Chapter 20 - Fire Dragon

132 29 24
                                    

*Wuiiiiing!*

Aku terbang melesat dari kastilku menuju Hero Realm. Karena firasatku menunjukkan lokasi Syla berada di sana. Dan secara logikapun sesuai. Karena memang sudah seharusnya Syla berada di Hero Realm.

Ya iyalah, goblok.

Tapi, semakin dekat, semakin berpendar hawa kehadiran Syla. Maksudnya, aku semakin kesulitan untuk melacak secara akurat posisinya.

Semakin aku mendekati Hero Realm, aku semakin meningkatkan kecepatanku sembari menambah energi dark magic yng melapisi tubuhku. Ya, aku menggunakan Mana Sheath. Lebih tepatnya, Darkness Enhancement.

Seluruh tubuhku terbungkus oleh dark magic. Mana Sheath aku temukan dan ajarkan kepada murid-muridku dulu, setelah aku benar-benar sudah memahami Darkness Enhancement.

Darkness Enhancement adalah skill buff yang bisa meningkatkan kinerja seluruh bagian tubuh setelah menginjeksikan dark magic ke dapam tubuh sendiri. Dark magic tersebut akan menyelubungi setiap kulit dan setiap serabut otot di tubuhku. Hasilnya, semua statusku selain INT jadi meningkat pesat. Meningkat sebanyak jumlah INT yang kumiliki saat ini. Alias max INT (999 poin).

Tapi aku merasa ini tidak cukup. Mungkin kekuatan di level ini bisa mengalahkan tiga atau empat hero sekaligus. Tapi masalahnya, aku akan menyerbu markas musuh. Jantung kekuatan Hero Realm. Sendirian.

Bahkan aku sendiri kurang yakin apakah aku bisa mengalahkan mereka yang mencoba melukai Syla itu sendirian. Skill Demon Summon yang kumiliki masih level rendah karena aku belum sempat berlatih. Pasukanku sedang berperang melawan pasukan Mammon. Aku tidak bisa mengandalkan mereka.

Lagipula, tidak mungkin aku membawa Humdar. Karena tetap harus ada seseorang yang mengelola kerajaan selama aku dan Eisheth tidak berada di tempat.

Hmm... Apa yang harus kulakukan? Siapa yang harus kupanggil? Apakah ada bawahanku yang cukup kuat dan available?

Demon terkuat yang bisa ku-summon hanyalah sampai taraf high demon. Melawan hero, high demon hanya bermanfaat untuk menjadi pengalih atau  tumbal saja.

Lesser demon dan high demon, jika tidak dalam jumlah banyak, mereka terlalu lemah untuk melawan hero. Sedangkan aku hanya bisa summon satu high demon atau beberapa lesser demon sekaligus dapam satu waktu. Dan aku tidak punya banyak waktu untuk mengumpulkn pasukan dalam jumlah besar melalui Demon Summon.

"Aaarrgh! Aku harus panggil siapa!?" Aku berteriak sambil terus meluncur bagai peluru hitam.

Aku butuh setidaknya satu sidekick yang mumpuni. Kalau bisa, punya skill yang dapat mendeteksi keberadaan Syla. Tapi dari semua bawahanku sekarang, tidak ada satupun yang punya kemampuan seperti itu.

Aku putar otakku. Aku peras sampai kering. Aku berharap, muncul setetes ide untuk masalah ini.

Tapi sayangnya, otakku sudah kering dari ide-ide. Maklum, otak ini tidak pernah diberi nutrisi gizi seimbang...

Aku coba lagi peras dengan sistem penyaringan tiga lapis. Supaya dapat meneteskan ide bening yang agak brilian. Dan hasilnya...

Sama saja.

Zonk.

Ngomong-ngomong, sudah lama aku tidak terbang sendirian. Biasanya selalu ada yang menemani. Entah itu pasukanku, atau Eisheth.

Dulu, malah aku hampir selalu terbang bersama yang lainnya beramai-ramai. Dengan Syla, Ren, Cyane, Fiana, Garen, Grista, atau Lukas. Kami semua terbang bersama-sama di punggung Ruby.

Ahh... Ruby... Naga kecil kesayanganku itu. Bagaimana keadaan dia sekarang? Aku tidak tahu sudah berapa lama meninggalkannya. Ruby yang selalu ceria di segala kondisi. Bahkan, tidak jarang ia tak memahami situasi dan kondisi. Selayaknya bocah, rasa keingintahuannya sangat tinggi.

Isekai Medic and Magic 4 : DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang