15. Jaemin The Antagonis

261 54 180
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Musibah, satu hal yang tak bisa manusia hindari. Seperti sekarang, tiba-tiba saja arumi dan ke-tiga temannya yang lain harus menjenguk haechan yang mengalami kecelakaan motor.

Ini nih akibatnya, kalau bawa motor kaya di kejar-kejar setan.

"Lama banget lo pada keluar kelas." Ucap arumi yang menunggu jeno dan renjun di kantin. "Ya lo tau sendiri lah rum, anak kelas gue gimana." Ujar renjun.

"Gini sih ya anak IPA mah beda, kalo ke kamar mandi aja bukannya membersihkan diri malah ngitung debit air sower." Arumi dibuat tertawa mendengar ucapan jeno. "Daun jatoh aja di itung, jen. Nanti kalo adek kesandung bukannya di tolongin malah sibuk ngitung jarak jatohnya."

Jeno dan arumi tertawa puas, sedangkan Renjun sebagai anak IPA hanya bisa menghela nafas kasar. Otaknya masih terasa panas sehabis memakan banyak rumus. Malas untuk adu bacot, kalo adu jotos mah renjun gas deh sekarang juga.

"Btw, si jaemin-"

Bugh!

Ucapan jeno terpotong kala arumi yang ia ajak bicara tiba-tiba ditabrak seseorang yang tengah membawa es teh.

"Buta lo ya?" Renjun menatap sinis gadis yang tengah menatap arumi dengan poker face nya. "Heh! Congor lo, jun!" Arumi memperingati renjun.

"Nih pake jaket gue." Jeno menutupi seragam bagian depan arumi saat mendapati baju putih yang basah itu seidkit tembus pandang. "Thanks, jen."

"Haha, lucu ya." Gadis berwajah lugu itu tiba-tiba saja tertawa dengan nada meledek. "Lo kasih temen-temen cowok lo apa sih rum, Sampe mereka mau dibabuin sama lo? Tubuh lo ya?"

Gadis itu melangkah pergi, renjun yang sedari tadi memang sedang mencari masalah ingin berkelahi, hendak mengejar gadis itu. namun jeno menahannya dengan menarik ransel nya.

"Jen! Lepas bego! Mau gua robek aja tuh congornya! Kacau banget kalo bacot!" Sewot renjun seraya berkali-kali memanggil gadis itu. "Sabar jun, dia cewek."

Mendengar ucapan arumi, renjun pun akhirnya diam, jeno pun melepaskan cengkraman di ransel renjun. "Lo mau diem aja dibilang kaya gitu? Dih, najis banget dah. Kalo gue jadi lo, udah gue kejar! gue ajakin dia duel di depan ruang kepsek!"

Arumi hanya tertawa dibuatnya, renjun tetaplah renjun. Kesabarannya tipis, emosinya yang tebal. "Biarin aja jun, cewek kaya gitu tuh yang belom pernah di tabok orang gila." Ucap jeno.

"Ya lo tabok dia makanya jen!"

Sekali lagi arumi tertawa, jeno yang mendengar ucapan renjun hanya mendatarkan wajahnya. "Lo pikir gue orang gila."

***

Akhirnya renjun, jeno dan arumi sampai di rumah sakit. Kini mereka tengah berada di parkiran rumah sakit, menunggu jaemin.

Yang ditunggu akhirnya datang, tak sendiri. Jaemin membawa seorang gadis. Arumi hanya menatap malas pemandangan itu, baru kemarin lusa lelaki itu mengecup labiumnya.

"Wah! Sianjing! Cewek goblok yang tadi 'kan?" Renjun sudah sewot lagi saat mendapati jaemin kini datang bersama dengan gadis yang tadi menumpahkan teh di baju arumi. "Udah jun, diem dulu." Saran arumi.

"Dari mana aja lo?" Tanya jeno saat jaemin sudah ada di hadapannya. "Nungguin heejin, ini anak baru di kelas gue. Yang juga cewek gue."

Renjun sudah berkali-kali menghembuskan nafasnya dari mulut, menahan emosi. "Gue ke kantin rumah sakit dulu ya, nyari air dingin. Otak gue lagi panas." 

Setelah kepergian renjun, mereka terdiam. "Kamu kenal mereka 'kan, by?" Tanya jaemin pada kekasihnya.

Heejin menggelengkan kepalanya bingung. "Loh, bukannya tadi kamu sempat ketemu mereka di kantin?" Tanya jaemin lagi.

Heejin panik, apakah jaemin mengetahui kejadian di kantin tadi. Saat ia dengan sengaja menumpahkan teh di seragam arumi, Sedangkan disisi lain jeno dan arumi sudah dibuat was-was. "Gue ke haechan duluan ya!"

Arumi pergi diikuti jeno, menyisakan jaemin dan heejin.

Jaemin tersenyum lembut pada gadis itu, lantas mengelus kepalanya pelan sesekali menyelipkan anak rambut itu ke belakang telinga heejin. "Jangan lo pikir gue diem gue ga tau."

"Kamu bicarain apa si jaem?" Heejin masih berusaha membela diri. "Aku bahkan ga kenal temen-temen kamu-"

"Ini lah alasannya kenapa gue ga mau ajak lo kesini, tadinya gue mau mertahanin lo lebih lama. Tapi kayanya lo emang lebih bagus diputusin lebih cepet." Jaemin memotong ucapan gadis itu.

"Dengerin ini, gue bukan cowok bodoh yang dengan gampangnya lo tipu. Mungkin gue banyak menempati hati cewek, tapi hati gue hanya di tempati sama cewek yang lo siram tadi.  Paham lo?"

Heejin menangis, tak pernah menyangka jaemin yang terlihat lembut itu kini malah terlihat dingin. "Kita putus!" Final heejin akhirnya.

"Bagus! Emang itu yang pengen gue denger dari lo."

Jaemin pergi. meninggalkan heejin yang masih tak percaya, Hubungan mereka berakhir padahal baru 5 hari mereka memulainya.

Sudah melupakan kekesalannya pada heejin, kini jaemin sudah berada di dalam ruangan haechan. Bersykur kini haechan sudah terlihat lebih baik.

Namun ada satu hal yang aneh, mengapa arumi menempati ranjang rumah sakit haechan. "Masih sakit?" Tanya renjun.

"Banget" arumi memegangi perutnya.

"Nih air anget." Jeno memberikan air hangat milik haechan. "Dih! Itu aer gue!" Sungut haechan yang ada di sofa itu tak terima.

"Lo kenapa, rum?" Tanya jaemin. "Datang bulan."

Ah, pantes aja. "Tunggu disini ya, gue ke indoapril beli jamu yang biasa diminum mbak gue." Renjun pergi keluar dari kamar rawat inap.

"Udah-udah tiduran aja," jeno membiarkan gadis itu tertidur. "Mau gue telepon bang tiway aja apa biar jemput lo?" Saran jaemin yang arumi angguki.

Haechan yang sedari tadi diam hanya menatap teman-temannya sebal.

"Ini yang sebenernya sakit siapa si?"

"Ini yang sebenernya sakit siapa si?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








To be continued.

Makin kesini makin random aja ni cerita anjr.  T___________T

Jaemin The CasanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang