Chapter 13

231 32 17
                                    

Thanu sampai di Sirkuit dengan tidak tepat waktunya. Kerumunan bersorak menonton dua LCD yang menampilkan apa rjadi di arena. Kedua mobil telah berpacu dan bertarung dengan kondisi lingkungan. Thanu mengepalkan tangannya. Dia... terlambat.

Thanu membelah kerumunan agar dirinya bisa melihat lebih jelas. Dia menengadah menatap LCD yang menampilkan mobil berwarna kuning menabrak mobil lain di depannya. Hati Thanu ikut khawatir.

Melihat senior di fakultas medis itu linglung menatap LCD, Sandee yang kebetulan melihatnya menarik pria itu mendekat ke mobilnya.

"Kenapa Phi telat, sih!?" sentak Sandee marah. Dia berhasil membangunkan Thanu yang linglung menatapi layar LCD.

Thanu memaksa dirinya mengalihkan pandangannya. "Dia..." lidahnya kelu. Thanu mengepalkan tangannya dan tak mengeluarkan kata apapun lagi. Fokusnya pada arena balap.

Lima menit setelah kedatangan P'Thanu, P'Mark datang. Mobil pria itu membelah kerumunan. Sandee langsung dapat melihat kalau P'Mark sangat mengkhawatirkan P'Yu.

Roda mobil Mark berdecit keras. Setelah mobil berhenti, tanpa memarkirkannya, Mark turun dari mobil dan tergesa-gesa berlari menuju Sandee. Mobil P'Thanu berada di sebelahnya.

"Phi! Bagaimana Wayu? Dimana dia!?" seruan Mark tenggelam dengan sorakan kerumunan pada layar LCD. Mark memucat. Dia mengikuti pandangan P'Thanu ke layar.

"Wayu..." lidah Mark kelu dengan rasa takut. Dia menyambar lengan Sandee. "Kenapa kamu tidak menghentikannya!?"

Sandee yang dituduh menjadi emosi. Dia menyentak tangan P'Mark. "Aku tidak bisa dan karenanya menelponmu! Harusnya aku yang bertanya bagaimana bisa kamu tidak bisa menghentikan P'Wayu!"

Mark mengepalkan tangannya. Kedua mata Mark merah karena emosi. Dia berteriak frustasi sebelum mengendalikan emosinya. Meski begitu, dapat terlihat sekali rasa marah dan takut dari wajahnya yang mengeras.

"Dia dimana?"

"Mobil Skyline 7 itu milik Black," jawab Sandee.

Mark mengusap wajahnya. Angin dingin yang membuat tubuhnya dingin tak begitu terasa dengan panas amarah dalam hatinya. Dia menengadah mengawasi layar LCD.

.
.
.

Mark tidak tahu berapa kali jantungnya meloncat. Amarah pun sudah tak ada tergantikan dengan khawatir dan takut mengawasi perjalanan Skyline 7 itu di lintasan Buriram. Tiap kali mobil Bugatti Kuning menabrakkan dirinya pada Skyline 7, tiap kali pula Mark merasa hatinya meloncat. Tiap kali mobil itu menikung dan memberikan drift yang kurang mulus, tiap kali itu pula Mark memucat.

Degup jantungnya terasa begitu cepat meski dia hanya menonton. Tapi, dengan kecepatan ini, Mark sulit untuk memastikan kondisi sahabat sekaligus adiknya itu.

Tangan Mark terkepal menahan dirinya untuk tidak memasuki mobil dan mengejar kedua mobil yangag berpacu.

Dia tak bisa menahan sentakan tubuhnya saat mobil kuning itu hampir terbalik di tikungan tajam dan menabrak pohon. Mark tak bisa menahan gemetar di tubuhnya acap kali Skyline biru milik Black itu terbanting.

Mulutnya tak bisa berhenti mengumpat saat mengawasi pertandingan. Untungnya itu tak lama.

Sesaat lagi finish, Mark bisa melihat Skyline 7 itu bergerak cepat ke arahnya. Ada masalah!

Mark melihat roda belakang mobil itu meledak! Wajah Mark yang pucat semakin pias. Dia tak bisa menahan makian di tengah keringat dingin yang mengucur dari keningnya.

Mark meremas tangannya. Dia tak bisa berhenti berdoa untuk keselamatan Wayu.

Finish!

Mobil itu tak bisa berhenti! Sial!

BLack And Wha(Yu)iteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang