Chapter 24

4.8K 814 234
                                    

[Song : Heather]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Song : Heather]

***

Ketika pagi datang, Jihwan terbangun lebih awal daripada Jungkook. Hal yang pertama kali ia temukan tatkala menyingkap mata adalah pria itu, yang berhasil membuatnya mengunci tatapan cukup lama sehingga ia memilih untuk tetap diam di atas ranjang. Selang sekian menit kemudian, Jihwan tiba-tiba saja memejamkan matanya rapat seraya mengulum bibir, memikirkan pengakuannya semalam dan merasa sedikit malu. Jihwan bergegas bangkit dengan gerakan cepat setelahnya, berniat menghindari Jungkook dan akan memastikan apakah pria itu masih mengingat kejadian semalam atau tidak.

Jihwan pergi ke kamar mandi untuk menggosok gigi juga membasuh wajah, lalu turun ke lantai dasar dan menuju ke ruang makan. Begitu sampai di sana, dirinya hanya menemukan Yuki serta dua orang pelayan yang sedang sibuk menyiapkan sarapan. Saat maniknya bertemu dengan manik milik Yuki, wanita itu tersenyum padanya sebagai bentuk sapaan.

"Selamat pagi, Nona. Bagaimana tidur Anda semalam?" tanya Yuki lembut, lantas menarik kursi sehingga Jihwan mendekat dan duduk di sana.

"Aku tidur dengan nyenyak, Yuki. Di mana yang lain? Sepertinya waktu sarapan hari ini agak terlambat," ujar Jihwan seraya mencomot potongan apel dan melahapnya.

"Tuan Yoongi pergi pagi-pagi sekali bersama Tuan Soobin. Nona Suin masih tidur sekarang dan katanya tak ingin dibangunkan dulu. Kalau Tuan Jun⸺saya rasa Nona lebih tahu," kata wanita itu dengan dibumbui nada menggoda. Mendadak pipi Jihwan merona hanya karena mendengar nama 'Jun' kemudian berpura-pura sibuk mengambil dua lembar roti lalu mengoleskan selai stroberi dengan tangan agak gemetaran. "Nona baik-baik saja kan?" tanya Yuki yang diam-diam terus memperhatikan tindak-tanduk Jihwan.

"Aku baik-baik saja," sahut Jihwan sambil menyulam satu senyuman paksa ke arah Yuki, dan setelahnya mendengar suara ketuk langkah menggema pada setiap sudut ruangan. Suara itu kian jelas setiap detik berganti dan selanjutnya mulai terdengar lebih tenang begitu hampir mencapai ruang makan. Jihwan bisa langsung menebak bahwa orang tersebut pastilah Jungkook, lantas ia bergegas bangkit sambil mengunyah roti. "Kurasa aku butuh segelas jus," ujarnya sambil melangkah lebar menuju dapur, sedang Yuki berbalik keheranan karena melihat raut panik terpancar jelas di wajah cantik Jihwan.

Setelah berada di dapur, Jihwan sempat bergeming lama di depan kulkas. Rungunya menyimak setiap suara yang terdengar, sementara matanya melirik untuk memastikan bahwa tak seorang pun tengah menyusulnya. Terutama Jungkook. Rasa hangat merambati wajahnya yang kemudian memerah perlahan, lantas wanita itu membuka kulkas dengan cepat dan mengambil sekotak jus instan. Sambil menikmati jus jeruk dalam genggamannya, Jihwan berpikir berapa lama lagi ia harus berada di sana, berpura-pura memiliki kesibukan sehingga terkesan bertingkah alami. Jihwan menghela napas dalam kemudian meneguk jus yang menggenangi mulutnya.

Belum sampai sepuluh menit dirinya berada di sana, tiba-tiba Jihwan merasakan sesosok bertubuh tegap telah berdiri di belakangnya, dengan dada bidang yang menyinggung punggungnya sehingga sekujur tubuh mendadak kaku. Jihwan membeku. Tangannya nyaris meremukkan kotak jus dalam genggaman sambil menarik napas dalam. Tubuhnya bisa merasakan sinyal bahaya namun tak mampu beranjak sejengkal pun dari atas pijakan. Begitu tubuhnya berbalik untuk menghadapi sang lawan, sepasang tangan terulur ke depan hingga bersandar pada pintu kulkas dan mengunci tubuh Jihwan untuk menetap.

The PrisonerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang