Chapter 16

4.2K 834 250
                                    

[Song : Shawn Mendes - Mercy]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Song : Shawn Mendes - Mercy]

***

Jungkook tahu Jihwan berniat kabur dari sisinya setelah mendengar seluruh ceritanya. Wanita itu bersiap bangkit dan seperti buru-buru akan pergi darinya, namun dengan sigap Jungkook langsung menarik pergelangan tangan Jihwan hingga sang empu terduduk kembali di kursi. Jihwan merasakan leher belakangnya menubruk sandaran kursi cukup keras lalu menyadari tubuh besar Jungkook naik ke atas tubuhnya untuk mengunci pergerakan. Paru-parunya kehabisan oksigen. Bagian tengkuknya terjerat rasa nyeri yang hebat hingga menjalar ke bagian punggung atas.

"Kau selalu berusaha kabur setiap kali aku membuat pengakuan," ujar Jungkook kedengaran kecewa. Kedua tangannya mencengkeram sekaligus menekan tiap sisi bahu Jihwan. Jungkook merapatkan kedua lututnya yang menekuk pada kedua paha Jihwan, membuat lawannya tak mampu berkutik lagi.

Tatkala kelopak matanya menyingkap, manik cokelat Jihwan segera bertemu dengan manik jelaga milik Jungkook. Pria itu menyorot tajam untuk membuatnya tunduk, seketika Jihwan meringis dan menggeliat di bawahnya untuk melepaskan diri. "Kau menyakitiku, Jun."

"Kenapa kau mencoba kabur? Kau selalu berusaha lari dari kenyataan, Hwan."

"Aku butuh waktu! Hari ini kau membuat banyak pengakuan yang mengejutkan dan aku tidak menyukai satu pun. Terutama pengakuanmu barusan."

Lidah Jungkook menggeliat dalam mulut, wajahnya merunduk lebih rendah untuk menatap Jihwan lebih dekat. "Hadapi itu, Shin Jihwan," bisiknya sambil memandang lekat. Sorot mata Jihwan berubah redup dan hampa, tak berdaya sama sekali. "Aku akan melukaimu sepanjang waktu jika terus menyembunyikan rahasia lebih banyak lagi. Apa itu yang kau harapkan?"

"Aku berharap aku tak pernah bertemu dengan bajingan sepertimu, Jun," lirih Jihwan sambil menahan air matanya yang tergenang. Bola matanya memerah, menorehkan kebencian sekaligus kekecewaan. "Aku benci nama Jun Jungkook. Aku ingin mati⸺aku ingin mati." Jihwan merasakan cairan panas itu mengalir di pipinya yang kemudian menganak sungai. Perasaannya hancur dan ingin menyerah, namun Jungkook selalu memaksanya untuk bertahan.

"Aku harap aku mati saja." Jihwan menggigil dan bergetar hebat bersamaan dengan maniknya yang senantiasa menatap tajam pada Jungkook.

Tiga kali sudah cukup bagi Jungkook untuk mendengar kalimat menyakitkan itu dan sebelum Jihwan mengudarakannya untuk yang kesekian kali, mulut Jungkook segera mengunci bibir Jihwan dengan rapat. Matanya memejam tenang tatkala belah bibir memagut hati-hati. Cengkeraman tangannya pada bahu Jihwan melemah setelahnya berpindah dan menautkan jari-jemari mereka menjadi satu.

"Please, don't make decisions when you're angry, Shin Jihwan." Jungkook bicara dengan nada lirih. Rungunya menangkap suara isak tangis, jemarinya merasakan remasan yang kuat dan menghancurkan. Mendapati Jihwan tetap memejam dengan air mata berlinang deras di pipi, Jungkook pun kembali memagut bibir wanita itu sehingga wajahnya ikut basah.

The PrisonerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang