Born To You •Part 2•

‹33› Τριάντα τρία

¬Born To You¬
~Part 2~

Original story by Jen_na23
Please Leave Your Vote And Comment
Sorry For Typo

🍀ENJOY YOUR READ 🍀

Beberapa bulan telah berlalu, kondisi Jaemin juga sudah baik-baik saja.

Namun, selama itu ia menjadi sedikit menjaga jarak dari Jeno; saudaranya sendiri. Ia masih takut akan kejadian tempo lalu.

Bagaimana ia dan Jeno berhubungan begitu 'intim' meski tidak sampai pada intinya karena ia menangis dan memberontak dari Jeno.

Ia masih malu sekaligus kecewa mengingat penampilannya saat itu, bagaimana bajunya yg terbuka dan tubuh serta bagian bibirnya basah oleh saliva.

Kini Jaemin sedang sendiri di sebuah taman. Ia sengaja pergi kesana karena ingin menenangkan pikirannya sejenak.

Helaian rambutnya bertebaran lembut dan terdengar bersamaan sesuai helaan nafasnya, lelah. Baik pikiran atau fisiknya benar-benar terasa lelah.

"Kenapa semuanya terasa aneh? Kenapa kejadian seperti ini harus datang padaku?" gumamnya.

Kepalanya tertunduk dalam, menyesali segala yang telah terjadi.

Dan juga-

"Mengapa aku harus memiliki perasaan untuk Jeno yang notabene-nya adalah saudaraku sendiri? Kenapa?"

-menyesali perasaannya.

Ia tahu, perasaan yang ia miliki ini salah. Ia tidak seharusnya jatuh cinta pada saudaranya sendiri. Meski selama ini ia selalu melarang Jeno untuk tidak berbuat lebih jauh dengan kata-kata; 'Kita adalah Saudara, Jen!' tapi tak dipungkiri bahwa hatinya sesak jika mengingat fakta itu.

"Ya Tuhan, bagaimana ini? Tolong beritahu aku bahwa perasaan ini hanya perasaan kasih sayang sesama saudara, bukan? Aku--aku tidak benar-benar mencintai Jeno, bukan? Kumohon beri aku petunjuk." gumamnya memohon.

Puk

Jaemin menoleh kala bahunya terasa ditepuk seseorang dari belakang.

"Mark Hyung?" panggilnya.

Mark tersenyum lembut menatap Jaemin.

"Sedang apa kau di sini, Na?" tanya Mark.

"Tidak ada, hanya ingin saja." jawab Jaemin lembut.

"Kau sendirian? Tidak bersama Jeno?" tanya Mark.

Jaemin menggeleng pelan.

"Mau kutemani? Oh ya, tadi aku membeli roti ini juga, ini makanlah. Mumpung masih hangat." ujar Mark sembari menyodorkan roti kepada Jaemin.

Jaemin mengambilnya dengan tenang, entahlah ada perasaan aneh ketika Mark menatap dirinya dengan begitu lembut dan juga memberinya perhatian.

Ia merasa bahwa Mark memiliki hubungan erat dengannya, tapi ia tidak tahu apa itu. Ia bahkan juga merasakan kehangatan seorang kakak.