level 3

121 23 3
                                    

Pulang Kerja

Ceroboh. Satu kata yang mewakili apesnya Tzuyu malam ini. Handphonenya, satu-satunya benda paling berharga yang dia punyai sekarang jatuh kecemplung wastafel pencuci piring. Gara-gara itu dia jadi kesusahan menghubungi kakaknya untuk minta dijemput. Mana kakaknya juga kalo dihubungi susah. Nggak cukup sekali-dua kali. Harus sampai Tzuyu tersulut emosi.

"Mbak Nayeon temenin deh sampe kamu dijemput. Nih mau nelfon kakakmu lagi? Mbak Nayeon masih ada pulsanya. Kuota juga ada, biar sekalian dihabisin aja karena udah mau kadaluarsa malam ini," tawar Nayeon.

"Nggak papa Mbak?" Nayeon mengangguk.

Setidaknya Tzuyu masih bersyukur di saat cobaannya datang karena ada mbak Nayeon yang mau membantunya meminjamkan handphonenya. Kawan lain tadi sudah pada pulang duluan. Bukan nggak setia kawan, tapi ada alasan masing-masing. Mina, Chaeyoung, Sana dan Dahyun kalau sampai mengulur waktu pulang mereka bisa ketinggalan MRT. Momo sekarang jadi lebih sering dijemput pacarnya. Jeongyeon, dia memang pakai motor sendiri tapi kasihan kalau Tzuyu minta dianterin dia, masalahnya daerah rumah Tzuyu itu rawan begal. Kalau Nayeon memang dia biasa berangkat dengan sepeda lipat pinknya. Kosan tempatnya tinggal sulit dijangkau kendaraan umum jadi terpaksa dia pakai sepeda.

"Bisa enggak? Atau mungkin kakak kamu lagi jalan kesini," kata Nayeon.

"Iya kali yah. Maaf yah Mbak itu pulsanya aku pake buat spam sms, soalnya kakak aku ngga on whatsaapnya," kata Tzuyu.

"Nggak papa Tzu. Kita tunggu disini aja, kalo kakak kamu ngga jemput-jemput nanti kamu nginep aja di kos Mbak," kata Nayeon. Tzuyu mengangguk.

Selang nggak lama kemudian, sinar lampu motor menyorot ke Tzyu dan Nayeon. Tzuyu paham betul itu motor kakaknya. Benar feelingnya kalau itu motor abangnya. Usai berpamitan dengan Nayeon, Tzuyu langsung pulang sama abangnya itu. Nayeon sih sempat dengar tadi Tzuyu mencak-mencak sambil mukul helm abangnya.

"Kak Brian lama banget sih! Aku sampe ngabisin pulsa temen aku tau! Aku betot kepala Kakak nanti kalo sampe rumah."

Menyusul yang lainnya Nayeon juga ikut pulang. Dia segan bermalam sendirian di depan BFF's Kitchen.

"Aduh kenapa nih sepedanya?"

Sepeda Nayeon sulit untuk digoes. Pedalnya selalu merosot tiap kali Nayeon mencoba menggoesnya. Apakah cobaan Tzuyu dilimpahkan padanya? Mengapa gilirannya dapat musibah semua teman-temannya sedang tidak ada? Sekarang rantai sepedanya putus dan Nayeon tidak tahu harus minta tolong ke siapa.

Cobaannya belum berhenti disana. Bunyi notifikasi masa berlaku kuota yang habis membuat Nayeon makin jengkel. Ketika dirinya mencoba menelfon ke nomor Jeongyeon karena cuma dia yang kemungkinan bisa mendatanginya dengan cepat, tapi dia ingat kalau pulsanya juga dihabiskan Tzuyu.

Malam-malam, sendirian dan kosan masih jauh. Betapa tak terduga kejutan Tuhan yang diberikan padanya. Nayeon hanya bisa menangis sambil menuntun sepedanya. Entah mau sampai pukul berapa dia bisa sampai ke kosannya.

Meskipun jalanan masih cukup ramai motor lalu-lalang, tapi tidak ada satupun yang peduli pada gadis malang itu. Di tengah jalan, Nayeon yang kelelahan memilih untuk duduk beristirahat. Tengak-tengok kanan dan kiri, tak ada hilal penolongnya akan datang. Nayeon bingung mau apa.

"Mbak yang di kedai seblak yah?" tanya seseorang.

Ong Seungwoo. Nayeon paham dengan lelaki itu.

"Iya, maaf aku ganggu kamu yah?" Nayeon lupa tadi menangis sekencang-kencangnya. Mungkin suaranya mengganggu ketentraman publik.

"Enggak kok Mbak. Mbak kenapa nangis disini?" tanya Ong.

"Sepeda saya rusak rantainya putus. Saya mau pulang tapi nggak bisa. Memang sih udah lama saya nggak ngasih dia oli, jadinya berkarat gitu," jawab Nayeon.

"Yah kebetulan saya juga nggak bisa betulin sepeda. Rumah Mbak masih jauh?"

"Dua kilo meteran dari sini. Saya bingung mau pulang pake apa. Naik taksi juga saya nggak bawa uang banyak," kata Nayeon.

"Naik taksi aja pake uang saya dulu nggak papa," tawar Ong.

"Enggak deh Mas, takut nggak bisa ganti uangnya."

"Daripada Mbaknya nggak sampe-sampe di rumah gimana? Ini udah malem lho Mbak."

Memang tidak ada pilihan lain. Terpaksa dia menerima tawaran Ong ini. Nayeon berjanji pada pemuda itu untuk mengganti uangnya. Dia juga meminta nomor telefon Ong supaya bisa mudah menghubungi Ong.

"Nanti kalo ada orang yang chat kamu atas nama Nayeon, itu nomor aku yah Ong. Makasih yah udah minjemin aku uang," kata Nayeon.

Taksi pun datang dan Nayeon segera menaikinya. Sepedanya diangkut ke bagasi oleh sang supir.

"Ke jalan Gelatik nomer lima yah Pak," kata Nayeon.

Taksi bergerak ke tempat tujuan Nayeon. Berungtung sekali Nayeon bertemu Ong Seungwoo, cowok ganteng murah hati yang mau membantu dirinya. Rasa lelahnya Nayeon membuat matanya merasa ngantuk. Tanpa dirinya sadari dia sudah masuk ke alam tidurnya.

Berkisar 25 menit taksinya mengantar Nayeon sampai depan gang. Berhubung sempit jadi taksinya hanya mengantar sampai sana. Nayeon yang terbangun dari tidur akhirnya turun juga. Pak supir membantu menurunkan sepedanya.

Uang yang tadi diberi Ong padanya, tiba-tiba saja hilang. Nayeon tak bisa membayar taksinya jika tidak ada uang itu. Dicarinya uang itu ke jok yang dia duduki, tapi nihil juga hasilnya.

"Kalo nggak ada uangnya nggak papa kok Mbak, mungkin jatuh," kata pak supir.

"Enggak kok Pak, tadi udah saya simpen di tas saya."

"Nggak papa Mbak, saya ikhlas bantuin Mbak. Lagian Mbak kenapa tadi di jalan malem-malem sendirian Mbak? Disana kan rawan begal Mbak," kata pak supir.

"Saya kan pulang kerja, tapi sepeda saya rusak Pak. Terus tadi ada orang ngasih uangnya buat saya naik taksi, tapi uangnya hilang Pak," jelas Nayeon.

"Mana ada Mbak, tadi Mbaknya sendirian. Mbak kerja dimana memangnya?"

"Di rumah makan seblak yang di jalan Perkutut, Pak. Saya kan tadi berhenti di halte sebrangnya," kata Nayeon.

"Mbak tadi di jalan Delima, Mbak. Dekat jalan ke Pasar Rebo. Disana kan sepi, makanya saya heran kenapa Mbak malem-malem disana."

"Yang bener Pak? Saya jalan jauh banget dong Pak berarti."

"Iya Mbak makanya. Mbak sekarang cepet-cepet pulang aja, bersih-bersih jangan langsung naik ke kasur. Baca doa sebelum tidur. Mau saya antar sampai ke rumah Mbak?"

"Enggak Pak, nggak papa saya sendiri. Makasih banyak yah Pak udah gratisin saya. Gimana kalo besok Bapak dateng ke kedai seblak di jalan Perkutut, nanti saya kasih uangnya?"

"Nggak papa Mbak ngga usah. Mbak lekas pulang aja daripada kenapa-napa nanti."

"Kalo gitu makasih banyak yah Pak."

Nayeon masih memikirkan kenapa dirinya bisa di tempat yang jaraknya sekitar 3km dari tempat kerjanya. Dengan berjalan kaki pula. Dan jelas tadi Ong membantunya, kenapa supir taksinya tadi tidak melihat Ong. Jangan-jangan supir taksinya yang mengibul.

"Coba aku liat sekali lagi pak supirnya napak atau enggak."

Nayeon membelalak ketika taksi yang mengantarnya sudah tidak ada. Bulu kuduk Nayeon seketika meremang. Padahal dia belum mendengar deru mesin taksinya pergi. Langkah Nayeon terburu-buru menuntun sepedanya. Takut jika benar supir taksinya tadi adalah manusia jadi-jadian.

...






Ada yang kangen enggak sama karyawan BFF's Kitchen? Dukungan kalian sangat berpengaruh buatku semangat lanjutin ceritanyaㅠㅈㅠ makasih yah buat yang baca + suka like dan komen lupyuu💜

(TWICE) seblak : ceker pedasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang