S14

216 14 2
                                    


Jaemin

"Lo udah beneran manggung na?"
Jeno dari tadi sibuk menanyai gue akan tetap ikut manggung apa tidak malam ini.
Walau acaranya tidak terlalu penting hanya sekedar hiburan biasa.
Tapi gue juga rindu dengan gitar setelah tiga hari gak ngapa ngapain.

"Kepala lo gak sakit lagi kan?"

"Udah seratus kali lo tanya itu bego"
Gue melemparinya dengan baju kaos yang baru gue lepas.

"Yeuh anjir acem banget baju lo"
Dia melempar baju itu menjauh dari tubuhnya.
Asem lah dari kemaren gak gue ganti.

Gue sibuk mencari hodiee yang bisa nyaman gue pake manggung.
Entah perasaan gue aja,udara makin hari makin dingin aja.

"Nana telinga lo kenapa?"
Gue merasakan cairan kental mengalir keluar dari telinga gue.
Jeno langsung berdiri mencari tisue.
Bersamaan dengan itu suara mendengung kembali terasa di telinga gue,kepala gue juga ikut sakit.
"Gakpapa ini"Jeno membatu gue me ngelap telinga kiri gue dengan tisue.
"Ini bukan gak papa yah,kita langsung ke Rs aja,ayo"
Jeno langsung menarik tangan gue.

"Gue gak papa hey,alay lo"
Gue berusaha melepaskan diri sayangnya tenaga gue masih belum pulih sepenuhnya.

"Alay pantat lo,lo itu sakit,gak usah sok kuat deh"

Gue terdiam.
Melihat sosok titisan samoyed itu berlari buru buru mengambil  mobilnya.

"Masuk cepat"

"Gamau,gue mau manggung"
Gue masih berdiri di depan pintu mobil,menatap masuk Jeno yang memijat pelipisnya.

Gue gak bilang kalau diri gue bakal baik baik aja,tapi gue gak Mau Jeno sampai se khawatir itu sama gue.

Rada gak enak melihat ketulusan Jeno dan gue menolaknya begitu saja.

"Yaudah masuk"
Akhirnya dia pasrah.

Di dalam mobil dia cuman diam, gak berniat membuka percakapan seperti biasa.

"Gausah ngambek deh lo,kita kaya orang pacaran aja"
Gue berusaha mencairkan suasana.

"Hidungmu pacaran"
Gue sedikit tertawa.

"Habis manggung kita ke RS gue gak terima penolakan"
Gue hanya diam,

seharunya gak secepat ini kan tuhan?.

Jeno

Sejak gue sudah bersumpah dengan diri sendiri untuk gak memaafkan orang lain.
Gur Gak pernah Berharap sebelumnya kalau orang itu Adalah papi.

Kalau bukan karena mami.
Gue gak akan sudi untuk duduk berhadapan dengan pria paruh baya ini.

"Gue sibuk,kalau gak mau bicara gie balik"
Gue siap siap berdiri,tapi dengan cepat tangannya menahan lengan gue.

"Kamu apa kabar?"
Sudah hampir setengah jam dan hanya pertanyaan tidak masuk akal itu yang keluar dari bibirnya.

"Lo bisa lihat,gue baik baik aja bahkan lebih baik dari sebelumya"

Dia mengangguk.

"Mami kamu gimana?"
Gue Tertawa sarkis.
"Bukanya lo sering chat dengan dia?"
Jika di lihat lihat gue gak sopan untuk menyebut dia dengan sebutan 'lo'.
Tapi untuk posisi dia bagi gue,itu pantas pantas saja.

"Kalau gak ada yang lebih penting gue balik"
Sebelum gue sempat berdiri,dia langsung menyodorkan sebuah kertas Berwarna biru dengan hiasan pita senada di sampulnya.

Rahang gue mengeras melihat namanya dan nama asing tertulis di sana.

"Saya harap kamu memaafkan papi, dan bersedia datang"

It's Okay_ (NOMIN)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang