Semesta memang suka bercanda. Ia menghadirkan rasa tanpa aba-aba, juga meninggalkan luka tanpa jeda.
—Bae Jina—
☁️☁️
Di jam olahraga kali ini, Jina dan Aerin memilih untuk duduk di kantin sambil bertukar cerita. Tentunya dengan izin dari guru olahraga mereka.
"Na, ngomong-ngomong Min Jee beneran udah baikan sama lo?" tanya Aerin
Jina mengangguk.
"Kok gue masih takut ya, Na. Secara kan waktu itu dia udah jahat banget ke lo" ucap Aerin
"Min Jee itu sebenernya baik, Rin. Cuma ya mungkin kemarin dia sakit hati aja sama gue makanya jadi gitu" ucap Jina sambil terkekeh
"Tapi lo tetep harus hati-hati ya kalo sama dia. Gue takut kalo dia masih ada niat buruk ke lo" ucap Aerin
"Iya, Rin" ucap Jina sembari mengusap punggung Aerin
"Oh iya, lo laper nggak? Gue laper nih, dari tadi minum doang" ucap Aerin
"Nggak. Lo kalo mau pesen makanan sana gih, gue tunggu di sini" ucap Jina
"Oke, sebentar ya" ucap Aerin yang langsung beranjak dari tempatnya
Sambil menunggu Aerin, Jina memutuskan untuk memainkan ponselnya sambil membalas beberapa pesan dari adiknya.
____________________________________
Jungwonie 🐈Kak, jangan lupa makan
Habis itu minum obat
Kak Jina jangan kecapekan
Nanti pulang tungguin aku di kelasIya bawell
Udah slow respon, dibalesnya
cuma kaya gitu doang 😾Astaga baru telat lima menit
Itu lama tau
Iya, maaf ya
Nanti kakak traktir es krimOkeeee
Have a nice day ❣️💕💕
____________________________________
Jina meletakkan kembali ponselnya di atas meja. Matanya menatap ke segala penjuru kantin, hingga akhirnya berhenti pada seseorang yang sampai saat ini masih menjadi pusat semestanya. Dadanya mulai sesak. Semua rasa rindu bercampur perih seakan-akan ingin membunuhnya perlahan.
"Jina, lo nggak boleh nangis sekarang" gumam Jina
Percuma, dinding pertahanannya seketika runtuh saat Heeseung juga menatap ke arahnya. Tanpa memperdulikan Aerin yang sedang memesan makanan, Jina berlari meninggalkan kantin.
"Hiks ... hiks ..."
"Kenapa gue susah banget buat ngelepas Heeseung?"
"Kenapa gue harus selemah ini setiap lihat Heeseung?"
"Jina"
Jina menoleh ke sumber suara. Suara yang selama ini ia rindukan.
"Kenapa menghindar, Na?"
Jina terdiam. Sungguh di luar dugaannya jika Heeseung akan mengejar dirinya sampai taman belakang sekolah.
"Mianhaeyo" ucap Jina
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION | HEESEUNG ENHYPEN
أدب المراهقين"Dandelion itu kaya kamu, Na" -Heeseung Cerita tentang Lee Heeseung dan dandelionnya, Bae Jina.