🌻Part 71:"Mas Anak Kita"

71 4 16
                                    

HAPPY READING❤

Setelah beberapa hari berada di rumah sakit, keadaan Riri semakin membaik. Begitupun dengan luka tembak di kaki Niol.

Tempo hari saat Riri tak sadarkan diri. Ternyata wanita itu mengalami trauma paska kejadian yang menimpanya. Itu membuat mentalnya terguncang dan terlalu menakutkan bagi dirinya. Tapi, setelah menjalani berbagai terapi yang di anjurkan, keadaannya semakin membaik.

Niol—sebagai salah satu calon dokter ikut serta dalam menangani istrinya. Walau ia juga tengah terluka, tapi ia mampu membantu menyembuhkan luka istrinya yang lebih membekas.

"Ah, pak Niol ini sangat pandai. Walau bukan keahliannya, tapi ia mampu membantu menangani trauma istrinya. Saya sebagai sesama dokter, merasa kagum kepadanya," kata dokter Sam yang kini tengah berbincang dengan salah satu rekan dokternya.

Saat itu juga Milla dan Aldo tak sengaja tengah melewati tempat tersebut. Mereka juga tak sengaja mendengar perbincangan dokter Sam dan rekannya.

Milla menoleh ke arah Aldo. "Ayah, bunda bangga sekali kepada Niol. Walau ini bukan keahliannya dulu, tapi sekarang ia sangat mahir. Apalagi dulu cita-citanya menjadi Astronot, mungkin sangat mustahil untuknya masuk kedokteran dengan riwayat dia yang membenci medis. Ah, terima kasih Tuhan, atas segala-galanya," kata Milla dengan wajah bahagia.

Aldo mengangguk dengan senyuman di wajahnya, "Ayah juga bangga kepada dia, Bunda. Niol dan Natasya adalah malaikat sekaligus permata di kehidupan kita." Aldo merangkul Milla tak lupa senyuman di wajah masing-masing.

Sedangkan saat ini Niol baru saja selesai menyuapi istrinya. Pria itu tersenyum manis sembari menggenggam tangan Riri.

Riri mengerutkan dahinya. "Kenapa senyum-senyum gitu?" katanya.

Niol semakin mengembangkan senyum tersebut, yang membuat Riri semakin heran. "Kak Niol, jangan senyum terus dong!"

"Lho, memangnya kenapa?" tanya Niol dengan alis yang berkerut.

"Nanti aku diabetes, kamu tanggung jawab, 'ya?"

Sontak Niol tertawa saat istrinya berhasil menggombalinya. Riri juga langsung menutup wajahnya karena malu.

"Pinter gombal sekarang kamu, 'ya. Saya juga kalah telak jadinya." Riri dan Niol tertawa.

"Hahaha, aku bukan gombal. Ini itu fakta. Soalnya senyum kamu manis banget, Kak, suer ...." kata Riri dengan mengangkat jari tengah dan telunjuknya ke atas membentuk huruf V.

Karena merasa gemas, Niol langsung menyubit pipi merona Riri, yang membuat sang empu mengaduh.

"Aw ... Aw, sakit sayang ...." Riri mengusap pipinya.

Niol terkekeh, "Cubitannya pelan, Ri."

"Pelan, tapi masih di cubit, 'kan? Ya, berarti sakit dong!"

Niol menggeleng. "Ih, saya tidak menekan kuat, lho. Cuma menempel pada pipi—"

"Pokoknya kamu nyubit aku titik. Aku ngambek!"

Niol langsung mengubah raut wajahnya. "Lho, kok ngambek? Saya minta maaf, deh."

"Assalamualaikum."

Niol dan Riri langsung menoleh ke sumber suara.

"Waalaikumsalam, eh Bunda sama Ayah." Riri tersenyum ke arah Milla dan Aldo.

Milla dan Aldo segera bergegas menghampiri keduanya, tak lupa ia menyimpan bawaan di atas meja terlebih dulu.

Milla duduk di kursi yang awalnya Niol duduki. "Gimana keadaan kamu sayang? Masih ada yang terasa sakit?" tanya Milla.

NIORI [Selesai]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang