Chapter 15

4.6K 874 190
                                    

Jihwan menilik ke arah Hugo sesekali untuk memastikan bocah itu merasa baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jihwan menilik ke arah Hugo sesekali untuk memastikan bocah itu merasa baik-baik saja. Selama dalam perjalanan, Hugo sangat cerewet dan selalu mengajak Jungkook bicara. Sebuah Robot Gundam besar dengan variasi warna merah putih senantiasa berada dalam pelukannya dan disayang sepenuh hati. Hugo baru empat tahun. Meski dari luar bocah itu tampak begitu kalem, rupanya Hugo bisa bersikap sangat cerewet jika sudah merasa nyaman pada seseorang. Bahkan Hugo mulai berani bertanya pun mengajak Jihwan berbincang.

"Aunty, apa Aunty dan Uncle Jun saling berteman?" tanya Hugo sambil menyulam senyum, tetap duduk dengan tenang di jok kedua. Jihwan melirik pria di sampingnya ragu saat akan menyimpulkan jawaban, sedang Hugo terlihat antusias di belakangnya. Mendapati Jungkook hanya diam dan tak juga angkat bicara seolah memberi keputusan pada Jihwan, akhirnya mau tak mau Jihwan menjawab asal.

"Ya, Sayang. Kami berteman sejak masa sekolah. Kami sangat dekat, karena itulah sekarang aku tinggal di rumah pamanmu."

"Mama bilang Aunty Hwanie dan Uncle Jun mungkin akan menikah." Hugo terdengar bersemangat saat mengutarakan hal tersebut sehingga membuat Jungkook yang tengah fokus menyetir tersedak ludahnya sendiri secara tiba-tiba. Di sisinya, Jihwan sempat melirik singkat ke arah Jungkook sambil membatin, bisa-bisanya Lian mengatakan kebohongan untuk membuat orang lain merasa terjebak. Jihwan langsung ngeri membayangkan dia akan menikahi seorang pria, terlebih lagi seperti Jungkook.

"Itu⸺tidak mungkin, Kawan Kecil. Uncle sudah memutuskan untuk tak menikahi siapapun." Air muka Jungkook berubah dingin saat mengatakan hal tersebut, tapi Hugo tak begitu menanggapinya karena bocah itu tak sungguh-sungguh mengerti akan arti pernikahan sebenarnya. Setelah mendengar jawaban yakin dari Jungkook, entah mengapa Jihwan jadi merasa sedikit lega. Ada kemungkinan besar bahwa pria itu tak akan jatuh cinta padanya dan Jihwan jadi merasa aman.

"Uncle, Hugo ingin sekali makan es krim dan jalan-jalan di taman."

Sekali lagi Jihwan bisa melihat perubahan suasana hati yang signifikan melalui raut wajah Jungkook. Pria itu meremas lingkar setir dan mengeraskan rahang. "Hugo bisa pergi dengan Uncle Soobin setelah sampai di rumah, ya?"

Penolakan tersebut segera membuat Hugo menampilkan raut wajah sedih sehingga Jihwan merasa kasihan. Jihwan meyakini bahwa dirinya lah yang telah membuat Jungkook mengambil keputusan tersebut tanpa memikirkan perasaan keponakannya. "Apa salahnya menuruti permintaan Hugo? Sepuluh menit sudah cukup untuk membuatnya merasa senang." Jungkook menoleh sekilas setelah mendengar perkataan Jihwan kemudian jari telunjuknya mengetuk-ngetuk lingkar setir dengan ragu. "Kau masih khawatir aku kabur? Ya Tuhan, ikat aku Jun! Kau tak akan kehilangan lagi," maki Jihwan kedengaran jengkel sehingga membuat Hugo mengamati kedua sosok di depannya dengan bingung.

"Sungguh? Akan kuikat kau sungguhan, Jihwan," simpul Jungkook merasa tertarik dengan pikirannya sendiri sementara Jihwan berusaha mati-matian agar tak mengumpat mengingat eksistensi Hugo di dekat mereka. Oh, Jihwan ingin menampar mulut Jungkook yang lancang. Dia berharap pria itu bisa memercayainya, tapi sekarang Jungkook berhasil memulai peperangan batin dalam diri Jihwan.

The PrisonerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang