S10

348 15 0
                                    


Jaemin

"Mau kemana sih,gue temenin nih"

"Gausah"
Gue mengambil hodiee Hijau toska yang udah dua hari gak gue ganti ganti.

"Yeuu..mumpun gue lagi gabut nih"
Jeno keukuh mau temenin gue keluar padahal gue cuman mau beli senar doang,gak nyampe sejam.
"Kok lo yang maksa sih"
Gue menyemprotkan parfum ke tubuh gue,takut kalau bau gak enak ke cium sama Ko Hasim sang pemilik toko.

"Yaudah jan Lama" ujung ujungnya ni anak ngambek ke gue kan.
Dia cuman gak mau bilang kalau dia takut di rumah sendirian karena Mami lagi ke luar kota.

"Bilang aja takut" Sebelum Kena lemparan Mouse PC Di depan jeno, gue buru buru lari dari kamar.

"Monyet lo"

***

Sebelum memasuki toko Ulum gue singgah di warung Nyai yang gak jauh dari sana.
Jeno suka banget dengan nasi campur di warung ini. Sambelnya pedes,bumbu ayamnya meresap sampai ke tulang tulang.
Serius gue gak boong.
Karena warung ini selalu ramai gue cuman pesan dua porsi buat di bawa pulang.

"Nyai dua porsi kaya biasa yah" karena udah terlalu sering datang kesini Nyai udah kenal banget dengan gue dan Jeno.

"Den Jaemin kembarannya mana?,tumben gak bareng"
Nyai selalu menyebut gue sama Jeno anak kembar,walaupun udah di bilangin berkali kali kalau kita bukan anak kembar. tetap aja kita di katain kembar.

"Kusuruh jaga rumah dia Nyai,Mami lagi keluar kota, oh iya nanti aku ambil Nyai,mau ke depan dulu"

Gimana gak di kira kembar sih,gue kalau ngomong emang suka bikin prasangka buruk sama orang orang kalau gue sama Jeno saudara.

"Oke Den"

Gue melangkah menyebrangi jalan yang cukup ramai,sekarang udah sore,gak heran sudah lumayan banyak pedagang kaki lima yang siap menjajakan jualannya.

"Assalamualaikum Ko"

"Wa'alaikum salam,Eh Jeno" tuh kan baru aja di bahas.

"Jaemin ini Ko" sejak gue sering bawa Jeno ke sini Ko Hasim jadi pusing dan sulit mengenali gue atau Jeno.

"Eh Jaemin,sori sori korang berdua mirip,salah siapa?"
Umurnya masih sekitar 50an tahun,wajahnya masih terlihat sangat fresh.walaupun mukanya gak menutupi kalau dia berdarah china , tapi Ko Hasim lancar jaya pakai bahasa jawa.

"Nyari senar nih Ko yang kaya biasa aja" Gue beralih menatap beberapa lukisan yang udah terganti dari terakhir gue datang ke sini.

Pelukis itu kaya pemusik gak sih.
Keduanya bebas buat menuangkan perasaan mereka dalam bentuk lukisan maupun lagu.
Bebas tanpa perlu takut orang lain menghakimi perasaannya,karena niatnya mencari orang yang merasakan hal yang sama,menikmati rasa itu bersama.

Gue menunggu Ko Hasim mencarikan senar yang biasa gue pake,ternyata barangnya baru datang jadi Ko Hasim harus susah payah membongkar kerdus yang isinya berbagai macam hal.

Mata gue gak sengaja menangkap sosok berambut pendek dengan hoodie sewarna yang gue pake,matanya sibuk mencari,entah apa.

"Nih senar nya,benar kan yang itu"
Perhatian gue kembali ke ko Hasim yang sudah menemukan seranya.

"Iya ko"

Tanpa basa basi lagi gue kembali mencari sosoknya,ingin berterima kasih.

Gue menyapa dengan memegang pundaknya,mukanya lucu banget waktu balik dengan kaget.

"eh pencari jati diri"
Gue mau ketawa dengan cara dia menyebut sosok gue.

Dia segera membenarkan ucapannya.
"Ngomong ngomong makasih sama jawaban lo kemarin"

"Sama sama"
Dia menjawab cepat.

Setelah kemarin bertemu dengannya di jogja,gue sempat berdoa untuk gak kembali bertemu dengan sosoknya.
Caranya menilai gue saat perempuan pertama kita, membuat gue sedikit kesal dengannya.

Dan ternyata setelah kembalinya gue ke rumah.

"Ngapain lo liatin hp sambil senyum senyum,parno loh gue"
Jeno memukul bahu gue.

"Gada" gue langsung meletakkan hp dan beralih duduk di samping Jeno yang sedang menyantap nasi campurnya.

"Lo pergi lama amat anjir"
Kadang yah kalau dia udah kaya gini gue lupa kalau dia sahabat gue,suka gue kira dia adek gue sih.

"Ada urusan mendadak"
Sebenarnya gue bisa aja pulang jam lima sore, tapi entah ada apa dengan gue yang habis baca daily note gue yang berisi tulisan .

'Gapapa gak bahagia hari ini'

'Besok janji buat bahagia'

Membuat gue lupa kalau sudah pesan nasu campur di Nyai.
Alhasil gue yang udah dekat banget dengan rumah harus balik lagi ke Warung Nyai dan berakhir kedapatan macet dan baru bisa balik jam tujuh lewat.

Miscall Jeno udah sampai sepuluh kali,tapi gak kedengeran.

"Gue ambil juga nih ayam lo gak di makan makan" Jeno bersiap mengambil sepotong ayam gue.

" Jangan jir gue juga laper"

"Yaudah bagi dua"
Senyumnya langsung membingkai melihat gue yang memberikan sebagian jatah makan gue.

*

Jeno lagi nonton webdrama yang katanya pemerannya mirip dengan gue.
Gue duduk di balkon,Mata gue gak lepas dari layar,menatap namanya di dalam salah satu kontak gue.

Nayara

"Halo ini siapa?"
Suaranya membuat gue terdiam.

"Halo gue matiin nih"

Lama gak ada jawaban dari gue,otak gue sibuk mencari alasan kenapa gue menfonya jam segini.

"Jaemin"
Gue tersentak ketika dia menyebut nama gue.
Dengan buru buru gue mematikan sambungan telfon.
Dan berlari masuk ke kamar.

"Ngagetin lo nyet"

"Gue udah mau tidur"

Pliss..besok jangan pertemukan gue dulu dengan dia..gue belum dapat alasan yang tepat.

"Tungguin wey" Jeno buru buru mematikan tv dan berlari ke arah kasur.

Besok ternyata cukup baik hati.
Untuk mempertemukan gue dengan dia  di keadaan gue yang seperti itu.

Besok.

Tunggu gue.


#note

Kalian istirahat ya..
Besok nungguin kalian buat jalani hari lebih baik dari hari ini.

Ada seseorang yang mengharapkan keberadaan kamu besok.
Jadi baik baik tidurnya malam ini...

Selamat malam💤💌

It's Okay_ (NOMIN)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang