EXTRA PART 2

1.7K 127 1
                                    


Rose menggeliat saat dirasa sesuatu yang basah nanun terasa hangat bergerak diantara leher dan bahunya.
Rose memerjapkan matanya meski rasa ngantuk bercampur lelah masih menggerogotinya. Matanya membelalak saat melihat suamianya-Jimin-sedang bermain dibagian leher hingga dadanya.
"O-oppa" lirih Rose serak.
Jimin hanya berdehem, tak menghentikan kegiatannya dibawah sana. Sedangkan Rose sudah tak mampu lagi menahan sensasi menggelegak yang Jimin berikan.
Ia lantas mendorong kepala Jimin pelan sampai pria tersebut mengangkat wajahnya meski terpaksa.
"Hentikan, aku lelah." ujar Rose mempoutkan bibirnya kesal.
Jimin terjekeh kecil, namun mengangguk pelan. Dibelainya wajah istrinya tersebut sampai kepipi, lalu berhenti pada bibir peach milik Rose.
"Morning kiss?" ujar Jimin menaikkan alisnya.
Rose mendengus kesal, lalu kemudian mengecup sekilas bibir tipis Jimin.
"Sudahkan? Sekarang turun dari tubuhku Oppa. Kau menghalangiku." protes Rose.
Jimin lalu perlahan menjatuhkan tubuhnya kesamping dengan kepala yang bertopang menggunakan tangannya.
"Apa Oppa tidak bekerja?" tanya Rose yang sibuk memasang pakaian dalamnya dihadapan Jimin.
Masa bodoh dengan Jimin yang mati-matian menahan hasratnya untuk tidak menerkam istrinya itu.
"Aku bekerja sayang, sebentar lagi kolega bisnisku akan datang." jawab Jimin seadanya saja.
Rose mengangguk meski ia tak perduli. Tak menunggu lama, iapun berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Jimin mengambil posisi duduk diranjangnya, ia melirik ponsel milik Rose yang tergeletak dinakas yang ada disampingnya.
Ia pun mulai membuka ponsel milik Rose, memeriksa apakah Rose menyimpan noner pria lain atau bahkan menghubungi seorang pria. Namun nihil, hanya ada riwayat telpon dari ketiga sahabatnya yang kebanyakan dari Jisoo.
Serta dua chat dari Lisa dan Jennie yang hanya ia abaikan saja.
SKIP
Rose telah selesai dengan ritual mandi paginya, ia kemudian menyempatkan diri untuk mengecek ponselnya sembari menggosok rambutnya menggunakan handuk kecil.
Dua pesan dari Jennie dan Lisa yang belum dibaca. Ia lalu menekan roomchat tersebut dengan santai. Matanya terbelalak saat membaca pesan dari Jennie tersebut.
-Hei Rose kau ingat dengan bobby sunbae? Rapper terkenal lulusan kampus kita dulu. Dia ingin bertemu denganmu, di Kafetaria pukul 2.-Jennie
-gimana malam pertamanya mawar  nya Lisa xixixixi-. Lisa
Sekiranya begitulah pesan yang dikirim oleh Jennie dan Lisa.
"Woaah aku jadi tidak sabar untuk menemui Bobby Sunbaenim. Dia pasti sangat keren sekarang." ujar Rose kesenangan.
"aish Lisa ini ga jauh dari Jisoo otaknya" Rose lalu memilih untuk turun kebawah untuk mengambil sarapan. Cacingnya bahkan sudah mendemo karena sang tuan belum mengisi sejak tadi malam.
Rose menghentikan langkahnya saat melihat Jimin sedang berbicara serius dengan kedua pria muda dengan jas hitam mengkilap. Sepertinya mereka adalah teman bisnis Jimin, pikirnya.
Rose pun mengendikkan bahunya acuh lalu kembali menuruni tangga. Atensi ketiga pria dibawah pun langsung terfokus pada Rose yang melangkahkan tungkai jenjangnya menuruni tangga.
Kedua kolega Jimin menatap Rose takjub, sementara Jimin sudah menatap Rose tajam.
Namun memang dasarnya Rose yang tidak mau mengherani mereka, ia melanjutkan langkahnya menuju dapur seakan tak ada yang menatapnya.
"Astaga siapa dia Jimin-ah? Cantik sekali." puji Hoseok yang tak tahu menahu tentang Roseanne.
Sedangkan Namjoon yang meski tidak menghadiri pernikahan Rose dan Jimin, namun ia tahu benar bahwa wanita yang baru saja turun dengan pakaian mengundang syahwat itu adalah Rose. Istri dari sahabatnya tersebut.
"Ya Hoseok-ah, sudahlah jangan membicarakan hal lain. Fokus pada pekerjaan kita." sela Namjoon yang menyadari tatapan mengkilap dari Jimin.
Hoseok mendengus karena teguran Namjoon barusan. Ia yang tak menyadari bahwa tatapan Jimin sudah berbeda hanya kembali menunduk membaca proposal.
Jimin? Jangan ditanya, tangannya bahkan sudah mengepal kuat sedari tadi saat melihat tatapan penuh minat dari kedua hyungnya terhadap istrinya.
SKIP
BRAK
Rose hampir tersedak Macaronnya saat Jimin tanpa ampun membuka pintu kamar mereka dengan beringas.
"Astaga Oppa! Apa yang kau lakukan? Kenapa membuka pintu seperti itu?" ujar Rose yang sedikit kesal pada suaminya tersebut.
Namun Jimin tak menghiraukan protesan Rose, ia lalu berjalan menuju lemari, membukanya lalu menarik semua pakaian Rose yang ada didalam.
Sontak Rose langsung membuang Macaronnya lalu berjalan menghentikan Jimin.
"Yak Oppa! Mau kau kemanakan pakaianku huh?!" pekik Rose kesal.
"Apalagi? Tentu saja kubuang." jawab Jimin tanpa mau menatap Rose.
"Mwo??!! Buang?! Apa kau sudah gila? Kemarikan pakaianku!" pinta Rose.
"Kau yang gila Rose! Kau! Siapa yang menyuruhmu untuk turun menggunakan pakaian sialan ini hah?!" bentaknya menunjuk pakaian santai yang melekat pada tubuh Rose.
"Apa maksudmu? Aku biasa memakai pakaian ini, kenapa jadi menyalahkanku?!" sahut Rose tak terima.
"Demi Tuhan Rose kau sudah membuatku marah!!" bentak Jimin murka.
Rose tersentak saat Jimin semakin menbentaknya.
"Apa-apaan hah?! Turun saat rekan bisnisku masih ada dibawah dan dengan penampilanmu yang sudah seperti penggoda huh?!"
Mata Rose membelalak tak percaya saat dengan mudahnya Jimin mengatainya penggoda.
"Apa kau sangat suka membuatku marah hah?! Aku benar-benar akan membakar semua pakaian sialanmu itu!" ujarnya lalu kembali mengambil semua pakaian Rose yang tersimpan dilemari.
"O-oppa! Hentikan! Jangan buang pakaianku!" cegah Rose, namun Jimin langsung menepis tangan Rose yang berpegang pada lengannya.
Rose hampir terjatuh namun masih bisa menyeimbangkan tubuhnya.
"Oppa! Jangan lakukan ini, kumohon!" pintanya lagi dengan air mata berderai.
Namun seakan tuli, Jimin yang sudah mengambil semua pakaian Rose langsung keluar dari kamarnya. Lalu diikuti oleh Rose yang menangis tersedu-sedu.
"Oppa! Hentikan Oppa! Hentikan!!" pekik Rose lagi saat tanpa ampun Jimin membuang semua pakaiannya ditong sampah yang ada dibelakang Rumah.
"Ck diam Rose! Ini akibatnya jika kau melawan kehendakku!" ujarnya penuh penekanan.
Lalu tak menunggu lama, Jimin menekan sebuah tombol pada tong sampaj tersebut hingga tak lama kobaran api mulai membakar semua pakaian milik Rose.
"Tidak!! Bajuku! Bajuku!" pekik Rose yang mencoba menarik pakaiannya yang belum terjilat api.
"Hiks bajuku! Oppa, padamkan apinya! Kumohon." pinta Rose dengan mata yang sudah basah.
Namun Jimin masih menampakkan wajah datar dan terkesan tak perduli dengan isakan Rose.
Lalu saat Rose nekat memasukkan tangannya kedalam tong sampah yang membara, Jimin langsung menahan tangannya segera.
"Apa kau sudah gila? Kau bisa membakar tanganmu Rose!" bentak Jimin.
Rose hendak melepas cekalan tangan Jimin, namun sayang tenaganya terlalu kecil jika dibandingkan dengan Jimin.
"Hiks bajuku.." lirihnya saat melihat kobaran api telah melahap pakaiannya tak bersisa.
"Lepaskan aku!!" bentak Rose lalu menghempas tangan besar milik Jimin hingga cekalan tangan Jimin terlepas.
"Dasar gila! Kau membakar semua bajuku hanya karena cemburu buta?! Kau benar-benar tidak waras!! Aku membencimu!" bentak Rose berlinang air mata.
Ia lalu berlari kembali memasuki Mansion Jimin lalu mengunci kamarnya dari dalam agar Jimin tak dapat masuk.
Rose menangis tergugu saat mengingat perlakuan kejam Jimin padanya seperti barusan.
"Hiks .. Siapa yang aku nikahi? Aku menikahi monster! Bukan manusia!!" monolognya berteriak putus asa.





























Jangan lupa vote nya semoga suka sma extra part nya byeee

DANGEROUS MAN || jirose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang