S21

218 15 2
                                    

I'M OKAY💫

Jaemin

Jeno selalu membuat keberadaan dia menjadi sebuah anugrah untuk gue.Selama ini dia sudah menjalankan perannya dengan sangat baik sebagai sahabat,dan sebagai orang yang mencintai gue.

Akhir penghujung tahun bukanlah akhir dari semua cerita gue.
Penghujung tahun adalah waktu waktu terberat buat gue dan Jeno lalui.

Karena hari ini,ketika malamnya dia akan membawa gue ke pasar malam,takdir mencegah kita.

Kepala gue tiba tiba pening dan berangsur angsur makin terasa sakit sakit,gue merasakan telinga gue berdengung hebat,hidung gue terasa panas bersamaan dengan telinga kiri gue yang mengeluarkan cairan itu lagi,tidak hanya itu, di bagian perut gue juga tidak kalah sakitnya.

Semuanya terjadi dalam satu waktu.
Samar samar gue mendengar suara jeno yang menyebut nama gue beberapa kali dengan cemas.

neoraneun gijeogeul manna
seuchyeogan modeun sunganeul
hamkkehaessdeon byeoreun uril gieokhalkka
chalnaui seonmulgwa gatdeon
neowaui modeun sunganeul
hamkke haessdeon byeoreun ajik geu jarie

Suaranya semakin tidak terdengar bersamaan dengan hilangnya lagu Boy with a star di telinga gue.
Dengan terburu buru gue merasakan jeno keluar dari mobil,berlari mengitarinya dan menggendong gue untuk masuk ke rumah sakit.

Gue gak merasakan apa apa selain beberapa tetes air mengenai wajah gue.
Gue benci menjadi selemah ini.

Karena Kelemahan gue juga membuat orang lain lemah.
Terakhir gue sadari bahwa tetesan air itu adalah air mata Jeno.

"DOKTER!SUSTER!!"
Dengan histeris jeno membawa gue ke ICU.
Suaranya terdengar sangat kecil bagi gue, bahkan lebih kecil dari sebuah bisikan.

Beberapa kali gue merasakan wajahnya yang basah karena air mata menyentuh wajah gue,juga dia berkali kali menyium jidat gue dan membisikkan sesuatu, sayangnya gue gak bisa mendengarnya.

*
*
*

Jeno

Gue udah kalang kabut di depan ICU menunggu bang jahe keluar.
Gue mengacak rambut frustasi.

Noda darah menempel di baju gue membuat hati gue semakin cemas dengan keadaanya;Jaemin tiba tiba mimisan,telinganya kembali mengeluarkan cairan di tambah wajahnya yang sudah sangat memutih,keringat dingin membanjiri wajahnya,Gue sudah kehilangan akal sehat dan teriak teriak di rumah sakit karena takut dia kenapa napa.

Gue sudah mirip seperti setrika.
Beberapa suster memandangi gue heran karena terlalu cemas.
Bukannya ini wajar?.

Gue langsung menghadang bang Jahe yang baru selesai memeriksa keadaan Jaemin.

"Gimana ,keadaanya?"
Dengan tidak sabarnya gue,tanpa sadar menarik kerah baju putih dokter itu.

"Bagaimana saya mau tanya ini ke kamu kalau kamu gak bisa tenang"
"Gimana saya bisa tenang kalau dia kaya gitu!!!"
Emosi gue makin gak terkontrol.
"Setelah kamu tenang ke ruangan saya"
Terpaksa Gue menarik nafas dalam, perlahan melepaskan cengkraman gue dari keranya.

Gue mengekorinya berjalan.

"Keadaanya makin buruk"

"Kankernya sudah berangsur membaik,tadi jaringan dari kankernya sudah pecah,virusnya sudah keluar tinggal pemulihan,ini belum sepenuhnya sembuh masih ada tindak lanjut yang lebih penting"

Mendengarnya gue dapat menghembuskan nafas lega,setidaknya dia gak kenapa napa.

Tapi ini bukan hal buruknya.

"Tapi karena konsumsi obat yang berlangsung selama bertahun-tahun membuat beberapa organ tubuhnya mengalami gangguan"
Gue masih diam berharap ini bukan hal yang besar.

"Pemulihan untuk gangguan hati ringan juga cukup lama,yang parah itu pada ginjalnya,dia gak akan bisa bertahan dengan hanya satu ginjal".
Tubuh gue kembali menegang.

Iya Jaemin akan sulit bertahan hanya dengan satu ginjal, kondisinya yang lemah membuat organ dalamnya juga harus sempurna bekerja,dan jika hanya satu ginjal, keadaanya gak akan lama bertahan.

"Kita harus cari pendoronya"

"Saya bersedia bang".
Tanpa ragu gue menjawab.

***

Gue melangkah memasuki ruang VIP yang bang jahe pesan.
Gue jadi merasa sedikit bersalah dengan bang jahe.selama ini bang jahe udah baik banget ke gue dan Jaemin.

Gak jarang biaya pengobatan jaemin yang gak memakan dana sedikit itu di tanggung bang Jahe.

Terlepas dari semua masalah yang menimpa dia, Tuhan sungguh baik banget karena melahirkan malaikat seperti jaemin.
Dia gak pernah marah sedikitpun,kalau dia marah dia cuman diam dan gak mau bicara,wajahnya cantik,manis banget, gue jadi rindu senyumnya.
Untuk sesaat melihat dia tidur dengan tenang di bangsal rumah sakit membuat gue lupa kalau dulunya dia adalah moodboster gue.
Berbeda dengan sekarang yang buat dapatin senyumnya saja sudah cukup sulit bagi gue.

Gue meraih tangannya,jari jarinya lentik,telapak tangannya mulus banget,beberapa kali gue menciumnya.

Sayang banget gue sama anak ini.

Gue mengusap rambutnya pelan seolah dia itu barang pecah belah. Nafasnya teratur banget,gue menarik kursi untuk duduk lebih dekat dengan sosoknya.
Wajah gue mendekat ke telinga kirinya yang di perban,kemudian turun ke lehernya,bau blueberry menyeruak masuk ke indra penciuman gue, Gue suka banget aroma tubuhnya.

Lama gue dalam posisi ini,tanpa sadar air mata gue jatuh lagi, besok gue bakal operasi cangkok ginjal buat dia.

Kepala gue terangkat menatap wajahnya yang damai.
Bulu matanya yang lentik membuat gue merindukan tatapannya.
Tangannya masih di genggaman gue, gue menciuminya berkali kali.

Gue harus pergi untuk melengkapi data sebagai pendonor buat dia.

Wajah gue mendekat,mencium jidatnya lembut,kemudian kedua pipinya,hidungnya dagunya dan terakhir bibirnya.

"Cepat sembuh sayang"

Terimakasih untuk semesta yang sudah mempertemukan gue dengan dia.
Terimakasih karena sudah membuat gue jatuh sedalam ini untuk dia.

#note

Yoo!! Hehhehe...aku up kok hari ini jan sediihh..jangan bosen bosen yah,kalian penyemangat aku lohh💚💌

It's Okay_ (NOMIN)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang