Minjae
Tangan dan kaki gue gemetar setelah mendapat kabar kalau kak jaemin lagi sakit.
" gue izin dulu"
Gue langsung lari keluar kelas,sekarang gue lagi ngikutin kelas tambahan untuk olimpiade selanjutnya.
Selama beberapa hari terakhir kak Jaemin memang gak pernah mengangkat telfon gue dan gak pernah mengabari gue seperti biasanya.Gue mencari nomor hape bang Jeno buat cari tau keadaan kak Jaemin,gue sedikit tersinggung karena gak ada yang ngabarin gue satupun.
"Halo bang?"
"Kenapa"
Suara bang jeno terdengar lesuh banget bikin perasaan gue makin gak enak.
"Kak Jaemin mana bang"
Hening.
"Bang jeno lagi di mana""Rumah sakit"
Dada gue langsung terasa tertumbuk.Kak jaemin itu keras kepala ,kalau di bilangin suka gak dengar,tapi gue salut banget sama dia,karena berani mengambil keputusan dan gak pernah terlihat menyesal dengan keputusannya.
Kak jaemin itu kuat,hebat,tangguh.
Gue suka gak tega kalau Ayah marahin dia lagi karena hal hal kecil,dan kak Jaemin gak pernah membantah ucapan ayah dengan keras sekalipun hatinya hancur,sekalipun emosinya membara.Tapi setelah gue menginjakkan kaki di sini,berdiri di pintu salah satu ruangan VIP di rumah sakit ini,memandang tidak percaya pada sosok yang sedang terbaring lemah di brankar rumah sakit dengan berbagai macam alat di tubuhnya.
Kepercayaan gue ke kak Jaemin hilang, runtuh semua kepercayaan gue kalau dia kuat.
Ini sudah jelas bukan hanya penyakit biasa.
Dengan perlahan gue melangkah masuk,melirik bang Jeno yang keadaanya gak kalah kacau dari perkiraan gue.
"Kanker mastoid stadium empat,Telinga kirinya tuli,sekarang hati dan ginjalnya bermasalah"
Bang jeno memulai dengan suara tertekan.
Gue sudah hampir gak sanggup untuk menopang diri.
"Dia lagi tunggu operasi transplantasi ginjal dari pendonornya"Gue melirik bang jeno yang tertunduk di duduknya.
Gue tau cukup banyak hal tentang bang jeno,karena gak jarang Kak jaemin menceritakan betapa baiknya orang ini."Lo gak perlu khawatir,biar gue yang urus Jaemin,maaf karena gak ngasih tau lo lebih cepat".
Tangan gue mengepal, bagaimana gue yang notabenenya adalah adik kak Jaemin bisa jadi orang paling terakhir yang tau keadaanya.
"Ayah dan bunda tau?"
"Nggak"
Tangan gue semakin mengepal menahan emosi,setidaknya gue lebih duluan dari dua orang itu.
*
*
*Jaemin
Waktu itu, waktu umur gue masih 9th,masih sedikit hal yang gue tau soal kasih sayang.
Dari awal bunda yang sederhananya sering menuangkan susu di sereal gue sampai bunda yang melemparkan gue keramik,gue masih gak mengerti itu dengan baik.Hingga Umur sembilan tahun ingatan gue tentang ayah lebih kuat dari bunda.
Karena suatu hari gue dengan polosnya gak sengaja melempar bola dan mengenai mobil kesayangan ayah.
Bunda lari keluar menghampiri gue setelah suara ledakan kaca terdengar keras,begitu juga dengan ayah.Mata ayah membulat ketika melihat yang pecah adalah kaca mobilnya,dengan wajah merah padam dan emosi yang meluap luap ayah menarik tangan gue keras untuk di seret ke halaman belakang.
Umur gue masih terlalu muda waktu itu untuk tau seberapa penting mobil itu untuk ayah.
"Maafin Jaemin yah,jaemin tidak sengaja"
Tangan gue bertaut berlutut di depan sosok ayah yang gagah.Gue masih gak mengerti seberapa sulit perekonomian waktu itu yang membuat segala hal sangat berharga bagi kehidupan.
Tangis gue gak tertahan ketika ayah berjalan mengambil sebuah payung berwarna hitam.
"Kamu harus di beri pelajaran"
Gue bersimpuh memegang pergelangan kakinya dan meminta maaf.
Ayah tidak peduli,dan dengan enteng tangannya terayun untuk memukul gue dengan payung itu.
Tubuh kecil gue bergetar hebat saat dengan kerasnya payung itu menghantam punggung gue.Gak puas sampai di situ,ayah menyeret gue masuk kembali ke dalam rumah,gue melirik bunda yang gak berkutik dengan secangkir teh di tangannya.
Ayah memasukkan gue ke dalam gudang dan mengunci gue hingga hampir dua hari.Gue hanya bisa meringkuk di dalam gudang yang lembab dan minim pencahayaan menahan pedih di punggung gue.
Bibir gue getir berkali kali mengucap maaf tapi gak ada yang mendengarkan.
"Maaf Yah,Maaf~"
Setelah itu gue bersumpah untuk gak pernah lagi menyentuh barang ayah.
*
*
*Jeno
Rasa bersalah menghampiri gue setelah melihat minjae dengan matanya yang memerah dan tangan terkepal kuat sambil memandang sosok kakaknya yang terbaring lemah.
Siapa yang sanggup melihat orang yang tangguh seperti jaemin dengan keadaan seperti ini.
Gue menarik lengan minjae pelan,membawa anak itu ke pelukan gue.
Dia juga udah gue anggap sebagai adik sendiri,gue juga tau kalau bukan hal mudah untuk memilih siapa yang lebih dia percaya dalan keluarganya.
Dan gue sangat berterimakasih ke dia karena sudah lebih mempercayai jaemin,karena sudah mengurangi beban Jaemin untuk hidup sedikit lebih tenang."Makasih"
Ucap gue sepenuh hati. Kebingungannya terasa dalam pelukan gue."Makasih karena sudah ada buat jaemin"
Gue merasakan tangannya mengusap punggung gue.
"Gue yang makasih bang"
Suaranya bergetar."Makasih karena sudah bikin kak jaemin merasa jadi orang paling beruntung yang dapat sahabat kaya abang"
Gue mengangguk cepat.
Gue yang beruntung dapetin Jaemin.
#note.
Selamat hari kamis..
Dan semangat buat yang melepaskan hari ini..
Baekhyun_
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay_ (NOMIN)✔️
FanficTidak apa apa untuk terus disakiti. Typo bertebaran! TW: ending Markmin!! (BxB)!!!!