PBS - 18

1.3K 245 13
                                    

Happy satnight....

Happy reading.. Mohon maaf kalau ada kekurangan yaa.  Jangan lupa vote, share dan tinggalkan komentar... 😘😘😘

 

🥂


Hampir satu minggu ini Sheila dibuat pusing dengan sikap Radi yang kerap berubah-ubah tanpa alasan. Sewaktu-waktu lelaki itu bersikap sangat manis; memasakkan sarapan, mengirimkan makan siang lewat jasa ojek online, mengantar-jemput Sheila ke tempat kerja. Namun di waktu lain Radi bisa sangat tak memedulikan Sheila. Bahkan belakangan Radi seringkali berangkat bekerja sebelum Sheila bangun dan pulang larut malam setelah Sheila tertidur. Tak hanya sekali pula Sheila memergoki Radi bergegas pergi setelah menerima panggilan telepon, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu di rumah mertuanya.

"Lagi sibuk banget kali, La, kerjaannya."

Sheila mendengkus seraya mengerlingkan mata. Tamara selalu memberikan alasan yang sama tiap kali Sheila menumpahkan keluh kesahnya. Saat pertama kali mendengar, Sheila memang merasa alasan itu masuk akal. Tapi setelah berulang kali didengar, entah mengapa Sheila meragukan alasan itu.

"Ya kali tiap hari sibuk."

"Namanya juga orang lagi kerja, pasti sibuk. Kalau mau santai namanya pengangguran."

"Tapi nggak mungkin sibuknya sampai setiap hari kan, Ra? Lu nggak tau aja, dia tuh sering banget keluar setelah nerima telepon. Tengah malem pula. Gue curiga, jangan-jangan dia selingkuh..."

"Hush! La, mulut lu, ish! Hati-hati, omongan bisa jadi doa."

"Ya, habisnya..."

Belum selesai sheila mengajukan protes, dering panggilan pada ponsel Tamara menginterupsi. Manik keduanya sempat melirik ke arah benda pipih itu, sebelum Tamara menyambarnya dengan cepa. Sheila yang sempat terkejut melihat tingkah Tamara hanya mampu melemparkan pandangan heran.

"Gue jawab telepon dulu."

Sheila mengangguk kikuk tanpa melepas pandang dari Tamara yang menghilang di balik pilar. Benar juga. Jika diingat kembali, setelah pemanggilan keduanya ke kantor polisi sikap Tamara menjadi sedikit berbeda. Tiap kali Sheila bertanya mengenai interogasinya, Tamara akan selalu mengalihkan pembicaraan. Bukan baru kali ini pula Tamara menghindar saat akan menjawab panggilan telepon. Padahal biasanya dia malah sengaja mengaktifkan mode speker agar tak perlu bersusah payah menempelkan ponsel di telinga. Ah, satu lagi. Belakangan Tamara juga jarang mengolok hubungan Sheila dengan Radi. Tamara juga tak lagi melancarkan aksi flirtingnya jika bertemu dengan suami Sheila itu. Hanya tatapan tak terbaca dan senyuman tipis yang ditangkap Sheila jika keduanya bertemu. Mungkinkah....

Sekali lagi dering ponsel menginterupsi pikiran Sheila yang semakin tak tentu arah. Entah mengapa manik matanya mengarah pada pilar tempat Tamara menghilang setelah mendapati nama Radi di layar ponselnya. Belum ada tanda-tanda sahabatnya itu akan kembali.

"Assalamualaikum," sapa Sheila membuka sambungan panggilan.

"Walaikumsalam. Kamu mau makan apa siang ini?"

Masih sesekali melirik pilar, Sheila mulai memilah menu yang berterbangan dalam khayalnya. tapi hingga beberapa menit berlalu ia masih tak menemukan jawaban.

"Sheila?"

"Ya?"

"Mau makan...."

"Kamu sibuk?"

"Hah?"

"Saya mau makan di luar. Tapi nggak tau mau makan apa."

Ada jeda cukup lama sebelum Radi menjanjikan kedatangannya tiga puluh menit lagi. Sambungan terputus bersamaan dengan kembalinya Tamara dari balik pilar. Meski menyampirkan senyum seperti biasa, entah mengapa Sheila merasa Tamara masih menyembunyikan sesuatu di belakangnya.

Pengantin Bang SatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang