Wattpad Original
Ada 6 bab gratis lagi

Prolog

37.8K 1.4K 47
                                    

Di Jalan Ciliwung nomor 123, Kota Surabaya, ada warung bakso yang tak pernah sepi pembeli. Selain karena cita rasa dari bakso yang nikmat, pun karena selalu ada musik keroncong yang dimainkan oleh beberapa lelaki paruh baya di depan warung tersebut.

Kieva melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, pukul dua siang. Dia sedang menunggu seseorang. Mereka memiliki janji temu pukul dua ini, tetapi perempuan itu tak juga datang. Kieva sudah memesan dua porsi bakso dan dua gelas es jeruk, tak lama kemudian pesanannya datang.

"Terima kasih, Mas," tukas Kieva sembari tersenyum. Senyum Kieva melebar tatkala melihat dua porsi bakso di depannya. Sudah lama rasanya Kieva tak berkunjung ke warung bakso ini. Setelah lulus SMA dia sudah tak memiliki alasan untuk datang ke sini. Bakso Solo Rindu Malam merupakan tempat makan favorit seseorang yang akan ditemui Kieva hari ini. Satu-satunya alasan dia datang ke sini, karena orang itu.

Kau sampai mana?

Dengan tidak sabar, Kieva mengirim pesan kepada seseorang yang akan ditemui hari ini. Bukan apa-apa, dia hanya takut bakso mereka dingin. Tentu, rasanya akan tidak enak. Lalu, Kieva meraih gelas es jeruk miliknya. Belum sempat Kieva mengarahkan gelas tersebut ke bibirnya, tangan kanannya kebas, kemudian dia menjatuhkan gelas tersebut. Gelas itu jatuh ke atas meja, semua isinya tumpah, Kieva dengan sigap berdiri agar tidak terkena cipratan air jeruknya yang tumpah. Meskipun begitu, gaun berwarna merah muda yang dikenakannya tetap terkena.

"Ah, maaf," Kieva berkata begitu saja, ketika pegawai warung datang. "Biar saya bantu." Kieva hendak membereskan kekacauan yang dilakukannya.

"Tidak perlu, Mbak. Biar saya saja," pegawai lelaki itu menyergah. Kieva sedikit membungkuk, sambil meminta maaf sekali lagi.

Kieva menarik napas dalam-dalam kemudian mengeluarkannya. Di sekelilingnya, orang-orang melihatnya sekilas, kemudian kembali menikmati baksonya. Di sisi luar, vokalis musik keroncong terus melantunkan lagu. Dada Kieva berdebar, napasnya sedikit memburu. Lalu, pegawai lelaki tadi menyuguhkan segelas es jeruk lagi.

"Silakan," tukas lelaki itu.

Kieva memaksakan senyum. "Terima kasih."

Es jeruk yang disuguhkan oleh pelayan tadi kembali mengembun. Kieva hanya memandangnya, tanpa mencoba menyentuhnya kembali. Pandangannya beralih ke tangannya. Dia tahu, keadaannya akan semakin memburuk. Cepat atau lambat, dia harus memberitahu Morgan, mengenai hal ini. Dan apa yang dilakukan Kieva hari ini, ada hubungannya dengan keadaannya dan suaminya.

"Kie," panggil seseorang. Kieva menengadah, seulas senyum tercipta di wajahnya. Ah, tidak. Bukan sekadar senyum, tetapi senyuman bahagia. "Maaf, telat."

"Alo!" seru Kieva, membuat beberapa pelanggan Bakso Rindu Malam terganggu. "Duduk dulu," pintanya pada perempuan itu.

Perempuan yang dipanggil Kieva, bernama Alovia. Teman Kieva semasa sekolah dahulu. Secara kebetulan, Kieva bertemu kembali dengan Alovia beberapa bulan lalu, kemudian hari ini Kieva mengajak Alovia bertemu.

Alovia menarik sudut-sudut bibirnya, kemudian duduk di kursi panjang di depan Kieva.

"Apa kabar, Alo?" tanya Kieva begitu Alovia duduk di kursinya. Dia mendorong satu porsi bakso yang sudah dipesannya. "Aku sudah pesan terlebih dahulu, agar ketika kau datang bisa langsung makan." Kieva menjelaskan dengan penuh semangat. Alovia tersenyum dan mengangguk. "Agak dingin. Tidak apa-apa, ya?" Lagi-lagi, Alovia hanya mengangguk.

"Kau dulu suka sekali dengan bakso ini, 'kan? Makanya, aku ingin makan bakso ini lagi denganmu." Dengan bersemangat Kieva memecahkan kecanggungan di antara mereka. Kieva mengalihkan pandangannya ke arah tempat parkir. Di sana ada banyak motor pelanggan yang diparkir secara rapi. Dan Kieva tahu, motor berwarna merah dengan ujung sepatbor patah, serta goresan di banyak tempat itu adalah motor Alovia. Mendadak, Kieva menjadi sedih.

Dulu, Alovia tidak jauh berbeda dengannya. Dia perempuan yang ceria, penuh ambisi dan bercita-cita tinggi. Tapi, yang Kieva lihat Alovia berbeda jauh. Dia semakin kurus, kedua matanya menghitam dan cekung. Apa yang telah terjadi dalam kehidupan Alovia, sehingga membuat perempuan cantik ini seperti itu?

"Dimakan dulu, Al," ujar Kieva. Alovia tersenyum dan mengangguk. Mereka mulai memakan bola bakso yang disajikan. Kieva merasa senang, sebab dia sudah baik-baik saja ketika Alovia datang. Sakitnya tidak kambuh. Akan tetapi, itu hanya masalah waktu.

"Ada apa mengajakku bertemu?" akhirnya, Alovia bersuara. Rasanya aneh, tiba-tiba saja Kieva mengajaknya bertemu, setelah sekian tahun tak ada kabar. Memang, sejak mereka lulus SMA dan berkuliah di kampus yang berbeda, mereka seakan tak saling mengenal. Keduanya lost contact dan tak ada satu pun yang berusaha untuk mencari dan berhubungan lagi.

"Aku ingin mengenang kisah lama kita, tentu saja," jawab Kieva sembari tersenyum. "Aku rindu kau, Alo." Seperti biasa, Kieva bisa mencairkan suasana. "Kau tak rindu masa-masa SMA kita?"

Alovia menarik sudut-sudut bibirnya. Masa SMA adalah masa paling indah dalam hidupnya. Mengenal Kieva adalah salah satu hal terindah itu. Tapi, masa itu sudah terlampau jauh untuk dikenangnya. Sebab, keadaannya kini sudah sangat jauh berbeda.

"Rindu," Alovia tetap menjawab pertanyaan Kieva. Perempuan di hadapannya itu tersenyum puas.

"Kau sudah menikah, Alo?"

Apabila orang lain yang bertanya seperti itu, Alovia akan tersinggung. Tapi, ini Kieva. Teman semasa SMA-nya yang baru ditemui saat ini. Sangat wajar apabila dia ingin tahu keadaan Alovia saat ini. Maka, Alovia mengangkat kedua tangannya, menunjukkan jari-jarinya yang bersih, tanpa ada cincin satu pun.

Kieva tertawa kecil. "Ah, aku mengerti." Kieva memandang gelas es jeruknya. Gelas itu masih utuh. Dia ingin melepaskan dahaganya, tetapi dia takut kejadian yang sama akan terulang. "Alovia."

"Hmm?"

Kieva tersenyum canggung, tetapi dia menatap lurus ke arah Alovia. "Sejujurnya, aku ingin meminta bantuan pada kau."

"Bantuan?" Alovia tidak mengerti. Kieva memerlukan bantuan apa dari seorang Alovia yang tak memiliki apa-apa.

"Ya," sahut Kieva. "Aku tahu, aku tak pantas meminta ini. Tapi, aku punya alasan yang kuat dan hanya kau yang bisa membantuku."

"Aku tidak mengerti," Alovia berkata jujur.

"Menikahlah dengan suamiku, Alovia."

Dari semua permintaan seorang teman lama, Keiva memilih meminta Alovia menikah dengan suaminya. Tentu, Kieva sudah tidak waras.

***

Please Say Yes To My Husband [The Wattys Winner 2022]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang