PBS - 8

2.8K 465 29
                                    

Selamat menjalankan ibadah puasaa....

🥂
 

Tak pernah terpikirkan oleh Sheila akan kembali ke kampung halaman dengan memboyong seorang lelaki berstatus calon suami. Rencana pernikahannya yang terkesan mendadak membuat kerabat dan teman-temannya beropini bahwa Sheila telah berbadan dua. Meski sudah menentang keras, tak satu pun dari mereka yang mempercayai ucapan Sheila. Setelah Radi dan keluarganya datang seminggu sebelum hari-H dan menjelaskan secara singkat, barulah mereka percaya.

Tak sampai di sana, sepanjang acara  resepsi pernikahan yang jatuh pada hari ini, Sheila juga harus menahan kesal. Karena hampir sebagian besar kenalannya terus membicarakan Radi. Wajahnya yang tampan, pekerjaan yang mapan, sikap tenang penuh kewibawaan. Benar-benar sosok pendamping yang sempurna. Husbandable, kalau kata anak jaman sekarang.

Astaga! Sheila benar-benar muak mendengarnya. Seandainya saja mereka tahu sedingin dan sedatar apa seorang Radi, semua pujian itu pasti tak akan pernah ada.

"Kok di sini?"

Sheila yang diam-diam memperhatikan kedekatan Radi dan keluarga besarnya dari dapur terkejut mendengar teguran sang ibu. Tadinya ia bermaksud menyuguhkan minuman hangat, tapi melihat keseruan obrolan mereka Sheila menjadi enggan untuk bergabung lagi. Harus diakui, Radi termasuk orang yang supel dan dapat beradaptasi dengan cepat dalam lingkungan baru. Sheila sendiri tak menjamin bisa melakukan hal yang sama jika berada di satu ruangan dengan keluarga besar suaminya itu.

Suami.....

Sheila bergidik. Sejak Radi mengucapkan kabul pagi tadi, kata itu mampu membuatnya mual mendadak. Terlebih mengingat malam ini mereka akan tidur di kamarnya yang telah didesain khusus layaknya kamar pengantin baru. 

"Sheila, kok malah bengong sih? Itu tehnya dibawa ke depan."

"Hah? Eh, iya, Ma."

"Radinya diajak istirahat sana. Kasihan, pasti capek itu abis berdiri seharian."

Sheila mencibir. Dirinya juga lelah setelah seharian berdiri, mengapa hanya lelaki itu yang disuruh istirahat?

Ck! The power of anggota keluarga baru. Lihat saja, lama-lama keluarganya juga akan bosan dengan kehadiran Radi. Apalagi kalau lelaki itu sudah menunjukkan sikap aslinya.

"Nah, ini orangnya. Bikin teh aja lama banget sih."

"Eh, La, kata Bang Radi, kami boleh lho ke Jakarta."

Sambil meletakkan isi nampan di atas meja, Sheila melirik Radi yang juga meliriknya.

"Nek ngape emang e?" [Mau apa memangnya?]

"Main dong. Siapa tau ketemu jodoh juga."

Sheila mendengkus. Jika saja para sepupunya itu tahu pernikahannya terjadi bukan karena ta'aruf seperti yang diucapkan Radi sebelumnya, ia sangsi mereka akan melakukan itu.

"Sekuoyok ikaklah. Kami nek istirahat duluk ok. Leteh manten baru ni.. Byee.." [Semau kalianlah. Kami mau istirahat dulu ya. Capek pengantin baru nih.]

"Wew, ka ni, Sheil. Baru lah kami nek ngobrol kek Bang Radi." [Ih, kamu nih, Sheil. Kami baru mau ngobrol sama Bang Radi.]

"Entah. Dak pacak aben ningok urang seneng." [Entah. Nggak bisa banget liat orang senang.]

Mendengar keluhan itu, Sheila sengaja semakin mengolok mereka. Menarik dan mendorong Radi dengan sikap manja menuju kamarnya sambil melambaikan tangan.

Pengantin Bang SatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang