Please Say Yes To My Husband [The Wattys Winner 2022]

BAB 2: Foto Pernikahan

Tak banyak perempuan yang seberuntung Kieva. Teman-teman kampus Kieva selalu berkata, Kieva dilahirkan sempurna, dengan kehidupan sempurna pula. Tuhan tidak adil, dilihat dari hal-hal yang dimiliki Kieva. Mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut, fisik Kieva menjadi idaman para lelaki dan impian para wanita. Dari segi ekonomi, keluarga Kieva kaya raya dengan memiliki penerbit ternama di Indonesia – penerbit Kejora Media. Kieva anak tunggal yang dimanja oleh orang tuanya, tetapi tetap dididik dengan kedisiplinan tinggi, serta tata krama yang semestinya.

Kieva Kejora mengambil jurusan ekonomi di salah satu universitas di Surabaya. Sebagai anak tunggal, dia diharapkan bisa meneruskan bisnis kedua orang tuanya. Sejak kuliah, Kieva sudah dilatih memimpin Kejora Media dengan magang di penerbit milik orang tuanya itu. Lulus kuliah, Kieva menikah dan resmi menjadi wakil direktur Kejora Media.

Siapa pun, akan mudah mencintai dan menyukai Kieva Kejora. Selain fisiknya, Kieva dikenal baik dengan siapa pun, ceria dan ramah.

Namun, itu hanya pandangan di mata manusia.

Kieva meremas kedua tangannya, dia merasakan keresahan luar biasa setiap kali akan berkunjung ke rumah mertuanya, orang tua Morgan, suaminya. Ini sudah kesekian kalinya Kieva bertemu dengan orang tua Morgan, pun dengan keluarga besarnya. Tapi, Kieva tetap saja merasakan cemas ketika harus bertemu dengan mereka.

Foto pernikahan Morgan dan Kieva terpajang di kamarnya. Setiap kali Kieva melihat foto itu, hatinya terasa tenang. Morgan yang tampan telah mencuri hati Kieva sejak pertama kali mereka bertemu. Selama ini, tak ada satu pun laki-laki yang mampu merebut hati Kieva, tetapi Morgan bisa melakukannya.

Perempuan itu ingat bagaimana senyuman Morgan di hari pernikahan mereka, begitu juga dengan Kieva, tak sedetik pun senyumnya memudar. Hari terindah dalam hidup Kieva telah berlangsung. Pernikahan mereka berjalan dengan mulus. Tak ada pertengkaran hebat yang terjadi di antara keduanya, kecuali berselisih paham. Lalu, mereka akan saling memaafkan.

Seperti pasangan muda lainnya, Kieva ingin memiliki seorang anak, begitu juga dengan Morgan. Tapi, Tuhan berkehendak lain. Selama lima tahun pernikahan mereka, Kieva belum juga memiliki tanda-tanda akan hamil. Dan itulah penyebab utama kecemasan yang dirasakan Kieva hari ini.

"Sayang, sudah siap?" Morgan muncul di balik pintu kamar. Lelaki itu sudah berpakaian rapi sejak tadi. Pakaian rapi menurut Morgan adalah mengenakan kemeja dan celana jin. Rambutnya ia sisir rapi, meskipun tanpa minyak rambut.

Kieva menoleh. Seulas senyum ditunjukkan kepada Morgan. Dia berusaha keras agar suaminya tidak tahu akan kecemasan yang dirasakan saat ini. Kieva memiringkan kepalanya. "Sedikit lagi, Mas." Morgan mengangguk, kemudian menutup pintu.

Kieva kembali mematut dirinya di depan cermin. Dia mengoleskan gincu berwarna merah muda ke bibirnya. Dia melebarkan bibir, tersenyum kepada dirinya sendiri.

"Kau bisa melakukannya, Kie!" Dia menyemangati dirinya sendiri. Kieva meraih tas bahunya, kemudian keluar kamar.

Dia berharap, malam ini dia akan baik-baik saja.

***

Rumah orang tua Morgan di Malang Raya. Dari Surabaya, membutuhkan waktu kurang lebih dua jam, apabila mereka tidak terjebak macet. Morgan sendiri memilih lewat jalan tol agar mempercepat perjalanan.

Kunjungan ke rumah mertuanya ini, merupakan agenda rutin yang diadakan keluarga besar Morgan. Setiap bulannya, keluarga besar Morgan akan berkumpul, mengadakan arisan keluarga. Kali ini, giliran orang tua Morgan yang menjadi tuan rumah. Kieva, sebagai menantu dari orang tua Morgan tentunya harus ikut serta. Apalagi, Morgan merupakan anak laki-laki satu-satunya dari keluarga tersebut. Morgan memiliki dua adik perempuan, yang pertama Revita, yang sudah menikah dan memiliki dua orang anak berusia dua tahun dan tiga tahun. Kedua, Yolanda, adik Morgan yang lainnya. Dia masih berkuliah di Yogyakarta.