Terbuka.

25 11 4
                                    

"40 juta, sesuai taruhan"

Hermes tersenyum, ia memandang remeh manusia di hadapannya.

Pasti dia udah dapet ceperan lebih gede, itulah pikir Hermes.

Hermes tahu benar manusia di hadapannya ini, sudah hampir lima tahun ia terjerat dengan pria ini. Hermes paham, kalau pria ini berani memberikan sesuai dengan bayaran yang Hermes inginkan, maka sudah dipastikan pria ini mendapat yang lebih dari yang Hermes dapatkan.

Hermes selalu diminta untuk menargetkan biaya yang ia dapatkan sebelum bertarung. Sebenarnya Hermes tidak peduli hal itu, sebab papanya sendiri adalah gudang uang. Keluarga Putra tidak pernah kekurangan uang. Camkan itu!

Bukan Hermes namanya jika ia tidak menerima tantangan. Tentu saja ia selalu menargetkan berapa yang ia dapatkan, Hermes selalu meminta hasil yang banyak. Ia sampai muak dengan pertanyaan "mau berapa?".

Dulu Hermes pernah meminta 20 juta dari hasil bertandingnya. Ia tahu kalau ia akan mendapat 30 juta dari hasil pertandingan, oleh karena itu ia hanya meminta 20 juta dan 10 juta bisa diambil oleh CP. Tapi iblis tetaplah iblis, neraka tidak akan pernah berubah menjadi surga. Apa yang menjadi permintaan Hermes justru menjadi kebalikan, Hermes yang mendapat 10 juta dan CP menerima 20 juta. Hermes tidak bisa menolak, asal ia aman tanpa harus menjadi rendahan di CP, itu sudah cukup bagi Hermes.

Beda ceritanya kalau taruhan tiba-tiba di tambah. Biasanya Hermes akan di beri tak-tik bermain.

Begini.

CP itu tidak terkalahkan, mereka bisa dengan mudah meneliti orang dan lawan yang layak dan sesuai. Jika lawan mudah terpancing dengan kesenangan, maka secara bertahap mereka akan menambah jumlah taruhan tanpa Hermes tahu. Pertambahan hasil itu biasanya terjadi selama pertandingan. Ibaratnya semacam bermain belakang. Begitulah CP, kehidupan keras adalah makanan. Biasanya Hermes akan di minta untuk bermain santai terlebih dahulu, membiarkan lawannya menang dan membuat Hermes seakan tak berdaya. Ketika pihak lawan sudah senang dan menyebutkan kata "makin seru, gua naikin taruhan" maka dari situlah, Hermes akan diminta menggila untuk mengalahkan lawannya.

"Beberapa hari ke depan bakal ada pertarungan lagi, siapin fisik" Pak Bedit menginterupsi Hermes yang sedang memainkan ponselnya.

Hermes tersenyum licik "lu tau gue"

Selalu seperti itulah Hermes, singkat. Pak Bedit paham bagaimana Hermes, sebenarnya CP bukanlah tempat yang baik untuk lelaki itu. Ia tahu, CP adalah tempat dosa dan trauma bagi Hermes. Katakanlah pak Bedit serakah, nyatanya ia tak bisa melepas Hermes karena Hermes adalah keuntungan pak Bedit. Hermes beda dari yang lainnya, ia tangguh dan kokoh. Hermes adalah kekuatan terbesar bagi CP. Hermes sudah menjadi milik CP, pak Bedit membayar mahal untuk itu dan ia tak mungkin mau merugi.

"Minta berapa kali ini?"

Benar, kan? Pertanyaannya selalu seperti ini.

Smirk Hermes muncul. Sungguh, Hermes benar-benar seperti dewa. Wajahnya bagai seorang dewa tangguh yang perkasa, matanya yang sinis bisa mematikan siapa saja. Senyumnya yang seperti itu, tetap membuatnya terlihat tampan walau menyeramkan secara bersamaan. Hermes merangkul tasnya, memasukkan ponsel ke saku jaketnya. Hermes berjalan mendekati pak Bedit, menepuk pundak lelaki itu "gak usah janji, kalau gak.bisa.nepatin" ucap Hermes sarkas, dengan menjeda kalimat akhir. Sengaja menekan pada kalimat itu, agar jelas di pendengaran lelaki tua itu.

Sisi lain Hermes, sekali berucap ia akan langsung tepat sasaran. Sarkas. Itulah Hermes.

Hermes berjalan melalui pak Bedit, mengambil kunci motor yang sebelumnya ia letakkan di atas meja pak Bedit. Pak Bedit menatap dari belakang tubuh Hermes, anak lelaki itu sudah banyak berubah. Semakin dingin dan gagah tubuhnya, sangat berbeda ketika pertama kali ia masuk di CP.

ATHESTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang