4.

213 45 2
                                    

"Oh Hinata? Kau  ... benar-benar datang ke apartementku?"

Lelaki berambut jingga dihadapan Yachi terkekeh kemudian berkata, "Iya, tentu saja."

Yachi menghela napas, kemudian menundukkan kepala. Merasa bersalah karena lelaki bernama Hinata Shoyo tiba di tempat tinggalnya.

"Seharusnya kau tidak usah repot untuk datang ke sini, Hinata. Aku tak ingin kau terbebani," lirih Yachi sambil menatap wajah Hinata.

Hinata menggelengkan kepala, "Eh aku tidak terbebani. Lagipula seperti yang aku katakan ditelepon tadi aku ingin datang ke sini dan menjemputmu. Itu sepenuhnya keinginanku. Jadi tidak apa-apa."

Yachi mengangguk tanda mengerti dengan ucapan Hinata walaupun ia masih merasa sangat bersalah membiarkan Hinata datang ke apartementnya.

"Yaa meskipun aku sempat tersesat saat mencari apartementmu. Padahal kau sudah memberitahu alamatnya."

Rasa bersalah Yachi makin besar karena ternyata lelaki itu sempat salah arah mencari tempat tinggalnya. Seakan tahu apa isi pikiran dan hati Yachi, Hinata malah berkata 'Tenang saja, kau tidak salah.'

"Oh iya, kau sudah siap?" tanya Hinata yang dibalas dengan anggukan kepala Yachi.

Nyatanya Yachi bisa ikut bersama Hinata ke kafe. Entahlah apa yang akan mereka lakukan Yachi masih belum mengetahuinya. Maka dari itu sehabis pulang ke apartement gadis itu bersiap-siap menuju kafe dengan Hinata. Hitung-hitung agar Yachi bisa mendapat banyak teman walau ia malu ingin dekat dengan lelaki oranye itu.

***

Kedua mata Yachi disapa dengan pemandangan kota. Angin sore hangat mengusap lembut kulitnya. Yachi duduk tenang dibelakang lelaki yang tengah memboncengnya di sepeda kayuh.

Selama diperjalanan keduanya hanya terdiam tak ada satupun yang hendak membuka suara. Namun tak masalah bagi Yachi karena ia termasuk orang yang terbiasa dalam keheningan.

Beberapa saat kemudian Hinata pun mulai berbicara, "Maaf karena aku hanya membawamu dengan sepeda. Maunya sih aku menyuruh sahabatku untuk menjemputmu tapi dia tidak mau karena dia ingin langsung ke kafe itu."

"Tak apa-apa Hinata, begini saja sudah membuatku senang," balas Yachi.

Kemudian tak ada lagi pembicaraan di antara keduanya sampai akhirnya mereka sampai di kafe yang Hinata maksud.

Kafe baru itu terlihat sangat sederhana namun sangat kekinian untuk anak muda. Di dalam kafe ada beberapa pengunjung.

Yachi melihat di salah satu bangku seseorang lelaki berambut hitam pekat tengah melihat ke arahnya lebih tepatnya melihat ke arah Hinata.

Yachi mengikuti langkah Hinata dan ternyata Hinata memilih duduk di hadapan lelaki berambut hitam pekat. Lalu Yachi duduk di sisi kanan lelaki berambut jingga.

"Nah  ... sesuai permintaan Bibimu yang kekinian itu aku membawa salah satu temanku," ucap Hinata.

"Jika satu orang begini, masih kurang dan pasti dia ingin kita mempromosikan kafe serta menu yang ada lalu membawa teman-teman yang lain agar ia memiliki banyak penghasilan," jawab si lelaki berambut hitam pekat, "Tapi tidak apa-apa dia tidak akan tahu hal itu karena mendadak ia ada kepentingan lain sehingga mengharuskan bibiku untuk tak bekerja di kafe ini."

"Eh lalu siapa yang mengurus kafe ini untuk sementara?" tanya Hinata.

"Anaknya dan para pelayan."

Hinata mengangguk sedangkan Yachi hanya terdiam, mengamati kedua lelaki yang masih terasa asing baginya.

"Yachi, perkenalkan. Lelaki ini namanya Kageyama Tobio dia sahabatku. Dan Kageyama, gadis ini namanya Yachi Hitoka teman sekelasku saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah."

Tiba-tiba Hinata memperkenalkan diri kedua insan yang saling memandang.

Lelaki bernama Kageyama membuka suara tanpa menjulurkan tangan kanannya, "Kageyama Tobio, kelas 1-3."

"Aku Yachi Hitoka, kelas 1-5."

Setelah itu mereka saling berbincang ria penuh keceriaan. Yachi awalnya memang merasa canggung namun itu tak berlangsung lama karena setelahnya ia merasa sangat nyaman dengan kedua lelaki ini. Yachi dapat menyimpulkan bahwa Hinata merupakan tipe lelaki yang mudah akrab dengan siapa saja sedangkan Kageyama agak sedikit kaku dengan dirinya namun ia dapat menyesuaikan dirinya.

Pada intinya, berteman dengan mereka tidak buruk.

Pada awalnya memang tak terlalu terasa serunya tapi Yachi yakin lama-lama berteman dengan mereka dua terasa seru dan nyaman.

"Aku harap kita akan lebih dekat. Baik itu di lingkungan sekolah atau di manapun," ucap Hinata sambil mengulas senyuman lebar.

"Ya, aku juga berharap begitu," timpal Kageyama.

Yachi tersenyum dengan kedua pipi yang dihiasi semburat merah muda, "Iya!"

Saking serunya mereka berbincang, mereka tak menyadari bahwa sedari tadi ketiganya belum memesan makanan dan minuman apapun.

Sampai akhirnya Hinata menyadari hal itu dan langsung berkata, "Kageyama, aku lapar. Tolong pesankan makanan yang direkomendasikan di kafe ini."

***

Terlalu dikit bukan chapter kali ini?

Tapi semoga kalian suka.

You (TsukiYachi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang