🌻Part 70: Pengakuan

45 3 16
                                    

HAPPY READING❤

Dinginnya jeruji besi ia hiraukan. Tubuhnya seakan kaku, tak bergerak.

"Tolong!!"

Teriakan tersebut membuat seisi ruangan langsung menoleh ke arah sumber suara. Tatapan silih berganti.

"Sepertinya itu suara tahanan baru. Tolong kamu lihat, kenapa lagi dia," kata salah satu polisi.

"Baik."

Lalu seseorang itu pergi melihat apa yang terjadi.

"Tolong! Keluarin say—"

"Ibu Nasya! Anda membuat kebisingan, tolong jangan berisik," kata polisi pria tersebut.

Sedangkan Nasya malah menatapnya dengan semangat. "Pak, tolong keluarin saya. Saya mau ketemu sama Niol, Pak. Dia suami saya." Nasya memohon kepada polisi tersebut.

Sedangkan sang polisi hanya menggelengkan kepala.

"Pak, cepetan keluarin saya. Bapak mau saya tuntut, 'ya? Cepet keluar—"

"Bu Nasya! Diam!!"

Peringatan mulai di lontarkan kembali. Polisi mulai kesal akan kelakuan Nasya yang keras kepala.

Nasya sedikit tersentak, ia diam sekarang. Tapi dumelan tetap keluar dari mulutnya.

"Malah di suruh diem, padahal gue pengen ketemu Niol, mau minta keluarin dari sini. Di sini nggak enak," gumamnya sembari terduduk di lantai.

Sedangkan polisi sudah berlalu pergi entah kemana.

Tak lama, salah satu polisi datang dan menghampiri Nasya.

"Ibu Nasya, ada kunjungan untuk Anda," kata salah satu polisi wanita.

Nasya tersenyum senang. "Itu pasti suami saya, Bu. Niol pasti," katanya dengan penuh semangat.

Polisi langsung membuka kunci dan membawa Nasya ke ruang tunggu.

Saat sampai di sana, ternyata benar itu Niol. Nasya langsung berlari ke arah Niol, ia senang.

"Sayang, akhirnya kamu datang juga. Kamu pasti mau bebasin aku, kan? Makasih sebelumnya, sayang." Nasya berbicara kepada Niol seolah Niol akan mengeluarkannya dari sini. Matanya berbinar.

Pria itu hanya memasang wajah dingin. Ia tak menggubris ucapan Nasya.

"Sayang ngomong dong," ucap Nasya sembari menggenggam tangan Niol, tapi tak lama pria itu menghempaskan tangan Nasya.

"Jangan seperti ini, Nasya."

Nasya terdiam sembari menatap Niol sendu.

"Kam-u kenapa? Marah sama aku, 'ya?" tanyanya polos.

Dasar medusa, apa dia tidak merasa bersalah sama sekali.

Niol menatap wanita di depannya iba. Bagaimana bisa ia tak merasa bersalah atas tindakannya selama ini kepada Riri.

"Niol, kam—"

"Cukup!" kata Niol dengan nada dingin dan mencekam.

Nasya membuang muka ke sembarang arah. Ia paham jika Niol berbeda sikap pasti ada sesuatu.

"Kamu kenapa, sih?!" tanya Nasya dengan tatapan yang tak tau arah.

"Belum puas kamu sudah membuat saya hampir putus asa? Belum puas, kah kamu menyakiti saya dan Riri? Nasya, apa kamu belum puas melihat saya menderita?" tanya Niol dingin tapi didalamnya terdapat kesakitan yang mendalam.

NIORI [Selesai]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang