PBS - 14

1.6K 320 19
                                    


Holla.....
Selamat Hari Raya Idul Adha ya.... Minal aidzin wal Faidzin...

Happy reading 🥰🥰

🥂

Kak Sheila!!
Mksih bnyak😘😘😘😘
Kirain kka lupa bwain aq oleh"
Gk tw'y mlah dikrim lwt udara...
Mksih bnyak y KK iprq syg😚😚😚😚
Mga makin langgeng sm abgq yg jlek itu yaa 🤭🤭🤭

Pelan, Sheila menghela napas setelah membaca deretan chat yang dikirim Manda Cuantiex, kontak nama sang adik ipar di ponselnya. Bibir Sheila tersenyum kecut kala memperbesar tampilan foto yang juga dikirimi gadis remaja itu, sebuah koper mini berisi pernak-pernik khas Paris dan dua tas branded. Dugaan Sheila, semua hadiah itu berasal dari Carilyn. Berbanding dengan dirinya yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, peluang Carilyn untuk berbelanja sangatlah besar. Apalagi hampir setiap hari Radi juga mengantar-jemput gadis itu bekerja. Jadi, sudah dipastikan mereka berdualah yang telah membelikan semua buah tangan itu.

"Kenapa, La?"

Netra Sheila berkedip cepat. Ah, ia lupa sedang berada di kantin karyawan untuk menikmati makan siang bersama Tamara. Harusnya ia lebih bisa mengendalikan emosinya saat ini.

"La?"

Sheila menggeleng pelan sambil menyimpan ponsel setelah membalas chat Manda dengan emoticon tersenyum manis. Dilanjutkannya menikmati ketoprak yang baru beberapa suap disantap. Bersikap seolah tak terjadi apa-apa.

"La?"

"Hm?"

"Gue boleh jujur nggak sih?"

Sheila mengangguk kecil tanpa menatap Tamara yang sudah melipat kedua tangan di atas meja.

"Lu jadi tertutup setelah pulang dari Paris."

"Ah, perasaan lu aja kali."

"Perasaan gue nggak pernah salah, La."

"Gue biasa aja kok, nggak ada...."

"Ada. Lu bisa bohongin orang lain, tapi nggak sama gue," gas Tamara. "Dengar, La. Lu diam-diam kayak gini nih bikin gue ngerasa nggak guna banget jadi sahabat lu. Gue emang belum tentu bisa nyelesaiin masalah lu, tapi paling nggak keberadaan gue bisa sedikit ngurangin beban lu."

Sheila tersenyum tipis. Tamara memang sering menjadi tempatnya berkeluh kesah. Namun, masalahnya kali ini bukan hanya tentang dirinya, tapi juga tentang Radi. Ini adalah permasalahan rumah tangganya. Aib yang tidak boleh ia beberkan pada siapapun, sesuai dengan amanat ibundanya. Tapi menyimpan lebih lama Sheila sendiri tak yakin mampu.

"Nggak usah buru-buru. Lu bisa cerita kalau udah siap."

Siap? Memangnya kapan dirinya akan siap menceritakan kegelisahannya? Bagaimana jika waktu itu tidak akan datang? Bagaimana......

"Menurut lu...." Sheila menjeda ucapannya. Menggigit bibir sambil menimbang akan berhenti atau melanjutkan.

"La...."

"Gimana kalau Radi punya pacar?"

"Hah?!"

Sheila menghela napas panjang. Mengaduk tanpa berniat menghabiskan isi piringnya. "Sebelum nikahin gue, gimana kalau Radi udah punya pacar?"

"Mas Radi, La," koreksi Tamara. 

"Ra.... "

"Oke. Gue ... gue nggak ngerti kenapa lu tiba-tiba bahas itu. Tapi menurut gue, Mas Radi single waktu nikahin lu. Coba lu pikir deh, kalau dia emang punya cewek, kenapa nyokapnya malah nyuruh kalian nikah? Kenapa...."

Pengantin Bang SatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang