Athena.

36 16 29
                                    

Semua keluar kelas, berlari menuju kelas XI IPA 5. Semua orang bergosip dengan langkah kakinya yang sepadan, berusaha mencari keramaian apa yang sedang terjadi.

"Herm, loe gak ikut?" Tanya Alex.

Hermes masih berkutat dengan bukunya, membalik halaman. Kacamata yang masih bertengger di hidungnya menjadi pertanda bahwa ia tak tertarik dengan apa yang terjadi di luar sana.

Buku yang bertuliskan Mitologi Yunani di halaman depannya, buku itulah yang menjadi hiburan Hermes.

Dion menggeleng "ngajak Hermes itu susah, udah kayak ngajak nikah" bisik Dion ke teman akrabnya.

"Gue denger.." ucap Hermes dingin.

Seketika keempat temannya terdiam. Hermes kalau udah dingin gini, ngelebihin beruang kutub ademnya.

Hermes melepas kacamatanya, menyisipkan batasan buku pada halaman terakhir yang ia baca. Ketiga teman akrab Hermes menatap Dion, mengisyaratkan pandangan "elu sih, Mufasa bangun, kan?" Kalian tahu Mufasa? Itu loh kartun singa sangar yang di film Disney.

BAM..

Idot, Galih, Dion dan Alex saling menatap, mereka pun menatap Hermes bersamaan. Hermes menatap mereka ~semenakutkan itu,kah?~ batin Hermes.

Idot, Galih, Dion dan Alex berlari. Sumpah, rasa penasaran mereka lebih besar saat ini.

XI IPA 5

Terbelalak mata keempat manusia itu menatap kelas yang sangat rapat dan sesak oleh murid SMA Rajawali, kelas saat itu sama seperti tempat pertandingan yang dipenuhi riuh pendukung. Semua berteriak, seakan bertaruh satu sama lain untuk melihat siapa pemenangnya.

"Cantik, misi dong" goda Alex pada seorang wanita, murid SMA Rajawali yang ia tak kenal juga siapa. Sok akrab aja sih.

Seketika barisan terbuka, memberikan akses bagi keempat pria tampan SMA Rajawali untuk melalui mereka. Jejeran wanita tampak tak fokus saat ini, berbeda dengan barisan lelaki yang masih riuh. Orang tampan + kaya mah bebas, sekali minta langsung dikasih. Bikin gak fokus orang lagi.

Keempat pria tampan itu semakin membulatkan matanya. Di depan matanya tengah di hadapkan adegan kekerasan. Kursi berantakan. Tiang bendera kelas yang sudah jatuh, kemoceng tak berbentuk, gagang sapu yang patah jadi dua. Parahnya meja guru yang kokoh dan besar pun ikut terbalik.

"Anjir, pantes aja suaranya kayak gempa cuk, meja gurunya aja sampai jungkir balik gitu." Gumam Idot. Ya, suara nyaring tadi saat di kelas, rupanya berasal dari suara meja guru kelas XI IPA 5 yang terjatuh. Entah terjatuh atau memang sengaja dijatuhkan, yang jelas suaranya cukup membuat jajaran kelas XI IPA mendengarnya. Padahal Idot, Galih, Dion dan Alex berada di kelas XI IPA 1. Jarak yang cukup jauh untuk mendengar suara benda jatuh di kelas XI IPA 5.

"HELEN, CUKUP!" Teriak pak Yudi, salah satu guru bagian kesiswaan. Apalagi kalau bukan guru BK.

Helen, gadis itu seperti kesetanan. Pukulannya pada seorang lelaki anak SMA Rajawali itu semakin brutal dan menjadi-jadi.

Pak Yudi hanya menggeleng "KALIAN BUKANNYA NGELERAI MALAH DUKUNG, BANTUIN SAYA NGELERAI!!"

Tak ada satupun anak SMA Rajawali yang berani mendekat, mereka lebih memilih tak ikut campur bila sudah berurusan dengan Helen. Gadis cantik mempesona seperti Dewi Yunani itu jika sudah kesetanan susah untuk disadarkan, sikap dendam Helen juga harus mereka hindari jika tidak ingin mati atau bernasib naas seperti lelaki yang saat ini terkapar di lantai tapi masih dihajar habis oleh Helen. Geng intinya saja tidak berkutik, mereka lebih memilih diam dan membiarkan aksi Helen dipertontonkan. Beginilah jika Helen sudah seperti orang kerasukan. Contohnya saat ini. Helen kalau sudah dendam, dari ujung rambut hingga ujung kuku kaki pun dia ingat siapa orangnya. Endingnya pun pasti tertebak, Helen akan mematikan lawannya.

ATHESTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang