"Hitoka!"
Suara asing yang terdengar sangat bersemangat itu membuat Yachi harus menghentikan langkahnya menuju luar gerbang SMA Karasuno. Sebenarnya ia sedikit kesal karena ada seseorang yang memanggilnya. Namun ya sudahlah, ia pikir orang itu hanya menyapanya saja.
Dia berbalik ke arah sumber suara dan dilihatnya seseorang lelaki bersurai oranye yang mengulas senyum lebar. Terlihat sangat manis, bagi Hitoka.
"Eh?" Yachi merasa sangat bingung sebab lelaki itu tiba-tiba memanggilnya dan mengetahui namanya padahal Yachi sendiri tidak mengetahui nama lelaki berambut oranye itu.
Kemudian hening, si lelaki berambut oranye berjalan mendekati gadis berambut pirang. Maka dari itu Yachi makin bingung.
"Hitoka Yachi, apa kabar?"
"Ah eum ... sangat baik ..."
"Eh, kenapa kau terlihat sangat kaku? Aku kan bukan orang asing."
Yachi menggaruk kepalanya, ia sedikit merasa tak nyaman dengan situasi sekarang ini. Apalagi ia tak mengenal lelaki dihadapannya ini.
Dengan suara kecil Yachi menjawab perkataan si lelaki rambut oranye.
"Maaf ... aku tidak mengenalmu."
Si lelaki bersurai oranye mengedipkan kedua mata bulatnya secara cepat namun kemudian ia terkekeh kecil.
"Oh, kau lupa denganku?" kata si surai oranye, "Supaya kau ingat kembali ... Hai, namaku Hinata Shoyo dari kelas 1-3. Dan aku adalah teman sekelasmu saat kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah."
Yachi menahan tawa karena lelaki bernama Hinata itu berbicara dengan memasang wajah polos dan seketika itu juga ia mengingat tentang lelaki yang ada dihadapannya itu.
"Ah iya, aku baru ingat," balas Yachi, "Dan maafkan aku karena sempat melupakan dirimu."
"Haha, tidak apa-apa," ujar Hinata.
"Ngomong-ngomong ... kenapa kau memanggil namaku tadi?" tanya Yachi.
"Eum begini ... aku hanya ingin menyapamu, kok dan juga ..."
"Dan juga?" tanya Yachi balik.
"Aku ingin mengajakmu ke sebuah kafe yang letaknya tidak terlalu jauh dari sekolah ini," ujar Hinata sambil mengusap tengkuknya karena gugup. Namun lelaki itu mampu menyembunyikan rasa gugupnya ketika berbicara dengan Yachi, "Katanya kafe itu baru buka tiga hari lalu."
"Oh ya?"
"Eum ... iya. Apakah kau menerima ajakanku?"
Yachi terkejut, "Eh, itu ajakan darimu?"
"Iya," balas Hinata, "Kau mau?"
"Ah, lihat situasi saja ya. Kalau aku bisa aku akan memberitahumu begitu pula jika aku tidak bisa."
"Oh benarkah?" tanya Hinata yang dibalas dengan anggukkan kecil Yachi, "Kalau kau mau pergi bersamaku, besok lusa kita akan ke sana."
"Baiklah."
Yachi pikir pembicaraan yang mereka lakukan sudah berhenti sampai di sini saja, namun ia melihat Hinata sama sekali belum beranjak meninggalkannya. Jika lelaki itu sudah selesai berbicara kepadanya mengapa ia tak meninggalkan Yachi?
Itulah yang saat ini Yachi pikirkan.
"Ah maaf, aku hampir saja lupa dengan yang ini," ucapan Hinata membuat Yachi kembali ke dunia nyata, "Bolehkah kita saling meminta nomor ponsel? Karena kita kan sudah saling kenal jadi terasa sedikit aneh jika kita tidak meminta nomor ponsel satu sama lain."
"Oh, tentu saja!"
Hinata mengulas senyuman lebar.
Lalu keduanya pun saling menukar nomor ponsel.
***
"Terimakasih, Paman."
"Iya, sama-sama Hitoka," jawab seseorang pria paruh baya yang merupakan sahabat sang ibu sekaligus orang yang dipercayai sang ibu untuk mengantar jemput Yachi ke manapun.
"Jaga dirimu baik-baik di rumah."
Yachi tersenyum kecil, "Paman juga hati-hati diperjalanan."
"Haha baiklah."
Selepas kepergian pria paruh baya Yachi melangkahkan kedua kakinya menuju apartement yang menjadi tempat tinggal dirinya bersama sang ibu.
Sampai di dalam apartement, Hitoka langsung melepaskan sepatu serta kaus kaki yang tadinya melekat di kedua kakinya lalu melepas tasnya di meja kosong, setelah itu pergi menuju kamar mandi.
Setelah selesai mandi dan mengenakan pakaian Yachi duduk di kursi sambil menggambar sesuatu di sebuah kertas kosong berwarna putih.
Jari jarinya yang tengah memegang erat pensil abu-abu pun dengan lincah menghiasi kertas yang ia taruh di meja dengan arsiran halus.
Ia mengingat seseorang lelaki di otaknya dan ia jadikan inspirasi untuk dirinya menggambar di kertas. Semua itu Yachi lakukan tanpa kesadaran. Wajah lelaki itu selalu saja menghantui pikirannya dan membuat Yachi makin semangat untuk mewujudkan laki-laki yang ada di otaknya di dalam gambaran abu-abu di kertas putih.
Tak terasa ia pun selesai menggambar.
Ia amati hasil karyanya. Seperti biasa selalu memuaskan.
Eh tapi tunggu dulu ...
Yachi tersadar dengan apa yang ia lakukan sebelumnya. Ia sangat terkejut.
Saking terkejutnya ia menjadi panik dan berteriak tidak jelas.
"EEEHHH, MENGAPA AKU MALAH MENGGAMBAR WAJAH TSUKISHIMA?!? AH MEMALUKAN!!"
Saking malunya Yachi sampai terjatuh dari kursi.
Merasakan sakit dan ngilu di badannya. Namun rasa malulah yang paling terasa di antara semuanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
You (TsukiYachi)
FanfictionIni hanya tentang seorang gadis bernama Yachi Hitoka yang jatuh cinta dengan seorang lelaki yang menjadi teman sekelasnya, Tsukishima Kei.