"Pada bulan Juni di Morioka, Kanada Taichi. Pada bulan Agustus di Yokohama, Shimada Osamu. Bulan September di Nagoya, Yamata Hiroshi. Ketiganya tewas dalam situasi yang sama. Mereka ditusuk sampai mati oleh roh terkutuk di pintu masuk apartemen mereka. Ditambah lagi, beberapa minggu sebelum tewas ketiganya sama-sama mengeluh pada pengelola apartemen. Mereka semua mengaku kalau pintu pengunci otomatisnya terbuka lebar dan para penghuni lain di apartemen tak tahu apa-apa soal kejadian itu."
Menyinggung soal hari minggu, [Name] sama sekali belum bertemu Sukuna dua pekan sekaligus. Minggu pertama Sukuna beralasan enggan bertukar tubuh dengan Itadori. Mungkin dia masih jengkel terhadap [Name] yang tidak tahu terima kasih. Entahlah. Toh, gadis itu juga malas berurusan dengan makhluk jejadian itu. Sementara minggu kedua [Name] sengaja menghindar dengan pergi ke Yokohama.
"Tapi tanggal serta lokasinya acak. Apa mereka dibunuh oleh kutukan yang sama?" tanya Fushiguro yang berada di belakang.
"Hei, jadi rusaknya pintu otomatis itu karena ulah kutukan? Apa sensor pintunya merespon keberadaan kutukan?" sambung Itadori.
"Bukan di sensornya, tapi kutukan itu sepertinya membuat para operator menggila. Entah ini ulah salah satu kutukan atau bukan, kita tak bisa memastikan hanya dari jejak residunya. Ditambah lagi kejadiannya sudah berlangsung lama. Lalu, kami pun coba mencari tahu hubungan dari ketiga korban dan menemukan fakta bahwa ketiganya bersekolah di SMP yang sama selama dua tahun." Jelas Nitta Akari, Asisten Pengawas SMK Jujutsu.
"Fushiguro, coba kemarikan tablet itu." pinta [Name] yang berada di kursi paling depan.
"Berarti dulu ketiganya terkena kutukan yang sama, lalu seiring berjalannya waktu barulah kutukan tersebut aktif?" komentar Kugisaki.
"Benar sekali. Kemungkinan besar begitu. Karena itulah kita akan pergi ke SMP itu dan mengintrogasi orang-orang yang mengenal mereka bertiga."
"Hebat juga kamu, Kugisaki!" puji Itadori.
"Tentu saja!" umbar Kugisaki, bangga.
"Are? Bukannya ini sekolah-"
Fushiguro mendelik samar, meminta [Name] untuk jangan meneruskan ucapan. Sedangkan [Name] cuma membentuk jarinya seperti oval dan tetap membaca dokumen sampai mereka tiba di salah satu rumah kenalan dari ketiga orang yang meninggal itu. Sayangnya sedang ada acara pemakaman di mana kenalan tersebut juga bernasib sama seperti tiga korban yang lain. Alhasil, mereka menuju tempat di mana para korban saling berhubungan.
"Nostalgia lagi, nggak?" canda [Name] menyenggol Fushiguro.
"Sebaiknya kamu jangan bicara yang aneh-aneh nanti," tegurnya.
"Lah? Tapi, kan, aku enggak sekolah di sini dulu."
"Memang, cuma tetap saja. Pasti mereka tidak akan bisa diam seperti ulat nangka dan itu akan sangat merepotkan," tampik Fushiguro sambil melirik tiga orang di depannya.
"Kenapa harus ulat nangka coba? Memang kamu pernah lihat?" gurau [Name] terkekeh ringan.
"Tiba-tiba terlintas di pikiranku."
Memang benar bahwa dulunya [Name] tidak satu SMP dengan Fushiguro. Selain karena kuota siswa sudah penuh, sekolah ini dulunya ditempati oleh banyak berandalan. Walau semuanya akan dibabat habis oleh Fushiguro, sih. Sehingga [Name] disekolahkan di tempat yang lebih layak berkat biaya dari Gojo. Bukan cuma biaya sekolah, tapi biaya hidup juga ditanggung sepenuhnya oleh dia. Sebab [Name] bukan berasal dari keluarga berada. Keturunan Miura sendiri pun hanya terkenal karena leluhur mereka dulu sudah banyak membantu klan lain di belakang layar. Oleh sebabnya keberadaan keluarga Miura ini sangat jarang ditemukan atau lebih tepatnya dirahasiakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REPEAT || 呪術廻戦 - Jujutsu Kaisen FanFiction
Fanfiction01. REPEAT (Jujutsu Kaisen) Miura [Name] satu-satunya perempuan dari klan Miura yang diajak Gojo Satoru bergabung menjadi siswi SMK Jujutsu. Sebelum itu, ia hidup dalam keluarga yang sarat akan aturan. Sedangkan saat ini [Name] sudah bisa menjal...