23. Berubah Lagi?

39 5 0
                                    

Emily kembali menjadi dirinya yang lama, dia kembali menjadi wanita karir yang sibuk. Beberapa usaha miliknya, yang sempat dia hanya mengawasi saja, sekarang kembali dia terjun langsung untuk menangani. Emily memang sengaja menyibukkan diri agar dia tidak berlama-lama didalam kesedihan. Setiap hari dia berangkat pagi-pagi sekali dan akan pulang hampir tengah malam. Emily hanya bertemu dengan David di pagi hari, ketika malam dia pulang biasanya David sudah tidur. Bahkan sedang weekend pun, Emily selalu memiliki acara di luar rumah. Sebenarnya yang dia hindari kesedihannya atau juga sekalian menghindari David. Emily mulai memikirkan pernikahannya dengan David, dia teringat kembali awal pernikahan mereka dan apa yang membuat mereka terpaksa harus menikah. Rencana awalnya juga mereka akan bercerai setelah anak mereka lahir. Saat ini Emily sudah tidak hamil, sehingga sebenarnya tidak ada alasan untuk mempertahankan pernikahan mereka. Emily mulai berfikir apakah sebaiknya mereka bercerai saja, tapi juga dia bingung harus bagaimana mengatakannya kepada David saat ini. Dia dan David akhir-akhir ini menjalani kehidupan pernikahan pada umumnya kecuali dalam berhubungan suami istri, Emily selalu menghindar dan mengaku belum siap.

"Malam banget sih kamu pulangnya, udah jam berapa ini?" David yang masih belum tidur melihat Emily baru pulang dari kantor.

"Belum tidur lu?"

"Tiap hari kamu begini, kamu juga harus cukup istirahat Em, kamu bisa sakit"

"Iya gue tau kok, lagian gue di duduk kantor doang gak kelapangan juga"

"Sama aja Em, tetap aja itu namanya kamu kerja, mikir juga kan?"

"Udah ah, gue mau mandi dulu"

------

"Mandi malam juga gak bagus loh buat badan kamu"

"Bawel banget sih lo, udah tidur aja sih!"

"Aku cuma khawatir sama kamu"

"Iya I know, sekarang tidur ya, gue capek"

"Tadi katanya cuma duduk jadi ngak capek.."

"TIDUR VID!"

Emily benar-benar bingung dengan perasaannya saat ini. Dia tidak tahu bagaimana sebenarnya perasaannya terhadap David. Emily hanya berusaha untuk menjalani setiap harinya senormal mungkin. Dia enggan untuk mencari masalah ataupun untuk berdebat. Masalah percintaan bukan menjadi prioritas dia saat ini, dan pekerjaan adalah hal terpenting yang selalu dia fokuskan. Rumah baginya hanyalah tempat untuk melakukan rutinitas tidur bahkan bukan menjadi tempat beristirahat ataupun tempat melepaskan penat setelah lelah bekerja seharian. Seolah-olah ada ruang di jiwa nya yang kosong dan hampa.

David juga mulai merasakan perubahan Emily. Emily memang adalah istrinya yang sah secara agama maupun negara akan tetapi dia merasa tidak ada sedikitpun yang dia miliki dari diri Emily. David bukan tidak mengingat apa alasan mereka untuk menikah, tapi dia mengira selama ini Emily sudah menerimanya sebagai suami, dia meyakini itu dari perlakuan Emily kepadanya apalagi sebelum kejadian menyedihkan itu. David juga ragu apakah sebenarnya ini hanya dampak dari kesedihan yang dialami oleh Emily akan kepergian anak mereka. Pagi-pagi di hari sabtu tumben sekali Emily berada di rumah, biasanya dia sudah bersiap-siap akan pergi entah kemana selalu saja ada acara.

"Tumben kamu masih di rumah" David yang baru saja bangun heran melihat Emily masih bermalas-malasan di kasur sambil membaca buku.

"Mmm? inikah weekend"

"Yahh weekend juga kamu biasanya banyak acara"

"Kenapa? lo gak suka gue di rumah?"

"Bukan gitu, heran aja kok tumben gitu"

"Biasa aja lagi, kayak keajaiban dunia aja gue di rumah kalo weekend"

"Bisa masuk keajaiban dunia sih, atau berangkatnya agak siangan ya hari ini?"

"Enggak, gue emang lagi gak ada acara, gue males-malesan seharian, gak boleh?"

"Yah siapa aku, ngelarang kamu wkwkwk"

"Yaudah kalau gitu!"

"Baiklah nyonya, aku mau mandi dulu"

---

"Mau kemana lu, rapi banget?"

"Mau pergi sama papah, mau main golf"

"Gaya banget main golf wkwkwk"

"Yoi siapa tau banyak cewek cantik"

"Kalau ada yang mau"

"Ya pasti adalah, David gitu.. pria batak tampan berkharisma, kurang apa coba?"

"Kurang semua yang lo sebutkan itu wkwkwk"

"Liat aja ya nanti, udah ah aku pergi dulu, takut ditungguin sama papa, byebye"

Hubungan David dengan mertuanya semakin hari semakin membaik. Kedua paruh baya itu lama-lama jatuh hati juga kepada David. Mereka melihat bagaimana selama ini David memperlakukan putri mereka dengan sangat baik, apalagi di masa-masa sulit mereka. Sebagai menantu David adalah orang yang sangat perhatian, bahkan lebih perhatian daripada Emily terhadap mereka, selain itu David juga seorang yang pekerja keras, walaupun hasil pekerjaannya belum bisa dikatakan sempurna tapi setidaknya dia selalu berusaha sebaik mungkin dan semakin hari semakin meningkat. Tidak ada alasan lagi bagi Yusuf dan Diana untuk tidak menyukai David. Hal buruk yang pernah dilakukan oleh David, semua tertutupi dengan kebaikan yang telah dia perbuat selama menjadi suami Emily.

"Gimana Vid hubungan kamu dengan Emily?" Yusuf yang merasa ada yang tidak beres dengan hubungan antara anak dan menantunya itu mencoba untuk mencari tahu.

"Eumm baik-baik aja pah"

"Gak usah bohong sama papa, papa ini sudah lebih berpengalaman dari kalian"

"Hahaha iya pah, David juga masih bingung, akhir-akhir ini Emily terlalu menyibukkan diri dengan pekerjaannya, apa itu untuk mengalihkan pikirannya dari kesedihannya ya pah?"

"Hmmm ya bisa jadi itu sebagai pelarian aja buat dia, biar gak kepikiran terus.."

"Tapi David merasa kalau Emily juga menghindari David pah"

"Ah masa? perasaan kamu aja kali?"

"Iya pah, bahkan weekend juga Emily selalu bilang ada acara, kalau misalnya David coba ajak ngobrol dia selalu menghindar dan bilang kalau lagi capek, apa Emily selama ini mau bertahan karena ada anak aja ya pah, sekarang udah gak ada pengikat bagi kami"

"Yah papa juga gak tahu pasti, tapi bisa jadi apa yang kamu katakan itu benar Vid, kamu berharap pernikahan ini baik-baik aja?"

"Ya iya dong pah, David gak mau pisah sama Emily.."

"Kenapa?, kalian kan menikah karena terpaksa"

"Ya ya.. karenaaaaa... David udah jatuh cinta sama Emily pah.." David menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal.

"Hahahaha dasar anak muda.. jawaban itu yang papa butuh dari kamu, kalau kamu memang cinta sama Emily ya kamu perjuangkan, udah pernah belum kamu bilang ke Emily?"

"Belum pernah pah, David juga bingung ngomongnya gimana, kayaknya sulit ada kesempatannya"

"Ya itu kamu usaha lah, tunjukin lewat perbuatan dan jangan sampai lupa untuk kasih tau, kalau kamu diam aja Emily gak akan pernah tahu"

"Tapi kalau ternyata Emily gak punya perasaan yang sama dengan David gimana ya pah?"

"Usaha dong bikin dia klepek-klepek dan jatuh cinta, kamu kan laki-laki, gimana sih!"

"Hahaha iya pah, makasih ya pah udah dukung aku"

"Iya, asal kamu jangan sampai melukai putri kesayangan papa, awas aja kalau berani kamu berhadapan sama papa"

"Hahaha siap pah!"

David terus merenungkan apa yang papa mertuanya katakan, dan dia baru sadar belum pernah mengungkapkan rasa cinta yang entah sejak kapan dia rasakan kepada Emily. Selama ini dia selalu merasa sudah mendapatkan Emily karena sudah menjadi istrinya, nyatanya saat ini dia tidak merasa sedikitpun memilikinya.

Everyone Can Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang