PYARR
Sebuah piring kaca di lemparkan di depan kaki Jina.
"KAMU SENGAJA YA BIKIN JUNGWON JATUH DARI TANGGA?!" bentak Mama nya
"Nggak, Ma. Jina juga nggak tau kenapa masih ada air di tangga, padahal udah Jina pel tadi" ucap Jina sambil meringis kesakitan akibat pecahan piring tadi mengenai kakinya
"NGGAK USAH BOHONG! JAHAT BANGET KAMU KE ADIK SENDIRI" bentak Mama nya
"Kenapa ini pagi-pagi udah ribut?" tanya Ayahnya
"Lihat itu anak kamu! Dia sengaja ngebiarin air ini netes di tangga sampai akhirnya Jungwon jatuh" ucap Mama nya
"Benar begitu, Jina?!" tanya Ayahnya
"Nggak, Yah. Jina berani sumpah kalau tadi air itu udah Jina pel sampai kering. Jina juga nggak tau kenapa bis—"
PLAKK
Lagi, Ayahnya menampar pipi Jina.
"AYAH KECEWA JINA SAMA KAMU! BISA-BISANYA KAMU SEJAHAT ITU SAMA ADIK KAMU SENDIRI?" bentak Ayahnya
"T-tapi Jina beneran nggak tau, Yah" ucap Jina gemetaran
Tanpa merespon ucapan Jina, Ayahnya langsung mengambil pel yang tergeletak di dekat tangga.
BUGH ... BUGH ... BUGH ...
"A-ayah sakit ..." rintih Jina
Air mata Jina turun. Ia tidak menyangka kalau Ayahnya akan bersikap sekeras ini padanya. Bahkan, Ayahnya sudah tidak mempercayai ucapan Jina selaku anak kandungnya sendiri.
***
Jina segera bersiap untuk pergi ke sekolah. Ia tidak mau terlambat karena ada ujian matematika pagi ini. Kerusuhan pagi tadi cukup menyita banyak waktu Jina, sehingga ia hanya mempunyai waktu 15 menit untuk sampai di sekolah tepat waktu.
"Aaaghh" rintihnya
Dilihatnya di paha kiri, lengan kiri, dan betis kiri terdapat luka memar. Rasanya nyeri sekali akibat pukulan yang terlalu keras tadi.
Belum juga di punggung kaki dan jari kakinya terdapat luka akibat tergores pecahan piring. Jina terlihat sangat buruk pagi ini akibat beberapa luka di tubuhnya.
"Nggak apa-apa Jina, nanti juga sembuh sendiri kok" gumam Jina
Jina segera pergi ke halte bus tanpa sarapan terlebih dahulu. Mamanya melarang Jina untuk sarapan pagi ini. Dan Jina juga tidak mempermasalahkan hal itu, ia bisa membeli roti di kantin nanti.
***
Di sepanjang koridor sekolah, banyak tatapan tidak mengenakkan yang ditujukan kepada Jina. Bahkan, para siswi itu juga berbisik-bisik sambil sesekali melontarkan hinaan kepada Jina.
"Dasar cewek gatel"
"Jijik banget tukang cari perhatian"
"Sok cantik banget nempel ke Heeseung mulu"
"Nggak punya malu banget"
Jina tidak peduli, ia terus berjalan ke kelasnya.
Bohong kalau Jina tidak sakit hati. Tapi, baginya tidak masalah selagi dia memang tidak bersalah. Toh dia juga tidak seperti itu, kenapa harus mendengarkan omongan orang yang seenaknya menghakimi tanpa tahu kebenarannya dulu?
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION | HEESEUNG ENHYPEN
Teen Fiction"Dandelion itu kaya kamu, Na" -Heeseung Cerita tentang Lee Heeseung dan dandelionnya, Bae Jina.