26. TAKDIR (II)

995 161 24
                                    

"F-Fushiguro-san?" gagap [Name].

Ia ingin menghampiri pemuda itu, tetapi tiba-tiba seorang lelaki berambut gondrong muncul dari belakang [Name] dan bersiap memukulnya dengan botol kaca. Fushiguro yang lebih dahulu menyadari lekas berlari menubruk orang tersebut dan sukses menggagalkan rencananya. Meninju puas si Gondrong sampai babak belur.

"Sialan! Kau mau membunuhnya?!" amuk Fushiguro. Napasnya tercekat. Sedangkan [Name] tidak mampu melerai sebab ia sendiri masih syok atas kejadian tadi.

Setelahnya, Fushiguro menyeret kelima orang itu satu persatu dan mengumpulkan mereka jadi satu deret.

"Cepat minta maaf."

"MAAFKAN KAMI!" pinta mereka bersamaan, sekalian bersimpuh.

[Name] terdiam sejenak. Fushiguro kira gadis itu akan segera memaafkan para berandalan. Nyatanya tidak. Dia malah menjewer telinga mereka satu persatu.

"Enggak mudah buatku mengampuni kalian dalam sekali kedip. Pasti bukan cuma aku yang pernah kalian ganggu, kan?"

Kelimanya terbungkam, sama sekali tak berkutik. Tetapi dilihat dari ekspresinya saja sudah menunjukkan kejujuran.

Gadis itu menghela napas. "Kalian mungkin beruntung jika orang lain yang tadi kalian lawan, tapi aku ini [Name]. Aku bukan orang baik yang langsung memaafkan begitu saja apalagi kalau dia memang salah. Kalian perlu sekali-kali diberi pelajaran. Tapi, aku juga tidak ingin jadi orang jahat yang bersikap sok hebat. Makanya, anggap ini sebagai peringatan."

Kontan mengetahui hal tersebut, Fushiguro jadi mematung. Bukan karena [Name] sempat menjewer telinga mereka barusan, melainkan ucapan gadis itu yang menyinggung perihal orang baik dan jahat. Asal tahu saja, Fushiguro sangat membenci orang jahat. Padahal sensitivitas dan khayalan mereka hanyalah realitas semu, tapi bersikap seolah di atas angin. Ia juga tidak suka orang baik yang memaafkan orang-orang jahat itu dan menganggapnya sebagai tindakan terpuji. Mendengar saja sudah bikin jijik.

Namun, [Name] benar-benar jauh dari dua kriteria tersebut. Entah dari mana datangnya pemikiran gadis itu. Atau, mungkin ia sendiri memaknainya berbeda. Yang jelas Fushiguro terenyuh. Ia merasa seperti bertemu belahan jiwanya. Membuat dinding tak kasat mata di antara mereka runtuh seketika.

Sedangkan, [Name] punya sudut pandang lain tentang orang baik dan jahat. Meski dasarnya penilaian siapa benar dan salah tidak bisa sembarangan ditentukan oleh mata manusia. Sebab, adakalanya manusia egois. Merasa dirinya paling benar dan bertindak sebagai korban. Tetapi setidaknya ada satu acuan untuk membedakan hitam dan putih, yaitu aturan.

Sebenarnya [Name] bukanlah tipe yang suka menyalahkan orang lain apalagi diri sendiri. Namun, bukan berarti dirinya selalu benar. Orang yang bersalah memang harus meminta maaf, tapi sang korban belum tentu bisa langsung menerima begitu saja, kan? Paling tidak, berikan ia waktu untuk berpikir sejenak. Supaya mereka bisa sama-sama intropeksi.

Jikalau prinsipnya 'Minta maaflah meski tidak salah', kadangkala semua orang belum tentu mau menelan mentah-mentah begitu saja kecuali ia tulus. Namun, coba pikirkan juga korban? Apakah ada kerelaan dan kelegaan di 'maaf'-nya? Yang ada mungkin hanyalah bibit kekesalan karena merasa haknya tidak terpenuhi. Akan tetapi, semua balik lagi ke si pemegang prinsip. Yang jelas bagi [Name] adalah kalau memang salah ya tetap salah.

"A-ano ... Fushiguro-san kenapa ada di sini? Bukannya kau bolos hari ini?" tanya [Name].

Spontan si Gondrong yang tadi memberikan informasi palsu langsung mengaku dan meminta maaf.

"Lain kali jangan diulangi lagi, ya." tegur [Name] halus.

"H-ha'i! Wakarimashita!"

REPEAT || 呪術廻戦 - Jujutsu Kaisen FanFictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang