, Bu?" tanya Lucy merasa penasaran dengan makanan berbentuk bulat berkuah yang ada di gelas plastik di samping kolak pisang.

"Ini biji salak," sambar Setan tidak sabar.

Namun, bukan Lucy namanya kalau kuriositasnya berhenti di situ saja. Gadis bule itu membelalak mendengar jawaban Setan. "You mean salak, a thorny palm? Literally? How come? You tidak keselek?"

Setan hanya mampu mengelus dada, mengharap Tuhan memberikan kesabaran dalam menghadapi rasa ingin tahun Lucy yang melebihi anak umur dua tahun itu.

"Itu cuman nama, Cy, kalau di sini tuh namanya jenang grendul," jawab Bang Sat kalem sambil melirik Setan yang saat ini menatapnya lembut. Astaga tatapan itu serta-merta membuat tengkuk pria bermana asli Satria Baja itu meremang.

"Bang Satria, beli semuanya aja ya? Ini cuman ada dua puluh lima, kok," ujar Setan tak kalah lembut dari puding tahu buatan ibu mereka. Gadis itu mengerjap-ngerjapkan mata mencoba mencari restu sang kakak yang pastinya tidak tega menatap denyar netra si ibu penjual kolak yang sepertinya ikut mengharap.

Kalau sudah begini, menjebak itu namanya dan Bang Sat tentu saja tidak bisa menolak. Mengembuskan napas panjang dengan senyum palsu yang bahkan tidak mencapai mata, Pria itu merogoh saku belakang celananya dan harus membelalak tatkala tidak mendapati dompetnya di sana.

WDT Academy Ramadhan [Lucifer Group]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang