Arumi sedikit tertawa kala memandang wajah jaemin yang terdapat merah lebam di pipi.
"Gimana di tampar ryujin, enak?"
Tidak merespon ucapan arumi, jaemin kini lebih memilih diam dan duduk di sampingnya. "Sisa berapa lagi, na?"
"Nggak ada, abis." Jaemin masih enggan menatap arumi, gadis itu tahu jaemin kini tengah marah. "Gue lupa ryujin anak karate, namparnya jadi berasa pake stick golf."
Lagi-lagi arumi hanya bisa tertawa, jaemin baru saja mengakhiri hubungan dengan para pacarnya yang tersisa. "Tamparan di pipi lo itu, nggak seberapa sakitnya sama luka yang lo toreh di hati dia, na." Ucap arumi.
Jaemin paham, jaemin tahu, dan jaemin diam. Ada satu hal yang mengganggu hatinya hingga membuat ia sedikit malas bicara.
"Ayo pacaran."
"Nggak mau."
Lagi-lagi jawabannya masih sama, padahal jaemin sudah menuruti semua kemauan arumi. Tinggal pacaran doang susah amat anjrit!
"Halo jen,"
Suara arumi mengalihkan atensi jaemin yang masih memasang wajah suram. Gadis itu tengah berbincang dengan orang di sebrang telepon.
"Iya belom dateng bus nya padahal sekarang udah jam sembilan, katanya lima belas menitan lagi. Gercep."
Panggilan terputus oleh arumi, kini netranya mendapati jaemin yang menatapnya. Masih dengan tatapan dingin.
"Kenapa sih, na?"
"Kenapa nggak mau pacaran?"
"Ya karena nggak mau."
Aaaakk bangsat! Jaemin jadi berasa kaya jemuran, ini dia di gantung apa gimana? Masa dia yang cowok minta kepastian sama arumi yang cewek.
"Ruummmm~" jaemin menyenderkan kepalanya di bahu arumi, sontak gadis itu menggeser bahunya yang membuat kepala jaemin hampir saja bertemu dengan aspal.
"Ayo pacaran sama jaemin." Tidak menyerah, kini pria itu menyentuh kedua pipi arumi dengan bibir yang sedikit dimajukan. "Ayooooo, jaemin nggak mau ya kalo cosplay jadi jemuran, nggak dulu deh."
"Gila lo ya?" Diluar ekspetasi kini arumi malah menepis tangan jaemin.
Akhirnya jaemin mengalah, mungkin arumi butuh waktu. Tapi jaemin nggak bisa diginiin lama-lama, arumi emang nggak menyatakan kalau dia menaruh rasa sama jaemin. Tapi perlakuan arumi, dimata jaemin itu udah cukup menunjukan kalau arumi itu menaruh rasa sama dia. Pede banget, tapi nggak apa. Jaemin hanya butuh kepastian sama arumi yang memberi harapan.
"Na, lo tau komitmen?"
Jaemin menghela nafasnya.
"Jalanin aja dulu ya."
Mendengar itu jaemin tersenyum, karma emang nyata kaone.
"Eh, itu ada tukang es krim!" Arumi menggendong tas ranselnya lantas menghampiri si amang ice cream yang datang entah dari mana.
"Stoberi nya satu ya bang! Lo mau, na?"
"Enggak."
Arumi mengangguk. seraya menunggu ice creamnya, gadis itu mengedarkan pandangannya. "Eh itu bus nya 'kan?" Arumi menatap beberapa bus parawisata yang baru saja datang.
"Gue nomor enam, lo nomor berapa?"
"Tujuh."
Mendengar jawaban jaemin, arumi hanya menganggukan kepalanya. lantas setelah membeli ice cream ia berjalan mengitari bus, mencari bus nomor enam.
"Bus nomor enam kak?" Salah satu adik kelas osis itu bertanya, arumi hanya mengangguk. "Masuk aja kak, tapi belom ada siapa-siapa."
Lagi, arumi hanya mengangguk dan masuk kedalam bus dengan jaemin yang masih terus mengekorinya tanpa suara.
"Na, itu bus lo 'kan?" Arumi menunjuk salah satu bus yang terlihat dari dalam jendela. "Iya."
"Ya udah sono, ngapain di sini."
"Nggak mau."
Arumi pasrah aja sama jaemin, lagipun busnya masih sepi. Mungkin absen akan di lakukan beberapa belas menit lagi.
"Rum,"
"Apa?"
"Ada kalanya gue pengen jadi orang pinter." Ucap jaemin seraya menatap arumi yang tengah memakan ice cream stroberinya. "Kalo gue pinter mungkin gue akan masuk IPA sama kaya jeno."
"Ya emang kenapa si? Terima kemampuan otak lo. Lagian juga nanggung amat, tiga bulan lagi kita lulus"
Jaemin menghela nafas, bukannya ia tidak terima dengan kapasitas kepintaran otaknya. Tapi jaemin, ehmmm-- cemburu.
"Nanti kalo ngantuk jangan tidur ya," jaemin berbicara dengan nada serius. "Gue nggak mau lo nyender ke jeno." Lanjutnya.
"Pftt-" hampir saja arumi tertawa dibuatnya, lihat, Casanova ini sedang cemburu sekarang. "Lo juga, jangan tidur kalo ngantuk."
Jaemin menautkan alisnya bingung. "Gue nyender ke haechan gitu? Nggak dulu."
"Bukan masalah nyendernya, lo kalo tidur 'kan cosplay jadi bangke. Susah di bangunnin nya."
Menghadeuh, padahal jaemin seneng-seneng aja kalo arumi harus cemburu. Meski sama haechan sekalipun.
"Emang enak ya rasa stroberi?" Jaemin sebagai pembenci buah stroberi merasa geli sendiri.
"Ya menurut gue mah enak, lo nya aja yang ga bisa makan-makanan perisa stroberi." Arumi jadi teringat kejadian dimana jaemin memuntahkan semua isi perutnya setelah memakan roti isi selay stroberi. Sesensitif itu lambung jaemin ama stroberi.
Jaemin hanya mengangguk kan kepalanya seraya terus menatap arumi. "Gue pengen cobain boleh nggak?"
Arumi mengangkat sebelah alisnya bingung. Tumben banget, biasanya jaemin nyium bau stroberi dimakanan aja nggak mau. "Gue sih boleh aja, tapi lambung lo ngizinin ga--"
Ucapan arumi terpotong selaras dengan lengan jaemin yang menyentuh leher nya lembut.
Arumi terdiam mematung, indra perasanya langsung merespon bahwa kini labium atas nya tengah di sentuh oleh labium jaemin.
Jelas sekali jaemin mencium labium atas arumi yang terdapat ice cream itu, lebih dari tiga detik. setelah perbuatannya yang tiba-tiba, jaemin memundurkan wajahnya. Dengan wajah tanpa dosa jaemin tersenyum memandang ke arah lain, enggan menatap arumi yang mematung.
"Kaya nya gue bakal suka ice cream stroberi deh. Hehe."
__
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaemin The Casanova
Fanfiction❝ Katanya playboy, kok malah merangkap jadi sadboy? ❞ Highest rank #1 in playboy [210611] #1 in kpopff [210618] © 2O21, dera123_