1.7

919 59 8
                                    

Fakhri sudah siap dengan baju putih dan celana hitamnya, ia sedang berbincang dengan Pak Nurman yang baru saja tiba sambil menunggu Kia yang tengah bersiap.

"Pak, sehabis pulang dari rumah sakit bantu saya pindahan ya" ucap Fakhri kepada Pak Nurman yang duduk disampingnya.

"Mas Fakhri mau pindah kemana atuh?" Tanya Pak Nurman bingung.

"Ke rumah saya pak"

"Ke rumah tuan?"

Fakhri menggelengkan kepala, "rumah saya sendiri"

Pak Nurman menganggukkan kepalanya, "siap atuh nanti saya bantu"

"Bi ijah sama Pak Nurman juga ikut, nanti tinggal disana, jadi gak perlu pulang pergi" ucap Fakhri.

Pak Nurman menganggukkan kepala lagi dan tersenyum bangga karena anak bos nya ini sudah mempunyai rumah di usia yang muda.

"Sayanggg, belum selesai juga?" Tanya Fakhri dengan sedikit berteriak.

"Udahhhh, yuk berangkat" ucap Kia setelah keluar dari kamar.

"Ck, kenapa harus cantik-cantik sih?"

"Ya, emangnya kenapa? Kamu gak suka?"

"Nanti yang ada kamu diliatin orang-orang, itu yang gak aku suka"

"Mas, yaudah deh aku pake topeng aja kalau gitu"

Fakhri tersenyum, menahan tawa. Tetapi jujur saja ia memang tidak suka istrinya dilihat banyak orang, cukup dirinya saja yang melihat betapa cantik dan sempurnanya Kia.

"Pak Nurman sudah makan?" Tanya Kia saat sudah didalam mobil.

"Belum mbak"

"Oh yaudah, mas habis dari rumah sakit kita cari mie ayam ya" ucap Kia seraya menatap suami nya yang sedang bermain ponsel.

Fakhri menanggukkan kepalanya, "yaudah, pulang nya kita ke tempat Pak Baso dulu ya Pak Nurman, saya kasih tau alamatnya"

"Baik, mas, mbak" ucap Pak Nurman menganggukkan kepalanya.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, beruntung jalan ibu kota tidak begitu macet seperti biasanya. Kia dan Fakhri turun dari mobil sehingga menyisakan Pak Nurman yang duduk sendiri di dalam.

"Kita ketemu dokter siapa?" Tanya Fakhri seraya menggenggam tangan istrinya.

"Dokter Fani" ucap Kia.

Ini kali kedua Kia melakukan usg. Usg pertama ia ditemani ibu dan bunda nya.

Sambil menunggu antrian, sepasang suami istri itu duduk dan berbincang dengan salah satu ibu hamil.

"Kalian nikah muda ya?" Tanya ibu yang berada disamping Kia.

"Iya bu" jawab Fakhri tersenyum.

"Beruntung kalian, ibu sudah menikah selama enam tahun baru dikaruniai buah hati" ucap ibu itu sambil mengusap perutnya yang sudah besar.

"Gapapa bu, harus selalu bersyukur" ucap Kia tersenyum manis.

"Iya neng, ini kalian anak pertama atau kedua?"

"Pertama" ucap Fakhri.

"Ibu udah berapa bulan? Kayaknya sebentar lagi melahirkan ya?" Tanya Kia.

"Doain ya, bulan depan ibu lahiran. Ini juga mau konsultasi buat lahir normal atau caesar" ucapnya, "kamu udah berapa bulan?" Sambungnya sambil bertanya.

"Alhamdulillah udah enam bulan bu"

"Wah, semoga lancar sampai lahiran ya"

"Nomer urut lima belas atas nama Ibu Weni silahkan masuk" ucap perawat yang muncul dari balik pintu.

"Saya masuk dulu ya neng" ucap Bu Weni seraya berdiri diikuti suaminya.

"Iya bu, hati-hati" ucap Kia tersenyum, mereka semua senyum sambil menganggukkan kepala.

"Kalau usg begitu ya? Banyak yang nanya-nanya?"

"Banyak apa nya? Orang cuma Bu Weni doang yang nanya"

"Iya deh terserah kamu"

Kia dan Fakhri tetap menunggu, Bu Weni beberapa menit yang lalu sudah pulang.

"Nomer urut tujuh belas atas nama Ibu Rizkiawida, silahkan masuk"

"Mas ayo, aku udah dipanggil"

Fakhri berdiri, mereka masuk kedalam disambut dengan senyum manis dari dokter yang bernama Fani.

"Hai Kia, gimana kabarnya?" ucap Dokter Fani sambil tersenyum. Dokter Fani sudah memasuki usia kepala empat, ia memiliki anak lima yang salah satu nya seusia Kia.

"Baik, dok"

"Kalau begitu silahkan naik kita periksa dede bayi nya" ucap Dokter Fani.

Kia membaringkan dirinya di brangkar seraya megangkat ke atas pakaiannya supaya Dokter Fani tidak kesusahan.

"Alhamdulillah bayi nya sehat"

"Cewe atau cowo, dok?" Tanya Fakhri sambil tersenyum, ia bahagia, bahagia sekali.

"Coba ya kita periksa" ucap dokter, "wah dede bayinya gak mau nunjukkin nih, kayaknya mau kasih kejutan ke ibu bapak nya" lanjut Dokter Fani sambil tersenyum.

"Yah, yaudah dok kalau gitu cetak foto usg nya tiga ya"

Dokter Fani mengganggukkan kepalanya, kemudian kembali duduk dikursi disusul dengan Kia yang berjalan ke kursi.

"Buat siapa aja mas, kok di cetak tiga?" Tanya Kia bingung.

"Bunda, Ibu, sama kita" ucap Fakhri, "dok, kira-kira nanti Kia lahiran nya bisa normal kan?" Lanjut Fakhri bertanya kepada Dokter Fani.

"Insyaallah bisa, tetapi Kia harus jaga kesehatan, makan-makanan yang bergizi, banyakin juga olahraga buat ibu hamil ya"

"Baik dok"

"Ya sudah, pemeriksaan hari ini sudah selesai"

"Terimakasih dok, kalau begitu kami pamit pulang dulu ya"

"Jaga kesehatan jangan terlalu lelah ya, Kia" ucap Dokter Fani sambil tersenyum manis.

"Iya dok, terimakasih banyak ya"

Dokter Fani mengganggukkan kepala, Kia dan Fakhri berjalan keluar.

"Janji kan habis ini ke kedai Pak Baso?" Tanya Kia seraya melihat ke suaminya.

"Iya sayang" ucap Fakhri sambil tersenyum manis.

******

Haloooo teman-temannn!!!

Jangan lupa vote sama komennya ya <3
Maaf kalau ada typo yaaa, xixi.

Aku sayang kaliannnnn♡
Selamat menunaikan ibadah puasa

Sampai ketemu di part selanjutnya ya!

25/04/21

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Remember meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang