Chapter 4

9.4K 1.1K 257
                                    

Terkurung di mansion mewah milik orang lain sampai hampir seminggu lamanya benar-benar membuat Jihwan merasa seolah hidup dalam neraka. Sebelumnya bahkan tidak pernah ada yang berani mengusik kehidupannya sampai akhirnya Jungkook muncul di hadapannya dan membuat Jihwan merasa seakan-akan borgol terpasang pada kaki serta tangannya sehingga ia tak dapat pergi kemana pun.

Jihwan melangkah mondar-mandir di dekat ranjangnya sampai hampir sepuluh menit sementara ibu jarinya terselip di antara gigi-gigi yang tajam sebagai bentuk pelampiasan atas amarahnya yang berusaha dibendung sejak pagi. Jihwan memegangi kening selama beberapa detik sebelum akhirnya memutuskan untuk duduk di pinggir rajang sambil menenangkan diri.

"Aku harus membuatnya tertekan. Aku akan mati frustrasi kalau begini caranya. Dia pria gila, sinting!" lontar Jihwan sambil mendengus. Matanya menyala penuh kebencian sekaligus dendam namun sejurus kemudian mencoba mengatupkan kelopaknya seraya menghela napas dalam-dalam lalu mengembuskannya panjang. Tarik napas lagi, pikirnya, dan embuskan dengan perlahan sambil mencari akal.

Setelah berhasil menenangkan diri, Jihwan bangkit dan berdiri meninggalkan ranjang. Sepengetahuannya, hari ini Jungkook tidak pergi kemana pun. Pria itu menetap di rumah seperti siput dalam cangkang. Jungkook sama sekali tidak keluar dari kamarnya setelah sarapan berakhir dan ini adalah waktu yang tepat bagi Jihwan untuk mengusik ketenangan penjahat seperti Jungkook.

Sepasang tungkai jenjang wanita itu melangkah mantap di permukaan lantai kayu. Sebelum mengetuk daun kayu yang terlihat kuat di hadapannya, Jihwan terlebih dulu menarik napas dalam-dalam seraya mengumpulkan seluruh keberanian yang ia miliki. Kedua tangannya mengepal kuat beberapa saat, kemudian mengangkat tangan kanan yang saat ini masih membentuk tinju.

"Ada yang bisa kubantu, Miss?" Belum sempat Jihwan mengetuk pintu kamar Jungkook, wanita itu tiba-tiba berbalik dalam keadaan tersentak kaget dan langsung menemukan presensi empu yang ingin ia temui. Jungkook mengedikkan alis kanannya. Tersenyum menggoda seraya menggigit ujung bibir sekilas lalu mendekat pada Jihwan. "Rindu aku cantik?" Untuk kedua kalinya, Jungkook bertanya lagi.

Dalam sekejap, Jihwan langsung menganga dan tertawa konyol. Oh, pria di depannya ini narsis luar biasa sampai membuatnya merasa mual. Kendati dirinya ingin menanggapi sifat narsis pria itu dengan ucapan pedas, Jihwan berakhir menahan dirinya agar tak membuang tenaga secara sia-sia. Kedua lengannya menyilang di depan dada, mengangkat mata hingga terkesan angkuh sekaligus tegas dan Jungkook hanya menanggapi dengan senyum agak gemas.

"Mau sampai kapan kau mengurungku di sini?"

"Kau datang ke kamarku hanya untuk menanyakan itu?" tanya Jungkook. Raut wajahnya menampilkan rasa malas dalam waktu singkat dan seolah enggan meneruskan sebab ia sudah mampu menebak ke arah mana perbincangan itu akan berakhir.

"Memangnya kau pikir aku akan melakukan apa? Yang kubutuhkan saat ini hanya kebebasan dan segera keluar dari tempat ini. Kau membuatku merasa hidup di neraka. Kalau ayahku masih hidup, dia pasti akan menghajarmu sampai mampus." Mendengar suara Jihwan yang melekat dengan keberanian, Jungkook malah menyunggingkan salah satu sudut bibirnya geli.

"Pikirmu siapa yang menyerahkanmu padaku bahkan sampai mengemis." Jungkook melihat perubahan ekspresi yang signifikan di wajah Jihwan. Rasa penasaran nampaknya mulai menyelinap ke dalam benak wanita itu dan Jungkook memilih untuk tetap menatap lawannya dengan tenang.

"Apa maksudmu?" tanya Jihwan beriring menorehkan tatapan menyelidik, bahkan ingin rasanya menyudutkan Jungkook agar mau bicara jujur.

"Bertahanlah. Paling tidak sampai kau benar-benar aman."

"Aman dari apa dan siapa?! Aku justru merasa tidak aman di dekatmu!" maki Jihwan kasar sampai-sampai tidak mampu menahan diri dan tiba-tiba bertindak kasar dengan cara meluncurkan pukulan keras pada dada bidang Jungkook. Meski tangannya terasa sakit setelah memukul tubuh keras itu, Jihwan tetap saja tak lekas berhenti dan malah meluncurkan pukulan lebih banyak lagi. Jungkook mengerutkan hidungnya tatkala mulai diserang rasa nyeri dan perlahan menangkap pergelangan tangan wanita di hadapannya sambil menyembunyikan ringisan. "Wah, sungguh bajingan," kata Jihwan terdengar lelah sementara napasnya terengah-engah. Di sela rasa lelahnya, Jihwan masih memberikan pukulan pelan beberapa kali.

The PrisonerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang