🌻Part 59: Kesabaran Akan Membawa Kebahagiaan

64 21 99
                                    

HAPPY READING❤

Waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB. Itu tandanya, Galyi dan yang lainnya sudah lama meninggalkan Niol di sana.

"Ini udah malem, kita ninggalin Niol sendirian lama banget. Kita balik ke sana, ayo!" ajak Galyi kepada Tiara dan yang lainnya.

"Nggak papa, Kak, biarin aja. Orang dia juga nggak sendirian, kok."

Galyi menaikan alisnya bingung. Apa yang di maksud adik Niol ini. "Maksud kamu apa?"

Ica menghentikan acara makannya sebentar, "Jadi gini, Kak. Kak Niol itu lagi nunggu Kak Riri di dalem ruangannya. Biarin dia lepas kangen sama istrinya, gitu. Siapa tau, pas Kak Niol dateng, Kak Riri bangun gitu." Serelahnya ia melanjutkan kembali aktivitas yang tertunda.

Tiara dan Galyi sontak mengangguk paham. "Oh, jadi kamu sengaja ninggalin kakak kamu supaya bisa berduaan sama Riri?" tanya Tiara memastikan.

Ica mengangguk semangat, Nadia yang melihat itu ikut tersenyum. "Biarain mereka berduaan dulu, 'ya. Gue tau, kak Niol, pasti kangen banget sama istrinya itu. Apalagi sekitar tiga tahun ini, dia kalau pulang, 'pun, nggak bisa mandang istrinya lama-lama atau deket-deket. Kalau pulang aja, kalian tau gimana mereka," kata Nadia.

Mereka semua mengangguk. Benar kata Nadia, jika mereka bertemu saja bagaikan orang asing. Saat Niol berkunjung ke rumah El, dan Riri baru saja pulang, wanita itu hanya tersenyum dan langsung berlalu ke kamarnya, tanpa basa-basi.

"Iya juga, kadang aku kasihan sama Kak Niol. Setiap pulang dari Inggris, yang dia tanyain bukan Bunda atau Ayah, tapi kak Riri. Kadang aku sebagai adiknya, kesel sama dia! Kenapa nggak bisa mikir jernih, kalau istrinya lagi nggak sehat gitu. Tapi, satu sisi aku juga ngerti, gimana jadi kakak. Apalagi kuliah kedokteran harus bener-bener, nggak boleh keganggu. Ih, aku kalau jadi Kak Niol, udah deh, nggak tau lagi. Kayaknya udah mundur aja, nggak mau lanjut kuliah." Setelahnya, Ica memasang wajah cemberut saat ia mengingat bagaimana kakaknya dulu.

Tiara dan Nadia hanya tersenyum. Sedangkan Galyi, pria itu hanya menggeleng.

"Tapi bener, Ca. Kalau emang kita nggak kuat mental apalagi fisik, udah out dari kedokteran. Aku aja, di awal pengen udah aja gitu males, capek sama semuanya. Tapi, karena aku udah ngerasain pas di S1, ya, jadi nikmati aja. Dan sekarang naik tingkat, semester awal aja udah ngajak perang." Tiara ikut menyahuti ucapan Ica dengan di akhiri kekehan.

Tak lama, Sanja, Megan dan Dio datang. "Sorry, kita telat!" ujar Sanja, lalu ikut duduk di sebelah Galyi.

"Oke, santai aja. Kita juga lagi makan," jawab Galyi.

"Niolnya mana?" tanya Megan yang menilik, tak ada sosok Niol di antara mereka.

"Kak Niol, lagi nunggu bininya, Kak. Biasa, melepas rindu."

Megan mengangguk saat ucapan Ica mampu menjawab pertanyaannya.

"Emangnya Riri udah inget lagi sama Niol?" tanya Sanja.

Sontak semuanya menggeleng lemah.

"Kita nggak tau pasti, Kak. Karena Riri belum juga sadar. Kita doain aja, semoga dia cepet pulih," kata Tiara.

Mereka semua mengangguk dan selanjutnya hanyut dalam obrolan masing-masing.

NIORI [Selesai]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang