Mencari Kebenaran

6 1 0
                                    

Helen membuka pintu apartemennya, ia sengaja tidak menyalakan lampu. Tubuhnya merasa lelah saat itu. Pikirnya, ia akan mandi lalu langsung tidur. Jadi tidak perlu menyalakan lampu, kecuali lampu tidur dan lampu kamar mandinya nanti. Helen membuka pintu apartemennya, berjalan perlahan ke arah kamarnya.

BUGH..

"ANJIR.." umpat Helen yang terjatuh. Kakinya baru saja akan sembuh tapi sudah terjatuh lagi.

Helen meraba-raba, mencari keberadaan barang yang membuatnya terjatuh.

"Bantal?" Helen bertanya heran pada dirinya. Ia ingat benar bahwa sebelum ia meninggalkan rumah, ia selalu memastikan rumahnya rapi dan tidak ada yang berserakan. Hal itu juga yang memudahkan Helen berjalan leluasa di apartemennya saat gelap. Entahlah, rumahnya saat itu terkesan sedikit..berantakan?

Helen menengok ke kanan dan kirinya, ia berjalan perlahan ke arah saklar lampu di dekat pintu apartemennya. Langkah waspadanya sangat perlahan.

Cetak..

Kosong.

Apartemen Helen masih tersusun rapi, hanya saja bantal yang menyandungnya tadi terjatuh tak jauh dari sofa. Tadi buru-buru pas naruh, mungkin belum bener naruhnya jadi gak sadar kalau jatuh, itulah pikir Helen.

Helen menghela nafasnya perlahan. Ia melangkah ke kamarnya, meletakkan tas sekolahnya, dan menyalakan lampu tidurnya. Helen melangkahkan kakinya ke lemari pakaiannya, lemarinya masih terbuka. Entahlah tapi ia merasa rumahnya hari ini agak aneh. Helen menggelengkan kepalanya cepat, ia memijat pelipisnya yang sedikit berkerut karena heran. Ia coba menghilangkan pikiran buruknya, toh ia tidak melihat apapun disana selain barang-barangnya yang utuh.

Helen membawa sepatunya yang basah ke kamar mandi untuk ia bersihkan, ia juga membawa pakaian ganti yang telah ia ambil dari lemarinya. Helen masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya, ia menyalakan lampu kamar mandi. Helen menyalakan keran airnya hingga shower kamar mandinya menyala, perlahan Helen membuka jaketnya dan menggerai rambutnya. Ia melepas seluruh pakaian olahraganya. Helen menyejajarkan tubuhnya dengan pancuran shower, membiarkan air membasahi tubuh dan rambutnya.

"BRAK..."

Helen membulatkan matanya, terdengar suara gaduh dari luar. Ia segera mengambil bathrobe yang tergantung di sampingnya.

"Badan loe bagus juga" belum sempat Helen mengikat bathrobenya, ia telah dikejutkan oleh suara bisikan dingin, tajam dan halus di dekat telinganya. Seorang pria memeluknya dari belakang dan membekapnya. Sebelah tangan pria itu digunakan untuk membekap Helen dengan kain, salah satu tangan lain pria itu menyelinap masuk ke bathrobe Helen yang belum terikat, menyentuh tubuh Helen sembarangan hingga ke dada Helen, menyentuh bagian sensitif banyak wanita. Posisi Helen dan pria itu sangat intim, sesekali pria itu mengecup leher Helen sensual. Leher Helen yang basah setelah mandi kembali dibasahi oleh pria itu, pria itu menyesap leher Helen dengan rakus seakan haus darah, tak lupa tangan pria itu masih bergerilya di tubuh Helen.

Mata Helen buram, tubuhnya seakan lemas. Bukan karena sentuhan menjijikkan pria itu, tapi karena sesuatu yang ia hirup.

Helen membenturkan kepalanya ke arah kepala pria itu, sengaja agar pria itu menjauh darinya. Helen berusaha melawan walau tubuhnya sempoyongan. Ia sadar, pengaruh obat bius mulai bereaksi ke tubuhnya. Helen sempat memandang dirinya di cermin, tubuhnya berantakan namun untungnya pria itu tidak menyisakan kissmark sisa ciuman di leher Helen. Helen sadar, bukan waktu yang tepat untuk ia melawan. Ia harus berlari keluar, mencari pertolongan.

Dengan gesit Helen berlari keluar kamar mandi, membuka pintu kamar mandinya dengan terburu-buru. Helen berlari hingga ke pintu apartemennya. Tak..tak.. pintu apartemennya terkunci.

ATHESTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang