Prolog

6.9K 537 3
                                    

Dentuman musik yang memekakkan telinga semakin membuat isi ruangan tertutup itu menggila. Kepulan asap rokok yang bersatu dengan berbagai aroma lain di udara seakan menambah semaraknya tempat hiburan malam itu.

Dipimpin seorang DJ di balik meja kebesarannya, beberapa penari mulai meliukkan tubuh mereka. Menggoda pengunjung secara acak.

Di tengah kebisingan itulah Sheila memaksakan diri untuk tetap sadar, di saat hampir semua orang yang diperkenalkan padanya mulai menggila. Harusnya ia tadi menolak saja permintaan Tamara yang memaksanya untuk ikut menghadiri pesta ulang tahun kekasih rekan kerjanya itu. Sekarang lihatlah, ia tersesat di antara orang-orang asing, sedang yang mengundangnya entah berada di mana.

Perlahan Sheila mencari celah agar bisa keluar dari kerumunan orang yang memenuhi meja pesanan Tamara. Ia sudah tak kuat lagi jika harus terus mengisap aroma memuakkan yang membuatnya menahan muntah sedari tadi. Tepat saat Sheila keluar barisan, seseorang berdiri di depannya sambil membawa dua gelas minuman.

"Ini dari temen lu," ujar lelaki itu setelah memperhatikan Sheila dari atas ke bawah. Seolah memastikan bahwa Sheila benarlah orang yang ia cari.

"Tamaranya mana?"

Mata Sheila mengikuti telunjuk lelaki itu yang mengarah ke lantai dansa, yang sudah benar-benar padat.

"Ke sana yuk."

Sheila mengangguk kecil saat lelaki itu menunjuk bagian meja bar yang tak begitu ramai. Duduk di sana sambil masih mencari sosok temannya di antara puluhan —bahkan mungkin ratusan— orang yang sedang menari. Setidaknya dari posisinya sekarang aroma yang merebak tak begitu menyengat.

"Gue juga nggak suka di sini."

Ucapan lelaki itu menarik atensi Sheila lagi. "Terus, kenapa bisa di sini?" tanyanya sambil mengalihkan mata dari senyuman tipis lelaki itu.

"Diajak temen. Katanya gue harus keluar dari zona nyaman dan memperluas pergaulan."

Sheila tersenyum. Tamara juga sering mengatakan itu padanya. Karena alasan itu pula ia jadi tersesat di sini. Tak disangka ia akan bertemu dengan orang yang bernasib sama.

"Gue Niko."

"Sheila," jawabnya, tanpa ragu menyambut uluran tangan lelaki itu. Turut mengambil gelas yang tadi disodorkan dan meneguk isinya setelah mengadu kecil permukaan gelas mereka. Salam perkenalan.

"Gue kira air putih."

Lelaki itu terkekeh melihat Sheila mengernyitkan kening sambil berdesis, merasai efek minumannya di tenggorokan.

"Nggak tau sih gue, nggak nanya dulu tadi. Mau coba punya gue?"

Sheila menatap gelas berisi minuman berwarna biru itu, ragu sekaligus penasaran. Tapi cepat-cepat ia menggeleng. Mengingat Tamara yang sepertinya akan mabuk malam ini, ia harus tetap sadar agar mereka bisa selamat sampai di kontrakan temannya itu. Meski Tamara baru saja menitipkan minuman beralkohol untuknya.

Ah, Sheila jadi ingat belum mengirim pesan pada sang kakak. Mengabarkan bahwa dirinya akan pulang terlambat atau bahkan tidak pulang malam ini, mengingat hari sudah cukup larut.

Sambil menahan rasa pening yang mulai menyerang, Sheila mengambil ponsel dari tas kecilnya. Berdecih pelan saat mendapati sebuah pesan berisi permintaan izinnya sudah terkirim lebih dulu ke kontak sang kakak. Pasti kerjaan Tamara yang tadi memang sempat meminjam ponselnya. Pantas saja ponselnya tak berisik walau waktu kerjanya sudah berakhir berjam-jam lalu.

"Nggak ikut gabung ke sana?" tanya Sheila memiringkan kepala ke arah kerumunan sambil kembali menyimpan ponsel.

"Kayaknya seru sih. Mau nyoba juga?"

Sheila menatap ke lantai dansa. Mungkin jika bergabung ia bisa sambil mencari Tamara di kerumunan itu. Lalu menarik pulang gadis itu sebelum tubuhnya sendiri ambruk. Sungguh, kepalanya terasa berputar. Entah minuman apa yang tadi dititipkan Tamara untuknya.

"Mau?"

"Boleh deh. Sebentar aja kali ya."

Tak sampai lima menit, Sheila sudah menyesali pilihannya. Jangankan menemukan Tamara, mengontrol gerakan tubuhnya saja Sheila sudah tak berhasil. Meski hatinya memutuskan untuk berhenti, tubuhnya masih terus bergerak mengikuti hentakan musik. Rasa pusing yang tadi mendera juga mendadak hilang. Berganti dengan euforia saat merasai sentuhan-sentuhan acak di tubuhnya yang terasa sangat ringan.

Alarm peringatan berbunyi nyaring di otak Sheila saat sentuhan-sentuhan itu terasa lebih nyata. Seseorang —Sheila tak yakin itu Niko atau orang lain— tengah menyerangnya dengan kecupan-kecupan kecil di tengkuk dan bahu, lengkap dengan tangan menyelinap di balik kemeja kerjanya.

Ingin Sheila berteriak meminta tolong, tapi suaranya seperti tertahan oleh hasrat dan napas yang semakin memburu akibat sentuhan yang diterimanya. Bahkan mulutnya kini tanpa sadar mengeluarkan desahan kecil yang membuat lelaki asing itu semakin bersemangat melakukan aksi gilanya.

Satu tarikan kuat melepaskan Sheila dari segala euforia yang dirasakannya. Lewat pandangannya yang buram dan kepalanya yang kembali pening, Sheila mencoba mengenali sosok asing yang kini membawanya entah ke mana. Hanya satu yang dapat ditangkap Sheila, sosok itu adalah seorang laki-laki.

Mungkinkah dia sudah keluar dari kandang harimau dan kini masuk ke kandang buaya?

🥂

Hai haaaiiiii.....

Assalamualaikum.. apa kabar kalian semua???

Aku hadir dengan cerita baru, lagi. 🤭🤭🤭🤭🤭 Ini cerita tentang Sheila ya.. yang udah baca Lovephobia pasti tau deh siapa dia.

Yups, dia adiknya Bu Guru galak alias Anggita.

Gak tau kenapa waktu masa ngedit Lovephobia aku malah kepikiran buat bikin cerita tentang si Mak comblang gadungan ini... Wkwkwkwk...

Sama kayak ceritaku yang lain, aku mau lihat dulu banyak gak yang mau baca cerita ini. Kalau banyak ya aku lanjut. Kalau nggak? ....... (Isi sendiri dah)

Eh, iya sekalian ingetin nih.

Hari ini terakhir PO LOVEPHOBIA ke 2 dibuka. Yang mau tinggal isi form di bawah ini.

Nama:
Alamat lengkap : Jl/RT.RW/ Kecamatan/Kabupaten/Propinsi/ Kodepos
(Kalau bisa kodepos diisi ya, biar gak ada kesalahan waktu cek ongkir ☺️)
No. Hp:
Pesanan :

Silakan kirim data ke 083175651660 (chat WhatsApp)

Setelah dapat konfirmasi ongkir, baru deh kalian bisa tranfer ke rekening Bank Mandiri atau Gopay (no.rek by request)

Selesai...

Kalian bisa duduk cantik di rumah sambil nunggu bukunya datang.

Yang udah keep, pembayaran paling lambat ditunggu  pukul 23.59 WIB ya...

Oke deh, gitu aja info dari aku.

Jadi, mau lanjut atau gak nih???????









Bangka, 08.11.20
Dwi Marliza

Pengantin Bang SatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang