Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi

BAB 4: Sesak yang Enggan Sirna

9K 760 14
                                    


Tidak biasanya, atasan Alovia memanggilnya sepagi ini. Informasi itu disampaikan oleh Rena, tepat ketika Alovia membuka pintu kantor notaris. Rena berkata, atasannya sudah ada di ruangannya dan ingin bertemu dengan Alovia. Tak ada pikiran macam-macam yang menghampiri Alovia. Tapi, tumben-tumbennya atasannya itu datang sepagi ini, bahkan sebelum Alovia datang? Alovia segera melihat jam di pergelangan tangannya. Pukul setengah delapan tepat. Dia datang setengah jam lebih awal, sebab takut terjebak macet dan mengakibatkan dirinya datang terlambat ke kantor. Lalu, untuk apa atasannya itu datang sepagi ini?

Alovia melepas jaketnya, menggantungkannya ke sandaran kursinya. Rena memperhatikannya, memberikan tatapan seperti biasa, tidak suka. Alovia sudah belajar untuk tidak peduli dengan tatapan Rena dan bagaimana Rena bersikap padanya. Dia hanya ingin menghasilkan uang untuk hidupnya, untuk membayar utang keluarganya.

Setelah meletakkan tasnya ke atas kursi, Alovia berjalan ke arah ruang atasannya. Ruangan tersebut berada di belakangnya, dengan pintu berada di sisi lain, tepat di depan meja Rena. Kantor notaris tempat Alovia bekerja tidak besar, hanya terdiri dari satu ruangan dengan satu ruang milik atasannya, sofa dan meja untuk tamu, sisanya berisi satu toilet dan meja untuk Alovia dan Rena.

Pintu ruang kerja atasan Alovia terbuat dari kaca berwarna hitam. Dari luar, dia bisa melihat atasannya sedang duduk di kursinya, melakukan sesuatu, walaupun tidak jelas. Alovia mengetuk pintu kaca itu dua kali. Suaranya memang tidak terdengar keras, tetapi cukup membuat atasannya itu melihat ke arah Alovia. Barulah Alovia membuka pintu, kemudian menghampiri atasannya.

"Ibu cari saya?" tanya Alovia. Atasannya itu berusia di akhir lima puluh tahun, tubuhnya berisi, memakai jas berwarna hitam dengan atasan putih, rambutnya dipotong model bob serta kacamata dengan bingkai hitam. Sejak bekerja di sini, Alovia belum pernah melihat atasannya itu tersenyum.

Malice atasannya itu melepas kacamatanya, kemudian meletakkan benda tersebut ke atas meja. Dia meminta Alovia untuk duduk. Maka, Alovia menarik kursi yang ada di depannya dan duduk di depan Malice.

"Saya tidak akan basa basi, ya. Ehm, kata Rena kau sering datang terlambat, benar?" nada suara Malice tegas, tanpa basa basi. Dia selalu seperti itu, baik dengan Rena, Alovia, maupun klien yang ditanganinya.

Alovia meremas kedua tangannya yang terpaku di atas paha. "Benar, Bu. Tapi, saya berusaha untuk tidak mengulanginya lagi." Tentu, dia tak akan mengelak laporan yang dilakukan Rena pada atasannya. Dia memang sering datang terlambat sekitar sepuluh sampai lima belas menit ke kantor. Malice jelas tidak tahu mengenai hal itu, kalau Rena tidak melaporkannya.

Sebelum ini, Alovia bekerja sebagai guru les untuk anak SD dan SMP. Dia datang ke rumah-rumah muridnya secara bergantian setiap hari. Baru-baru ini, Alovia melepas pekerjaan tersebut, sebab dia menjadi tidur terlalu larut dan mengakibatkan dia bangun siang. Belum lagi, macet di pagi hari yang membuat Alovia telat datang ke kantor.

"Saya sudah ...."

"Kau tahu, waktu itu penting," sahut Malice, memotong kalimat Alovia. "Rena melapor sudah lebih dari tiga kali. Melihat performamu turun, membuat saya harus memutuskan kerja sama kita."

Mata Alovia membulat. Dia tak langsung menanggapi kalimat Malice. Dia terlalu terkejut mendengarnya, setengah tidak percaya. "Tapi, Bu. Saya tidak akan mengulanginya lagi. Kemarin saya sibuk dengan murid-murid saya."

"Keputusan saya sudah bulat," sahut Malice. Dia tak peduli dengan wajah Alovia yang memerah, serta penjelasan perempuan itu. Malice mengeluarkan amplop dari tasnya. "Itu gajimu bulan ini, sudah dipotong karena keterlambatan."

"Bu, saya mohon untuk diberi kesempatan lagi," Alovia masih berusaha. Diberhentikan dari pekerjaannya saat ini, bukanlah hal yang diinginkannya. Dan mungkin, itu adalah hal yang tak pernah diinginkan oleh semua orang.

Please Say Yes To My Husband [The Wattys Winner 2022]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang