Hari Sabtu yang mendung. Awan di Kota Surabaya berwarna abu-abu tipis, genangan air ada di mana-mana, dan udara sedikit sejuk. Tidak seperti biasanya, suhu Kota Surabaya bisa mencapai 28 celsius. Ditambah lagi, udara panas serta polusi yang menambah sesak di dada, pun peluh di dahi.
Morgan memang alumni universitas tempat adiknya ujian masuk. Tapi, adiknya ujian di Fakultas Ekonomi, sedangkan dia dulu Fakultas Teknik. Hasilnya, Morgan kebingungan ketika mencari kelas tempat adiknya ujian, sedangkan waktu ujian tinggal lima belas menit lagi.
"Mas Morgan, sih, susah sekali dibangunin!" Revita mengerutkan kedua alisnya, bibirnya sedikit maju dan memandang kakaknya dengan sinis. Morgan indekos di Surabaya dan Revita datang dari Malang. Adiknya itu sudah menggedor pintu kamar Morgan berkali-kali, tetapi kakaknya tak kunjung bangun. Sedangkan Morgan sendiri semalam lembur mengerjakan proyek di luar kantor, sehingga lupa akan mengantar Revita ke kampus.
"Iya, iya. Mas salah," tukas Morgan. "Sekarang kita cari kelas kau, dulu, ya." Dia berusaha menenangkan adiknya yang mudah cemas itu. Meskipun begitu, Revita tetap memasang wajah kesal ke kakaknya.
Morgan melihat sekeliling. Mereka sudah berada di Fakultas Ekonomi, tetapi belum menemukan gedung dan kelas ujian untuk Revita. Wajarnya, mereka harus datang satu hari sebelum hari ujian tiba. Tapi, Morgan mengabaikan hal tersebut, sebab merasa sudah mengenal kampusnya sendiri. Pada kenyataannya, dia tidak tahu.
Pada saat itulah, Morgan mengenal Kieva. Ketika dia kebingungan bersama Revita, Morgan melihat seorang mahasiswi. Morgan tahu, dia bukan calon mahasiswa baru, sebab perempuan itu tidak terlihat kebingungan seperti mereka. Kieva berjalan bersama teman-temannya, di antara mahasiswi lain, Kieva terlihat paling banyak menguasai keadaan. Perempuan itu tertawa, berbicara dan tangannya bergerak ke sana kemari. Morgan menghampiri perempuan itu.
"Dik," panggil Morgan. Ketiga mahasiswi itu berhenti, termasuk Kieva. Mata Morgan hanya tertuju pada Kieva, sebab dia menarik di mata Morgan.
Kieva mengalihkan pandangannya dari kedua temannya ke Morgan dan Revita. "Ya?"
"Eh, ruang C2A3 di mana, ya?" tanya Morgan.
"Ah, mau ikut ujian, ya?" pandangan Kieva beralih ke Revita. Kieva tersenyum, kemudian melihat ke jam di pergelangan tangan kirinya. "Sudah mepet sekali. Biar saya antar," putus Kieva.
"Tidak usah repot-repot, kasih tahu ...."
"Sudah tidak ada waktu lagi, Mas," potong Kieva. "Yuk, Dek." Kieva menarik tangan Revita. Dia mengajak Revita berlari kecil melewati lorong kampus. Sedangkan, Morgan sempat tertegun, sampai akhirnya mengikuti Kieva dan Revita.
Kieva melepaskan tangan Revita. Keduanya berlari kecil di lorong kampus, berbelok ke kanan, kemudian masuk ke dalam gedung C2. Dari pintu gedung, Kieva membawa Revita melewati tangga, hingga mereka sampai ke lantai tiga. Lalu, tepat di ujung lantai ruang ujian Revita, Kieva berhenti.
"Di sini," kata Kieva. Dia mengatur napasnya yang memburu, peluh juga membasahi dahinya.
"Terima kasih," ucap Revita.
"Semangat!" tukas Kieva, sebelum Revita masuk ke kelas. Kieva masih memandang Revita sembari mengatur napasnya. Dadanya naik turun, tetapi wajahnya tetap ceria. Bahkan, dia masih tersenyum dan merasa lega Revita tidak tertinggal.
Saat Kieva sadar, Morgan sudah berada di depannya. Dia menegakkan tubuh, kemudian mengulurkan tangannya. "Kieva." Perempuan itu memamerkan senyum terbaiknya meskipun dadanya masih naik turun.
Sejenak, Morgan tertegun. Dia terpesona dengan Kieva yang begitu ceria, siap membantu siapa saja, meskipun pada orang yang tak dikenalnya. Ditambah lagi, Kieva mengulurkan tangannya terlebih dahulu untuk mengenal Morgan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Say Yes To My Husband [The Wattys Winner 2022]
RomanceKetika Kieva berpikir memiliki anak adalah satu-satunya halangan menuju kebahagiaan bersama Morgan, dirinya harus dihadapi halangan lain. Akhirnya, satu pilihan yang Kieva ambil, untuk membuat Morgan menikah dengan Alovia, masa lalu suaminya yang te...
Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi