Join.

20 9 0
                                    

Jam 20.00 WIB.

Athena memang tidak ada lelahnya.

Kegiatan seleksi baru saja mereka selesaikan, tapi malam harinya, rapat sudah harus diadakan. Rapat kali ini bersifat santai, tidak ada rencana untuk menyerang. Hanya saja, beginilah cara Athena mendidik anak barunya. Berbagai kegiatan harus diikuti untuk menjadi syarat utama sebagai pelengkap anggota Athena. Semua telah berkumpul, hanya tersisa 5 bangku kosong yang tersedia. Sengaja Helen beri perintah untuk menyiapkan itu.

"Yang belum datang cuma berempat, kenapa kursinya loe minta lebihin satu?" Radya, wakilnya itu selalu saja ingin tahu.

Helen tersenyum, ia menepuk pundak Radya "loe bakal tau"

GEDUBRAK..

"BUSET, BERAT NYET" Terdengar teriakan dari arah luar, membuat semua orang yang ada di markas Athena saling menatap.

Helen bergegas keluar, ia memegang kenop pintu. Tiba-tiba Radya memegang tangan Helen "biar gue". Helen melepas tangannya dari kenop pintu, ia mempersilahkan Radya membuka pintu. Helen berjaga kalau-kalau ada yang tidak beres terjadi. Radya saat itu hanya ingin memastikan, bahwa tidak ada apa-apa di luar. Kalaupun ada sesuatu, ia tidak bisa membuat Helen terluka duluan. Menjadi Athena, Radya harus bisa pasang badan. Bukan apa-apa, hanya saja, Helen adalah kekuatan bagi Athena. Kalau Radya yang terluka, tidak terlalu berpengaruh pada kekuatan Athena. Beda jika Helen, jika iblis dari Athena terluka, maka sulit untuk menandingi bajingan tengik sekalipun. Tanpa Helen, mereka belum sekuat apapun. Itulah yang membuat Helen menjadikan Radya wakilnya, didikan Helen pada anak buah pertamanya tidak pernah gagal. Mentalnya sudah sangat kuat sekarang, berbeda dengan dulu saat awal-awal Radya bertemu Helen.

Radya membuka kenop pintu, barisan senior Athena telah berjajar di belakang Radya maupun Helen. Mereka melindungi anak-anak baru di belakang mereka. Walaupun mereka Athena, tapi junior tetaplah junior, mereka belum memiliki bekal apapun. Perlahan Radya membuka pintunya, ia mengeluarkan tubuhnya. Samar matanya melihat, ada beberapa orang berpakaian hitam disana. Cahaya malam yang temaram membuat pandangan Radya sulit untuk mengenalinya.

Anjir

Radya mengumpat dengan keras, ia membuat Helen buru-buru melangkah keluar, bersama dengan Qanita, Anggi, Catherine dan Marisa. Helen menatap punggung Radya, ia justru berkacak pinggang. Eh? Radya gak apa-apa.

Helen mendekati Radya. Seketika ia memutar matanya.

"Bangun" titah Helen pada empat manusia aneh di hadapannya.

"Eh, hai.. WE ARE ATHENA, YEEE" ucap Idot yang bangkit terlebih dahulu. Kalian bisa bayangkan? Empat manusia. Idot, Galih, Dion dan Alex, posisi mereka urut. Mereka terjatuh dengan posisi saling menindih, Alex di posisi paling bawah, sedangkan Idot, dia di posisi paling atas. Idot dengan semangatnya, justru membuat Athena menatapnya tajam dan dingin. Galih yang bangkit menyusul Idot pun memegang punggungnya, salah satu sikunya ia pakai untuk menyenggol Idot. Gak ada yang heboh kayak elu, bego.

Dion menatap Athena. Oke mereka dikepung.

"Kita gak apa-apa kok" Dion tersenyum dengan dua jari mengudara.

"Satu..dua..tiga..empat.. satunya mana?" Tanya Helen sembari menghitung lelaki gila yang baru datang itu.

Alex, Dion, Idot dan Galih hanya saling pandang. Mereka seakan mencari jawaban di masing-masing mata rekannya.

"Nganu.." Helen memutar matanya. Sepertinya ia harus mendidik Alex, lebih lagi selama pendidikan Athena, supaya mulutnya itu loh.. gak nganu-nganu terus.

ATHESTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang