20. Perihal Renjun dan pamungkas.

310 49 142
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








"Nggak pulang bareng jeno, rum?" Tanya renjun kala mendapati arumi yang tengah terduduk sendiri menunggu jaemin.

"Enggak jun, soalnya jeno langsung di jemput sama kak doy ke bandung. Lo sendiri?"

"Enggak, gue bertiga, sama malaikat rokib-atid." Jawab renjun seraya memamerkan gigi rapihnya. "Lawak lo? Kaget gue, kalo mau ngelawak bilang-bilang ya."

Renjun tertawa, ia sadar, kalau selama ini dirinya sudah menjadi sosok yang selalu serius dalam keadaan apapun. padahal renjun juga manusia, dia juga bisa ngejokes.

"Gue duluan ya, dah dateng tuh pawangnya." Renjun menunjuk jaemin yang baru keluar dari bus dengan dagunya, lantas melangkah pergi.

Kali ini renjun memesan ojol untuk pulang, dengan ransel yang berisi baju kotor juga oleh-oleh yang ia beli untuk bundanya, pria berwajah jutek itu berjalan menuju WC umum.

"Iya aku hamil.."

Renjun yang sedang mengantri sedikit terkejut, namun renjun tetaplah renjun yang cuek. Ia tidak mengihiraukan seorang gadis yang tengah bertelepon di belakangnya itu. 

"Anaknya jaemin."

___

"Tumben banget nggak di jemput bang taeyong."

Arumi yang mendengar ucapan jaemin hanya mengedikkan bahu acuh, jaemin kini tengah menemaninya menunggu bus umum datang.

"Itu bus nya dateng, gue duluan ya, na."

Jaemin menganggukan kepalanya, lantas tersenyum dan melambaikan tangan ke arah arumi yang hendak masuk kedalam bus, arumi dengan tas ransel yanng sedikit besar di tambah satu tote bag di tangan kanannya membuat jaemin iba.

"Lho? Lo mau kemana? Bus ini 'kan lawan arah ama rumah lo anjir!" Arumi menatap jaemin yang tiba-tiba sudah ada berdiri di belakangnya.

"Siniin ranselnya." Tanpa izin, jaemin mengambil tas arumi dengan mudahnya dan menggendong ransel itu di dadanya, lantaran punggungnya sudah di huni oleh ranselnya sendiri.

Sedangkan arumi hanya menghela nafasnya pasrah, pertanyaannya belum di jawab oleh pria jangkung di hadapannya ini. "Naa.. lo mau ngapain si?"

"Gue keliatan kaya mau ngapain si? Ini gue mau nganterin lo lah dongo!"

Oke dongo, mungkin normal bila arumi marah di sebut dongo oleh jaemin, tapi sekarang ia sedang tidak normal, arumi malah menyukai itu.

Jaemin yang menyadari diamnya arumi, akhirnya ikut terdiam seraya menatap gadis yang ia sukai itu kini tengah menunduk menahan malu. Jujur, jaemin kali ini tidak bisa membohongi perasannya, arumi yang selalu jadi tempat ia bercurah perihal banyak gadis yang ia kencani, kini malah menjadi gadis yang mendapat kursi tertinggi di hatinya. Jaemin benar-benar menyukai semua hal tentang gadis di hadapannya ini, arumi yang selalu memarahinya dengan umpatan-umpatan yang keluar dari bibir ranum itu, arumi yang tak segan untuk berkata apa adanya, jaemin benar-benar sudah terjun bebas kedalam perasaannya sendiri.

"Ayo!" Jaemin berdiri dari duduknya lantas mengulurkan tangannya di hadapan arumi. "Hah?"

"Ayo turun."

"Hah?"

Jaemin menghela nafasnya kasar. "Hah heh hoh aja kaya tukang keong, ayo turun! Sambil pegangan." Ucapnya.

Bohong kalau jaemin tidak gugup sekarang, mengajak arumi secara terang-terangan untuk bergandengan tangan, cukup untuk membuat jantungnya berpacu cepat.

Arumi pun akhirnya menggapai lengan itu, lantas kaki nya ikut melangkah di belakang jaemin.

"Pegangan tangan meskipun nggak pacaran, nggak jadi masalah 'kan?" Medengar pertanyaan jaemin, arumi memalingkan wajahnya kesamping, mengulum bibirnya menahan senyum. "Ya nggak papa kali!" Jawab arumi.

Akhirnya dua insan yang dahulu denial perihal perasaan, kini berjalan bergandengan tangan menelusuri jalanan komplek dengan rasa yang mulai terbuka.

"Rum,"

"Iya?"

"Kenapa rumah lo harus deket dari halte sih?"

"Ya nggak tahu, emang kenapa?"

"Gua pengen jalan sambil gandengannya lebih lama." Ucapan jaemin berhasil mengundang gelak tawa sang pujaan hati, akhirnya jaemin pun berinisiatif mengeceilkan langkah nya. "Rum.."

"Apa lagii?"

"Pamungkas pernah bilang, 'kalo makan, gue nggak mau sampe tulang-tulang nya, tapi kalo tentang dia, gue mau sampe tulang-tulangnya' tau apa yang lucu dari itu?" Arumi menggelengkan kepalanya untuk pertanyaan yang jaemin lontarkan.

"I feel that now." Ucap jaemin seraya dengan kakinya yang berhenti melangkah, lantaran sudah berada di depan rumah arumi.

Arumi yang sudah berdiri di hadapan tubuh jaemin yang menjulang, menghela nafasnya pelan.

"Gue masuk ya,"

Jaemin menganggukkan kepalanya. "Kalo gue minta hugs before go, apa akan lo kabulin?"

Arumi terdiam sejenak, hingga akhirnya kakinya bergerak melangkah menjauh dari jaemin. Jaemin pasrah melihat punggung arumi yang pergi meninggalkannya, ia tahu arumi tidak akan mengabulkannya.

Namun tiba-tiba netra hitam jaemin mendapati arumi yang menaiki kursi di bawah pohon, hendak berdiri di atas kursi itu. "Lo mau ngapain sih? Awas jatoh!"

"Katanya hugs before go, gue nggak mau ya harus jinjit nahan pegel pas meluk lo."

Jaemin benar-benar tidak bisa menahan senyum nya, dapat ia lihat arumi yang kini lebih tinggi darinya tengah merentangkan tangan. "Ayo cepet! Gue mau istirahat."

Kaki panjang itu pun akhirnya melangkah mendekat, menghambur ke dalam pelukan arumi. Jemari lentik arumi mengelus kepala belakang jaemin, mengelus surai itu lembut.

"Bahkan untuk bernafas pun gue susah, sangking i want you to the bone." Ucap jaemin dalam pelukan hangat gadis pujaan nya itu. Arumi tertawa mendengar kegilaan yang keluar dari bibir pria yang tengah ia peluk.

"Udah?"

"Dua menit lagi, kalo kecepetan, tiga langkah gue jauh dari lo aja nanti gue bakal kangen lagi." Ucap jaemin yang akhirnya arumi ia kan.

Dua menit berlalu begitu cepat bagi jaemin. Akhirnya pelukan itu terlepas, arumi pun turun dari kursi itu.

"Gue masuk ya," jaemin yang tersenyum mengangguki ucapan arumi. "Hati-hati di jalan."

Punggung sempit itu pun akhirnya menghilang selaras dengan pagar rumah yang tertutup, jaemin yang masih dengan senyum itu melangkahkan kaki dengan rasa bahagia yang membeludak, sampai akhirnya ponselnya bergetar, jaemin merogoh kantung celana hitam nya.

Lonjon is calling

"Halo jun, kenap-"

"Gue tunggu di rooftop apartkost kakak lo, sekarang."










To be continued.

Gw ngetik cerita ape si? 😭

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jaemin The CasanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang