Chapter 28 - Pincher Attack

227 20 5
                                    

Sampai saat ini, barrier yang melindungi wilayah Kerajaan Mammon masih belum  kembali terbentuk. Sepertinya, Mammon sudah banyak kehilangan sumber daya dari peperangan sebelumnya.

Yaa... Apa yang bisa dilakukannya? Empat dari lima archdemon yang dimilikinya musnah dalam sebuah perang. Dia hanya bisa mendekam bersembunyi di kastil, di belakang semua pasukannya yang masih tersisa.

Kali ini, kuputuskan untuk terjun langsung ke medan perang memimpin pasukanku. Eish, Syla, dan Ruby sudah berada di sisiku. Tidak ada lagi yang perlu kukhawatirkan.

Aku harus meminimalisir kehilangan pasukan di sini. Karena setelah ini, sepertinya aku harus menghadapi para Demon Lord lainnya yang akan membalaskan kekalahan Mammon ini.

"MAJUUUU!!!"

Aku berteriak lantang. Aku juga menambahkan energi magic pada teriakanku agar lebih nyaring dan bisa didengar seluruh pasukanku. Dengan satu komando, seluruh pasukanpun bergerak menyerang wilayah Mammon.

Beberapa Sarang Demon sudah mulai diperbaiki dalam waktu singkat ini. Namun, tentu saja masih jauh dari sempurna. Darang Demon dalam kondisi prima saja dapat dihancurkan oleh pasukanku dengan mudah, apalagi yang setengah jadi dengan jumlah Mana minimal seperti ini...

"Syla, tuh tembak aja biar ancur lagi."

"Haha... Keciiil itu mah. Fire Apocalypse Rain!"

*Syuuu!*

*Boom boom boom booom!*

Skill tingkat atas dari Magic Archer. Dengan menembakkan sebatang anak panah yang telah diimbuhi fire magic dalam jumlah sangat jauh lebih besar daripada yang biasa, ke atas targetnya, panah itu kemudian pecah.

Pecahan panah itu berubah menjadi ribuan proyektil fire magic dan menghujani area luas di bawahnya. Proyektil fire magic dari Syla bukanlah sekedar api biasa. Masing-masing proyektil tersebut berkekuatan setara dengan skill magic tingkat menengah, Fire Ball. Syla memang tidak bercanda ketika mengatakan ini adalah hal yang mudah.

"Berikutnya giliranku, ya..." Eish tidak mau kalah.

"Hahaha... Iya, santai aja. Masih banyak Sarang Demon lainnya sebelum kita sampai ke kastil Mammon.

"Ruby?? Ruby juga mau ikut maiiin!" Kata Ruby dengan gaya kekanak-kanakan khasnya yang kini sudah tidak sesuai dengan posturnya yang terlihat dewasa.

"Oke, okee... Abis ini kan Eish, nah abis itu Ruby deh..."

"Yaaay! Janji yaaah!"

"Janjiii..." Aku hanya tersenyum tenang saja menghadapi mereka.

Aku suka persaingan positif di antara haremku seperti ini. Kesannya, mereka sangat ingin membuktikan dirinya yang paling pantas berada di sisiku. Menurutku, tidak ada yang salah dengan itu.

"Nah, itu ada Sarang Demon la-"

*Wuuussss!*

Eish sudah terbang melesat duluan sebelum aku menyelesaikan kalimatku.

Beberapa saat kemudian...

*Blegaaaaarrr!*

Wew... Overkill.

"Engg... Jangan ngabis-ngabisin energi ya gaes... Hehehe..." Kataku.

"Yesss! Habis ini, giliran Ruby!" Ucap Ruby dengan mata berapi-api.

Sepertinya mereka tidak mempedulikan ucapanku. Biar sajalah hahaha...

***

Isekai Medic and Magic 4 : DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang